3. Ibadah Kontemporer Sebagai Sebuah Kontekstualisasi 3. 1. Ibadah Kontemporer Dalam Konsep “Kontekstualisasi” 3. 2. Hubungan Restorasi Pondok Daud dan Dominasi Musik

Contoh 24.

4. 3. Ibadah Kontemporer Sebagai Sebuah Kontekstualisasi

4. 3. 1. Ibadah Kontemporer Dalam Konsep “Kontekstualisasi”

Topik penelitian tentang musik dan ibadah dalam gereja sebenarnya sangat menarik untuk didekati menggunakan berbagai pendekatan, seperti pendekatan tekstual, pendekatan antropologi, pendekatan historis, pendekata semiotik, maupun melalui pendekatan analisis kontekstual seperti yang akan saya lakukan pada sub bab ini. Pendalaman kontekstualisasi ibadah akan saya lakukan dengan mengacu kepada beberapa pertanyaan berikut. Pertama, mengapa ibadah kontemporer yang ada di GBI Medan Plaza musiknya menggunakan musik Kristen kontemporer yang penggunaan begitu dominan dalam ibadah?. Kedua, mengapa ketika ibadah dilakukan Universitas Sumatera Utara dengan musik yang dikenal sebagai musik Kristen kontemporer kemudian di dalamnya merefleksikan berbagai kebudayaan Kharismatik?. Ketiga, mengapa musik dalam ibadah kontemporer di GBI Medan Plaza memberi dampak yang sangat kuat terhadap perilaku jemaat yang hadir. Dampak tersebut saya bagi menjadi dua perspektif, pertama dampak yang menyiratkan perspektif teologis dan dampak yang menyiratkan perspektif empiris.

