Membahas Kekhasan dalam Drama

Mengenang Peristiwa 303 2. Tentukan dialog serta dialek yang akan dilakukan aktor- aktornya. Sertai pula dengan pelafalan dialog naskah tersebut 3. Tentukan kostum pementasan sesuai naskah 4. Sebutkan properti benda-benda sebagai pelengkap pementasan drama tersebut 5. Bagaimana alur dalam naskah drama tersebut? Berikan argumen untuk memperkuat jawaban kalian. 6. Sebutkan kekhasan serta hal-hal menarik yang kalian jumpai dalam naskah tersebut

C. Menentukan Isi Naskah Sebelum Pementasan

Setelah mempelajari materi pembelajaran ini kalian diharapkan mampu: 1. menyebutkan tema, plot, tokoh, dan perwatakan dalam drama, 2. menyebutkan pembabakan dan perilaku berbahasa dalam drama. Sebuah proses pementasan drama menuntut sutradara, pemain, serta semua yang terlibat dalam pemanggungan untuk memahami tema, plot, tokoh, perwatakan, pembabakan, serta perilaku berbahasa yang tersurat maupun tersirat dalam naskah drama. Unsur-unsur tersebut diperoleh dengan membaca dan mempelajari naskah drama secara saksama dan cermat. Oleh karena itu pelajarilah naskah drama sebaik-baiknya sebelum mementaskannya. Unsur utama sebuah naskah drama terdiri atas tema, alur, penokohan, dan latar. Unsur-unsur itu berkembang dalam dialog antartokoh. Jika dialog dibacakan atau dipentaskan dengan penuh penghayatan, pendengar atau penonton dapat memahami isi drama tersebut. Bacalah naskah drama berikut Seniman Pengkhianat Orang-orang yang sudah menjual jiwa dan kehormatannya kepada fasis Jepang disingkirkan dari pimpinan revolusi kita orang-orang yang pernah bekerja di propaganda polisi rahasia Jepang, umumnya 304 Bahasa Indonesia XII Program Bahasa di dalam usaha kolone 5 Jepang. Orang- orang ini harus dianggap sebagai pengkhianat perjuangan dan harus diperbedakan dari kaum buruh biasa yang bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perjuangan Kita oleh Sjahrir, hal. 24 X : Belum juga dia datang. Janjinya pukul sebelas. Sekarang sudah lewat setengah jam. Y : Ah, dia banyak urusannya barangkali. Sandiwara sangat maju. X : Itu dia Manuskripku sekarang ada padanya. Y : Manuskrip yang mana? X : Sandiwara 4 babak. Kesuma Negara. Y : Oh, yang baru lagi? X : Ya, abis? Kemauan zaman. Kita mesti turut zaman, bukan? Y : Aku heran melihat engkau. Apa saja acaranya, engkau membuatnya menjadi sajak, cerita pendek, sandiwara, dan sebagainya. X : Apa susahnya. Bikin saja, asal u sama u, a sama a, b sama b, sudah beres. Bikin cerita pendek syaratnya asal jangan lupa: menghancurkan musuh, musuh jahanam, musuh biadab; kemenangan tinggal tunggu hari lagi. Pihak kita: kesayangan Tuhan, Tuhan telah menjanjikan kita kemenangan dan sebagainya yang muluk-muluk, yang jelek-jelek pada pihak lawan. Y : Ku heran. Engkau dapat menulis demikian. X : Mengapa heran? Engkau juga bisa, kalau engkau mau. Y : Biarpun aku mau, aku tidak bisa. X : Bohong berbisik. Mengapa engkau begini bodoh? sambil menunjuk ke sepatu Y. Lihat Sepatumu sudah ternganga- nganga. Bajumu telah berjerumat. Kalau engkau mau… kantor kami senantiasa akan menerima engkau. Y : Kerjaku menjadi apa? X : Biasa. Seperti aku sekarang. Sekali-sekali ada bestelan sajak, atau cerita pendek, atau sandiwara, atau lelucon. Y : Lantas kalau ada bestelan, engkau yang bikin? X : Mau apa lagi? Y : Engkau bisa tulis? X : Bisa. Y : Wah Engkau ini orang aneh. Misalkan, pemerintah memerlukan rambutan untuk santapan serdadunya. Lantas