Mendeskripsikan Unsur-unsur Pembentuk Cerita dalam Karya

336 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa L atihan 12.6 L atihan 12.7 Unsur intrinsik karya sastra muncul secara tersurat dan tersirat. Hal ini mengakibatkan kalian harus jeli menafsir-nafsirkan unsur dalam karya tersebut. Berdasarkan novel yang telah kalian baca, deskripsikan unsur-unsur pembentuk cerita dalam novel tersebut Tuliskan apakah temanya, sebutkan tokoh-tokohnya dan bagaimana perwatakan mereka, jelaskan setting, plot, dan juga amanatnya Diskusikan hal ini dengan teman sekelas.

3. Membahas Hal-hal Menarik dari Karya Sastra

Segi-segi karya sastra yang sudah dideskripsikan mengacu pada hal- hal yang menarik, menonjol, istimewa dan menggugah kritikus maupun esais untuk mengomentarinya. Jadi merupakan penggarisbawahan terhadap hal yang menarik dari suatu karya. Hal ini bersifat relatif, sangat tergantung pada karya yang dibahas dan juga ketertarikan pembahasnya. Sebutkan hal-hal tertentu yang menurut kalian penting, menarik, dan istimewa yang ada dalam novel yang telah kalian baca dan analisis. Diskusikan hal ini dengan teman sekelas

4. Penilaian terhadap Karya Sastra

Penilaian terhadap karya sastra yang telah dibahas harus dimulai dengan kegiatan membaca, menghayati, dan mencermati unsur-unsur karya sastra tersebut. Kritik sastra merupakan usaha objektif untuk menilai kualitas suatu karya sastra, baik buruknya, dan kekuatan serta kelemahan karya tersebut. Kritik sastra bisa langsung menggeluti dan menelaah karya sastra tertentu tanpa menyinggung sosok sastrawannya, namun bisa juga sambil menyorot figur sang sastrawan. Pengarang sebagai kreator dan karya sastra sebagai cermin pribadi pengarang harus dikaji secara intens. Hal ini sering dilakukan oleh Dr. H.B. Jassin, kritikus sastra Indonesia, sekaligus pelopor perkembangan kritik sastra di Indonesia. Kisah-kisah Kehidupan Manusia 337 Berikut ini disajikan contoh kritik sastra. Bacalah kritik tentang drama bersajak Bebasari karya sastrawan Rustam Effendi yang ditulis H.B. Jassin berikut ini Sedikit Sejarah Rustam Effendi ................................................................................................................. Drama bersajak Bebasari oleh Rustam Effendi adalah penting sebagai hasil usaha mencobakan bentuk baru dalam kesusastraan Indonesia. Di sini syair mendapat bentuk baru, digunakan dalam percakapan-percakapan suatu cerita berbentuk tonil. Dengan sekaligus di sini dilakukan dua percobaan, yakni pertama syair yang bersifat cerita buat yang pertama kali dipakai untuk menyatakan pikiran dan perasaan sebagai pengucapan cita-cita kebangsaan dan kedua bentuk sandiwara buat pertama kali dimasukkan pula dalam kesusastraan Indonesia. Drama bersajak ini tidak asing dalam kesusastraan dunia kalau kita mengarahkan pandangan kita ke Yunani dengan penulis- penulis dramanya Aeskylos, Sofokles, Euripides, ke Jerman dengan Goethe dan Schiller, ke Inggris dengan Shakespheare. Dalam drama Bebasari dengan mudah kita melihat simbolik hasrat bangsa Indonesia yang hendak merdeka. Bebasari, perkataan bebas ada di dalamnya. Rustam tidak mengambil sesuatu tokoh dalam sejarah seperti Sanusi Pane dan Muhammad Yamin. Pemain-pemainnya hanya perlambang-perlambang. Rawana, raksasa yang lalim, kita kenal sebagai penjajah, yang telah merampas kemerdekaan Bebasari, perlambang Indonesia, sedangkan Bujangga ialah putra Indonesia. Semangat berontak dan hasrat kemerdekaan menjadi suara dasar drama ini. Berkata Bujangga: Setiap pohon di dalam belukar Dari pucuknya lalu ke akar, Setiap batu di dalam sungai, Setiap buih ombak di pantai, Setiap sinar syamsu yang permai, Setiap bunyi di tengah ngarai, Itulah rakyat pembela aku, Karena itu tanah airku, Disuarakan moyang bapa dan ibu, Sedarah sedaging dengan jiwaku. .............................................................................................................