4. 3. 2. Hubungan Restorasi Pondok Daud dan Dominasi Musik

Sebelum tulisan ini saya arahkan kepada kontekstualisasi ibadah kontemporer, dan gaya ibadah kontemporer dengan kebudayaan Kharismatik, saya ingin mengangkat kisah Raja Daud terlebih dahulu. Karena apa yang dilakukan Daud sungguh berkenanan di hati Tuhan, sehingga ia merupakan sosok yang penting dan mempengaruhi gereja-gereja Kharismatik saat ini, khususnya GBI Medan Plaza dalam menjalankan kontekstualisasi ibadah. Melalui pembahasan yang ringkas ini saya akan hanya memberikan pokok-pokok pentingnya saja lalu akan saya kaitkan dengan hal-hal penting dengan perkembangan gereja sekarang ini. Sehingga penting rasanya untuk menjelaskan relevansi Tabernakel Daud pondok Daud 197 dengan pola ibadah di gereja dalam konteks saat ini yang menggunakan musik Kristen 197 Alkitab mencatat ada tiga tempat pemujaan yang digunakan untuk bersekutu dengan Tuhan. Ketiga tempat tersebut adalah 1, Pondok Daud, Tabernakel Musa yang berbicara tentang hukum perjanjian, dan membutuhkan korban bakaran setiap hari. Ada satu tirai yang memisahkan ruang Mahasuci, yang hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar setahun sekali dan 2, Bait Salomo memiliki sekat-sekat dinding yang membentuk ruang-ruang yang terdiri dari halaman, ruang kudus, ruang maha kudus. Universitas Sumatera Utara kontemporer. Saya harus memulai topik ini dengan sebuah konsep, yaitu menyanyi merupakan sebuah aktivitas alami dalam kehidupan bangsa Israel dan menjadi gaya hidup 2Tawarikh 35:25. Banyak nyanyian-nyanyian—Mazmur—yang diciptakan Daud dan kemudian ia kembangkan dalam Bait Allah. Termasuk Imam Lewi juga memiliki peranan penting dalam nyanyian Mazmur di Bait Allah 1Tawarikh 16:4-7. Daud adalah seorang yang sangat ahli dalam bidang musik, juga seorang yang gagah berani, ahli dalam berperang, seorang penasihat ulung, memiliki pribadi simpatik, dan hidupnya selalu disertai Allah. Daud memiliki banyak waktu luang untuk berkumpul dengan nabi-nabi lain di sekolah, seperti Samuel untuk banyak belajar tentang pelayanan musik. 1Samuel 19:18 Dalam Perjanjian Lama, selain telah mengembangkan Mazmur, Daud telah memanfaatkan berbagai alat musik untuk menyembah Tuhan, artinya Daud juga telah melakukan kontekstualisasi musik pada masa itu. Daud memanfaatkan alat-alat musik, seperti: sangkakala shofar, terompet, lyra, harpa kecapi, tamborin, seruling, dan ceracap yang semuanya biasa digunakan untuk hiburan dalam acara- acara pesta, tarian hiburan, pemujaan berhala yang kemudian ia transformasikan untuk memuji dan menyembah Tuhan. 198 Hal ini merupakan indikasi bahwa sudah ada kesadaran dalam diri Daud akan kedinamisan musik dengan melihat konteks yang tepat pada masa itu. Saya justru melihatnya sebagai bentuk ciri-ciri kharisma yang 198 Charles Etherington L, Protestant Worship Music-Its History And Practice,p.12-16 dalam http:www.gkj.or.id Universitas Sumatera Utara diunggkapkan Max Weber pada bab II sebelumnya, yaitu sikap luar biasa, bentuk kreatifitas Daud, dan sikap spontanitas Daud terhadap musik. Karena Daud adalah orang yang berperang, Tuhan memberikan rancangan bait suci kepadanya, dan Daud mengumpulkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk bait suci tersebut. Lalu Tabut 199 Perjanjian Tuhan diletakkan pada Kemah Daud setelah itu dikembalikan oleh bangsa Filistin dan sebelum Bait Suci Salomo didirikan. Tujuan utama pondok Daud adalah untuk menunjukkan penyembahan Tuhan dengan cara yang unik. Gambar 23. Pondok Daud, Kemah Daud atau Tabernakel Daud Sumber : Departemen Musik GBI Medan Plaza 199 Tabut Tabut perjanjian Tuhan ialah peti kayu yang melambangkan kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya, khususnya di dalam perang misalnya 1Samuel 4. Peti itu juga berisikan kedua loh batu yang ditulisi kesepuluh hukum. Di atas tabut itu terdapat tutup perdamaian Keluaran 25:10-22; Ibrani 9:4-5. Daud memindahkan tabut itu ke Yerusalem, dan kemudian ditempatkan dalam Bait Allah 2Samuel 6; 1Raja-Raja 8 Universitas Sumatera Utara Pondok Daud dapat dilihat sebagai “jendela” yang melihat kepada penyembahan Perjanjian Baru. Jendela itu dibingkai oleh ciri khas tenda atau rumah ibadah Perjanjian Lama, tetapi di dalamnya sangatlah berbeda. Dalam pondok Daud ada pola ibadah yang dipenuhi sorak sorai dan puji- pujian, sukacita, ucapan syukur, dan