khotbah misalnya.
Dalam beberapa kesempatan ibadah, saya melihat beberapa Pendeta yang kurang menguasai musik, ketika hendak melakukan khotbah mereka tidak melakukan
penyembahan, melainkan hanya berdoa saja lalu khotbah. Mereka menghindari nyanyian dan menyerahkan sepenuhnya kepada worship leader.
161
Tetapi karena dalam ibadah kontemporer tidak ada prosesi ibadah yang liturgis, namun sifatnya
lebih fleksibel, jadi tidak menjadi satu masalah bila seorang pendeta ketika hendak berkhotbah memulai dengan menyembah, bernyanyi, atau berdoa saja lalu khotbah.
3. 6. Pemakaian Kode Jari
Fingering Code
Sebuah lagu pujian maupun penyembahan ketika akan dibawakan oleh seorang worship leader dalam sebuah ibadah belum tentu sama nada dasarnya
dengan worship leader yang lain. Tergantung kepada kemampuan tinggi rendahnya jangkauan suara worship leader tersebut. Sehingga diawal lagu baik pujian maupun
penyembahan seorang worship leader memberikan aba-aba melalui kode-kode penjarian yang telah dimengerti musisi untuk memainkan nada dasar yang
dimaksudkankan. Untuk nada dasar C dilambangkan dengan jari telunjuk, nada dasar D dilambangkan dengan jari telunjuk dan tengah, nada dasar E dilambangkan dengan
jari telunjuk, tengah dan manis, nada dasar F dilambangkan dengan jari telunjuk,
161
Saya tidak menilai secara holistik terhadap seluruh Pendeta yang melakukan konversi ke agama Kristen tidak memiliki kemampuan bernyanyi dan berimprovisasi. Saya membuat gambaran
umum karena kajian yang saya lakukan tidak berpijak berdasarkan penelitian ilmiah terhadap permasalahan kapabilitas Pendeta-Pendeta tersebut dalam bernyanyi dengan membuktikan suatu teori
maupun hipotesis tertentu, melainkan lebih didasarkan kepada pengamatan kasar dalam ibadah saja.
Universitas Sumatera Utara
tengah, manis dan kelingking, nada dasar G dilambangkan dengan keseluruhan lima jari, nada dasar A dilambangkan dengan jari jempol kearah bawah, dan nada dasar Bb
dilambangkan dengan jari jempol kesamping vertical dan jari telunjuk kebawah horizontal
Kode penjarian memiliki peranan penting dalam lancarnya sebuah ibadah. Kode penjarian berguna untuk beberapa fungsi seperti: 1 untuk menunjukkan nada
dasar, 2 untuk modulasi, 3 untuk mengakhiri lagu ending, 4 untuk interlude, 4 untuk reffrain, 5 untuk verse , 6 hanya drum, 7 hanya piano, 8 dan
sebagainya. Penempatan kode-kode yang sama misalnya jari telunjuk memiliki arti yang berbeda pada saat yang berbeda, hal ini harus dimengerti oleh setiap imam
musik agar tidak menimbulkan kekeliruan.Misalnya seorang worship leader memberi kode jari telunjuk ketika lagu belum dimulai berarti yang ia maksud adalah nada
dasar C, sedangkan ketika worship leader memberi kode jari telunjuk ditengah- tengah lagu artinya imam musik harus kembali ke verse. Demikian untuk beberapa
kode penjarian
yang lain.
Dalam beberapa kasus yang saya melihat, beberapa worship leader bisa saja terlambat memberikan kode penjarian kepada imam musik dalam sebuah lagu yang
sedang dinyanyikan atau raagu-ragu, bahkan merubah kode yang telah diberi kepada imam musik pada saat hitungan detik-detik terakhir dalam sebuah bar yang akan
berakibat kesalahan oleh imam musik. Atau beberapa imam musik tidak memperhatikan kode yang diberikan oleh worship leader karena ia terlalu asik
menyembah—dengan mata tertutup—sehingga ketika ia membuka matanya worship
Universitas Sumatera Utara
leader tersebut tidak lagi memberi kode karena ia berpikir imam musik telah melihat sebelumnya. Seorang imam musik memang diharuskan ikut menyembah dalam
ibadah, namun tidak diperbolehkan menutup mata, agar tetap fokus menerima setiap instruksi dari worship leader.
Berikut ini kode penjarian yang digunakan dalam ibadah:
Gambar 5. Kode jari untuk menunjukkan nada dasar C dan untuk kembali ke bentuk verse
Sumber: Dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Kode penjarian untuk menunjukkan nada dasar D
dan untuk kembali ke refrain
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 7. Kode penjarian untuk menunjukkan nada dasar E
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 8. Kode penjarian untuk menunjukkan nada dasar F
Sumber: Dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Kode penjarian untuk menunjukkan nada dasar G
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 10. Kode penjarian untuk menunjukkan nada
dasar A
Sumber: Dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 11. Kode untuk menunjukkan nada dasar Bb
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 12. Kode penjarian ending 3 untuk mengakhiri lagu Sumber: Dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 13. Kode jari ending 2 pengulangan
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 14. Kode jari ending 1 pengulangan
Sumber: Dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 15. Kode penjarian untuk interlude. Tetapi bila lagunya bentuk ternary a, b, dan c maka kode penjarian ini untuk bentuk ke tiga, yaitu c. Atau
dalam kondisi lain kode ini juga berfungsi sebagai tanda kepada imam musik untuk bermain dengan dinamik lembut setelah penyembahan dilakukan.
Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 16. Kode penjarian untuk modulasi atau overtone
Sumber: Dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
3. 7.