Sebagai seorang
imam musik yang baik, diperlukan keahlian yang baik untuk membuat alat musiknya dapat “berbicara”. Oleh karena itu dituntut tanggung jawab
yang sangat besar kepada imam musik. Tidaklah heran bila setiap imam musik harus menjadi penyembah Allah dan berjalan dalam cara hidup dengan prinsip yang disebut
empat ‘S’, yaitu sanctification kekudusan, submission penaklukan diri, sensitivity kepekaan dan skill keahlian.
2. 6. Musik Dalam Ibadah Kontemporer Terhadap Kajian Perilaku
Pdt. R. Bambang Jonan mengatakan, bahwa melalui musik dan puji-pujian seseorang bisa berubah hidupnya dari yang tidak baik menjadi baik. Pada suatu hari
seorang pemuda yang saat itu sebagai juara dalam kompetisi drum se-kota Medan dan merupakan seorang musisi yang sangat bagus juga berbakat, ia lalu menghampiri Pdt.
R. Bambang Jonan dalam satu ibadah—saat itu di Hotel Tiara—dan anak muda itu berkata “Saya mendengar ada Pendeta yang senang musik, saya mau lihat apa
hebatnya musik gereja, apa hebatnya pujian penyembahan, apa yang dimaksud dengan pondok Daud-pondok Daud itu?”.
Kemudian anak muda itu duduk dibarisan tengah dalam ibadah tersebut dan mulai menyilangkan tangannya dan menaikkan dagunya keatas, menunjukkan sikap
yang sedikit ‘angkuh’. Lalu yang dilakukan Pdt. Bambang adalah mulai menaikkan pujian dalam ibadah dan menyanyikan sebuah lagu dengan lirik: “ubah hatiku
menjadi baru, ubah hatiku s’perti diri-Mu, Engkau pecunan….bentuklah aku, ini doaku”. Sepanjang lagu tersebut dinyanyikan berulang-ulang yang terjadi adalah,
Universitas Sumatera Utara
Pdt. Bambang mulai melihat anak muda itu tidak melihat ke atas lagi, ia mulai menunduk, mulai menurunkan silangan tangannya, kepalanya semakin menunduk,
lalu bahunya naik turun karena terisak-isak oleh tangisnya. Menurut Pdt. R. Bambang Jonan bukan hanya air mata yang tercurah, tetapi “air” hidung juga. Secara
ajaib, kemudian anak itu mulai bertobat dan menerima Yesus. Hal ini membuktikan, “ketika korban puji-pujian dinaikkan, maka banyak orang akan bertobat”, kata Beliau.
Sementara itu kajian dari sisi prinsip-prinsip Psikologi, Clarke 2003
121
dalam kajiannya tentang musik dan perilaku menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam musik. telah lama ditelaah bahwa musik dan perilaku memiliki
pengaruh timbal balik mutual influence terhadap si pendengar dan pelaku. De Nora menegaskan bahwa musik dapat menjadi dan merupakan “cermin” bagi diri
sendiri.
122
Artinya musik yang dinyanyikan dalam ibadah melalui teks-teks memberi pengaruh yang kuat dan diyakini memiliki dampak khusus terhadap perilaku jemaat,
karena jenis musik tertentu dianggap dapat membawa respons yang berbeda dari perilaku
manusia. Pada sub-bab 2. 6. 2 saya akan melihat lebih dalam, bagaimana musik dalam
pujian dan penyembahan dapat memberikan efek kepada jemaat hingga mempengaruhi fisik dan roh hingga mencapai sebuah manifest atau Spirit possession.
121
Djohan,Psikologi Musik,Best Publisher, Yogyakarta,2009, hlm.50.
122
T. De Nora, Aesthetic Agency and Musical Practice: New Directions on the Sociology of Music Emotion. 2001 dalam Djohan,Ibid.
Universitas Sumatera Utara
2. 6. 1. Sejarah Awal GBI Medan Plaza Menekankan Pujian Penyembahan