dapat dimasuki oleh semua bangsa Mazmur 86:9. Sehingga musik bukan sesuatu yang asing dalam pondok Daud dan jemaat gereja ini berasal dari berbagai macam suku bangsa etnis tidak dibatasi oleh ras dan budaya. Setelah pondok Daud selesai didirikan, kemudian Daud memerintahkan para pemain musik untuk melayani tanpa henti di hadapan tabut tersebut. Para imam musik memasuki gerbang ucapan syukur dan ruangan dengan pujian karena Tabut Kehadiran Tuhan Penuh terlihat. Tidak ada tabir sekat Tempat Maha Kudus yang menyelimuti dan hanya pemberian korban yang menjadi pujian pengorbanan. “Jendela” ini berlangsung selama empat puluh tahun sampai Bait Suci Salomo di bangun. Lalu jendela itu tertutup dan Tabut Perjanjian Tuhan dipindahkan kedalam Bait Suci Salomo dan pengorbanan binatang dilakukan. Ini merupakan nubuatan penting bagi gereja-gereja khususnya Kharismatik. Menurut nubuat Nabi Amos, bahwa pondok Daud akan dipulihkan. 200 Daud mengerti apa yang dimaksud dengan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Puji-pujian terus berkumandang hingga terbukalah jalan bagi semua orang. Sebuah refleksi gambar yang indah akan karya nyata Kristus di kayu salib tampak di pondok Daud. Mulai saat itu dan seterusnya bila ada rasa takut akan Tuhan 200 Lihat Amos 9:11-12 Universitas Sumatera Utara diantara bangsa Israel, maka pola rasa takut akan Tuhan dan pola penyembahan mereka mengikuti prinsip-prinsip Daud. 201 Pemulihan pondok Daud memiliki arti yang sangat penting bagi gereja masa kini, termasuk GBI Medan Plaza. Walaupun seharusnya konteks pemulihan pondok Daud tersebut tidak hanya dikaitkan kepada gereja Kharismatik atau denominasi tertentu, tetapi kepada gereja dewasa ini. Kisah Para Rasul 24:14 Pola ini juga yang kemudian diterapkan dalam gereja, termasuk GBI Medan Plaza Kisah Para Rasul 24:14. Dalam pondok Daud terdapat pujian dan penyembahan, sehingga musik ditekankan dan menjadi sangat dominan dalam gereja ini. 202 Jika pada masa Daud alat musik kecapi lyra, rebana dan seruling merupakan alat musik yang populer untuk hiburan. Maka pada era teknologi saat ini gereja mengkontekstualisasikan apa yang dilakukan Daud masa itu. Gereja juga menggunakan alat-alat musik untuk acara-acara industri hiburan, bahkan untuk penyembahan berhala. Sehingga tidak heran alat-alat musik sepert piano, bas, gitar, drum, gondang, hasapi, dan sebagainya dapat hadir dan digunakan dalam ibadah di gereja. 201 Cara-cara penyembahan di dalam hukum Taurat dan kitab para nabi juga sangat mencerminkan kepada pondok Daud. Itulah yang menjadi pusat pewahyuan dari pujian dan penyembahan dalam Alkitab. Seperti halnya Paulus yang mengatakan bahwa ia menyembah Tuhan sama dengan prinsip-prinsip yang digunakan Daud. Melalui restorasi pondok Daud Tuhan akan memulihkan hubungan dengan gereja-Nya saat ini, pemulihan pondok Daud juga merupakan usaha pemulihan hubungan pribadi dengan Allah. Sudah seharusnya kita sendirilah yang akan melepaskan hubungan bebas kita dengan Allah. 202 Alasannya, 1 Karena melalui pujian dan penyembahan perhatian kita tertuju sepenuhnya kepada Tuhan. 2 Pujian dan penyembahan memupuk hubungan yang penuh kasih dengan Allah. 3 Pujian dan penyembahan mendatangkan Kuasa dan Hadirat Allah pada kita. 4 Pujian dan penyembahan mengubah kita menjadi seperti yang kita sembah. Lihat Mazmur 106:19-20, Mazmur 115:8, Roma 1:21-23. Universitas Sumatera Utara Namun menurut Pdt. R Bambang Jonan, apa yang dicapai GBI Medan Plaza saat ini bukan karena kehebatan dari musik yang dimainkan. Gereja ini mengalami pertumbuhan jumlah jemaat dari 119 orang kini mencapai ±40.000 orang karena meyakini pujian dan penyembahan yang dilakukan berdampak terhadap bertambahnya jumlah jemaat. Pdt. Bambang mengatakan seperti kutipan berikut “Gereja ini—GBI Medan Plaza— besar bukan karena kehebatan dari pada manusia, bukan karena kecanggihan daripada musik yang kita pakai tetapi apa yang kita mengerti itu semua digenapi, kita percaya pada waktu Tuhan memulihkan pondok Daud akan terjadi penuaian jiwa-jiwa. Dan sekarang apa yang kita lihat adalah bukti dari apa yang kita pelajari. Saya melihat begitu hadirat Tuhan turun ditengah-tengah jemaat, banyak orang datang dan sujud kepada Tuhan”. 203 Pdt. Bambang mengatakan “Anda dapat menyanyikan sebuah lagu untuk menyembah Tuhan dengan kecanggihan permainan, gaya apa saja, atau bahkan dengan teknik vokal yang rumit sekalipun, namun yang menjadi pertanyaan ketika sebuah lagu penyembahan dinyanyikan, setujukah Anda dengan isi lagu yang Anda nyanyikan tersebut?”. Menurut Pdt. Bambang, jika kita menyanyikan sebuah lagu dan merasakan banyak kekurangan didalamnya dan merasa tidak layak—misalnya kita menyanyikan betapa hati kita rindu kepada-Nya, tetapi pikiran kita justru kepada pekerjaan, kepada masakan dirumah, dan sebagainya—lagu tersebut ditujukan kepada Tuhan. Oleh karena itu kita minta supaya diperbaharui, sehingga ketika pada waktu kita menyanyikan lagu ini kita tidak hanya menyanyikan sebuah melodi tanpa makna, 203 Pdt. R Bambang Jonan, disampaikan dalam Kuliah Pujian dan Penyembahan di STT Misi Internasional Pelita Kebenara pada tanggal 25 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara melainkan kita mulai berdoa melalui nyanyian tersebut. Pdt. R. Bambang Jonan mengatakan, bahwa ketika sebuah lagu dinyanyikan bagi Tuhan, maka sebenarnya nyanyian yang akan didengar oleh Tuhan bukan nyanyian yang keluar dari lidah, tetapi nyanyian yang keluar dari hati. Beliau menuturkan, apa yang akan terjadi pada waktu kita mulai memuji Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan adalah Tuhan hadir di setiap ibadah. Dalam kitab Mazmur 103 :20 tertulis “Pujilah Tuhan, hai malaikat-malaikat- Nya, hai pahlawan-pahlawan perkasa yang melaksanakan firman-Nya dengan mendengar-mendengar suara firman-Nya”. Dan di dalam kitab Mazmur 148:2 “Pujilah Dia, hai segala malaikat-Nya, pujilah Dia, hai segala tentara-Nya” Malaikat bertugas memuji-muji Tuhan, tetapi malaikat tidak melihat puji-pujian yang dinaikkan sebagai sebuah musik atau nyanyian yang penuh dengan tingkat musikal yang memiliki kerumitan yang tinggi. Kadang dengan lagu-lagu pujian sederhana yang terdiri dari tiga chord, tetapi dinyanyikan dengan hati yang sungguh-sungguh, maka malaikat Tuhan akan ikut bernyanyi. Karena pada waktu menaikkan pujian bagi Tuhan maka ada mahluk surgawi yang tidak akan bisa dilihat dan tidak terdengar suaranya yang akan bernyanyi bersama-sama dengan jemaat. Diluar pandangan teologis, saya sebagai peneliti melihat pertambahan jemaat GBI Medan Plaza sebagai pencapaian dari banyak faktor. Memang harus diakui bahwa pola-pola ibadah kontemporer tidak luput dari perhatian kaum muda Kristen, karena musik Kristen kontemporer memiliki daya tarik musikal yang lebih terhadap Universitas Sumatera Utara kaum muda saat ini. Selain itu musik yang digunakan merupakan musik yang telah masuk dalam industri rekaman album-album rohani Kristen, dan diaransemen sesuai dengan “selera” kaum muda. Walaupun tidak tertutup kemungkinan orang tua juga memiliki ketertarikan yang sama, tetapi umumnya mereka tidak melakukan aktivitas- aktivitas kultural kharismatik sedinamis kaum muda. Sesungguhnya gereja-gereja yang berada dipusat perbelanjaan juga termasuk memiliki peran dalam menambah jumlah jemaat, karena merupakan pilihan alternatif bagi kaum muda untuk memilih tempat ibadah selain mencerminkan gaya hidup rohani orang-orang urban yang saat ini bisa dikatakan “sedikit” mencerminkan gaya hidup kalangan Kristen modern. Karena sesungguhnya bisa saja jemaat-jemaat yang hadir hanya dari kalangan simpatisan dari gereja-gereja lain, dan tidak tertanam sebagai jemaat lokal gereja tersebut. Dalam beberapa kasus, jemaat yang hadir sebenarnya juga ingin berjalan-jalan dengan keluarga, tetapi menyempatkan diri terlebih dahulu untuk beribadah. Mungkin pada Minggu berikutnya jemaat tersebut kembali ke gereja dimana ia terdaftar. Selain itu pembukaan tempat ibadah di pusat-pusat keramaian merupakan salah satu cara untuk menjangkau kaum urban yang efektif karena berada dipusat kota dan sepertinya menjadi gaya hidup rohani yang baru, tentu juga selain karena faktor birokrasi, yaitu untuk mendapatkan izin pembangunan rumah ibadah tersebut sangat sulit dari pemerintah. Perubahan gaya hidup rohani jemaat juga mendukung bertumbuh suburnya gereja-gereja di gedung-gedung bertingkat, seperti gedung perkantoran, pusat perbelanjaan bahkan sarana olah raga. Beberapa jemaat Universitas Sumatera Utara berpendapat, setelah mendapatkan “makanan” rohani melalui firman yang diterima di gereja, lalu dapat dengan mudah juga mencari makanan jasmani yang tersedia dipusat perbelanjaan.

4. 3. 3. Kriteria Ibadah Yang Sukses