5. 4. Peranan MELIHAT SEJARAH KHARISMATIK DAN TRANSFORMASI

Bambang Jonan mengatakan karena “beban” dan “tugas” yang diberikan Tuhan bagi gereja ini untuk memulihkan pondok Daud, dimana musik dan puji-pujian menjadi sangat identik dengan gereja ini. Sehingga orang-orang berpendapat dan mengatakan kepada beliau, “Gereja ini bisanya cuma memuji Tuhan saja, ibadahnya banyak diwarnai dengan musik, pujian, dan penyembahan”.

2. 5. 4. Peranan

Imam Musik Dalam setiap kesempatan musik selalu dimainkan sepanjang ibadah di GBI Medan Plaza, bahkan saat khotbah Firman Tuhan disampaikan musik tetap dimainkan secara lembut. Sehingga tidak heran jika sejak menit pertama ibadah dimulai hingga kita pulang kita akan terus mendengarkan bunyi musik dalam ibadah di GBI Medan Plaza. Menurut Wilfred sikap memainkan musik sepanjang ibadah, doa, dan khotbah merupakan sikap sebagai keranjingan musik yang berlebihan. Baginya, gereja harus bisa secara hati-hati membedakan antara “musik dalam ibadah” dengan “kecanduan musik dalam ibadah”. Gejala kecanduan tersebut diantaranya, keranjingan musik yang berlebihan dalam ibadah, memasukkan musik keras yang ekstrem, tidak mampu membedakan musik dengan berisik noise, musik yang dimainkan hanya semata-mata untuk menggerakkan emosi yang akan berakhir kepada suatu ecstasy sehingga ibadah menjadi bergantung kepada instrumen musik— melayani di gereja. Karena tidak mungkin sesudah “melayani” di night club pada sabtu malam, yang bisa saja mereka mengkonsumsi alkohol, terlibat narkoba, seks bebas, dan sebagainya, lalu minggu paginya mereka melayani di gereja dengan tangan mereka yang “tercemar”. Universitas Sumatera Utara khususnya musik Barat—agar memberi dampak rohani. 109 Menurut Bapak Pdp. Obed Sembiring sebagai koordinator Departemen Musik GBI Medan Plaza menuturkan, bahwa musik yang dimainkan sepanjang ibadah bukan sebagai sikap keranjingan terhadap musik. Tugas imam musik itu sesungguhnya adalah pengangkat “senjata”. Dalam konteks saat ini, imam musik tidak lagi memimpin peperangan dalam arti harafiah sebagai sebuah medan pertempuran melawan manusia—dalam teologia disebut berperang dengan darah dan daging— namun yang menjadi tanggung jawab imam musik secara Alkitabiah adalah memimpin peperangan rohani melawan penghulu-penghulu di udara dan kuasa-kuasa gelap Iblis 110 . Menurut Pdt. R. Bambang Jonan imam musik bertugas untuk melawan dan memerangi kuasa-kuasa gelap, pemerintah dan penghulu-penghulu di udara. Karena orang yang dikuasai oleh roh dan kuasa kegelapan iblis akan dicengkram sehingga akan menjadi lemah dan miskin Lihat Galatia 4:9. Dibalik kelemahan dan kemiskinan ada satu kekuatan dan satu spirit yang tidak terlihat yang menjebak dan mencengkram. 111 Pdt. R. Bambang Jonan mengatakan cara melawan penguasa kegelapan dan penghulu-penghulu di udara iblis yang dilakukan oleh gereja ini beserta imam musik adalah dengan memuliakan Tuhan melalui pujian dan 109 Wilfred J. Samuel, Op.Cit.,hlm.69 110 Iblis: Si jahat yang melawan Allah serta rencana keselamatan-Nya. Juga disebut “yang jahat” Matius 6:13. Kata asli dalam bahasa Ibrani dan Yunani berarti: pendakwa Lihat Ayub 1. ia adalah “pembunuh manusia sejak semula…di dalam dia tidak ada kebenaran dan ia adalah pendusta dan bapa segala dusta”Yohanes 8:44. Pada akhir jaman kuasanya akan meningkat Wahyu 12, tetapi akhirnya ia akan dikalahkan oleh kuasa Firman Allah Wahyu 19;11-20:6 juga disebut sebagai setan. 111 Disampaikan Pdt. R. Bambang Jonan pada pertemuan Departemen Musik 9 Agustus 2011 di GBI Medan Plaza Lantai 7 Universitas Sumatera Utara penyembahan Lihat Mazmur 8. Beliau mengatakan bahwa Tuhan telah meletakkan dasar kekuatan kepada setiap kita sejak masih kecil, yaitu Tuhan menyediakan puji- pujian. Karena ketika pujian dan penyembahan dinaikkan maka kekuatan akan bekerja dan iblis diberanguskan. 112 Peranan imam musik menurut Pdt. R. Bambang Jonan bukan hanya bertugas melayani puji-pujian dengan kemampuan bermain instrumen yang baik atau dengan bernyanyi dengan suara yang baik, maka hal itu sudah dianggap sebagai pelayanan musik. Beliau menegaskan bahwa pujian dan penyembahan yang ada di GBI Medan Plaza berbeda dengan pujian dan penyembahan yang ada di beberapa gereja lain yang menggunakannya sebagai pengisi waktu jeda. GBI Medan Plaza menggunakan musik sebagai sarana medium, kendaraan vehicle, alat tools yang tugasnya mengantar pesan dimana goal bagi gereja ini bukan sebagai pelayan musik. Tetapi pelayanan musik adalah media untuk menyampaikan nubuatan, untuk menyampaikan pesan Tuhan dan untuk menyampaikan Firman Tuhan Lihat 1 Tawarikh 25:1. Bapak Pdp. Obed Sembiring mengatakan, “Pelayanan musik dilakukan sebagai kerjasama tim, jadi disini tidak ada superhero atau one man show, jadi apapun yang dilakukan untuk mengangkat pujian dan penyembahan sebisa mungkin melayani dengan kerjasama tim, jadi oleh karena kerjasama tim inilah kita melayani agar Tuhan dipermuliakan”. 113 112 Pdt. R. Bambang Jonan, Ibid.,dalam pertemuan Departemen Musik 9 Agustus 2011 113 Banyak imam musik yang lebih memberikan perhatian dan waktunya untuk mencari popularitas, uang , dan “pelayanan” hiburan untuk memanjakan oranag Kristen yang kaya. Pelayanan musik bukan suatu permainan. Imam musik memiliki tanggung jawab dan panggilan Kudus untuk Universitas Sumatera Utara Begitu juga ketika Pdt. R. Bambang Jonan menyampaikan firman, imam musik sebagai orang yang mendukung ketika firman itu disampaikan. Jadi musik itu sebagai pendukung dalam penyembahan, artinya selalu ada atmosfir menyembah. Hal ini lazim dilakukan agar ketika firman itu disampaikan suasana penyembahan itu tetap ada. Bapak Obed mengatakan bahwa Firman Tuhan yang disampaikan dalam suasana penyembahan melalui musik akan sampai dan bertumbuh dengan baik dalam hati jemaat, bukan dalam pikirannya. 114 Musik diyakini memiliki kemampuan untuk mendatangkan pengurapan anointing 115 dan kuasa Allah. Ketika Daud melayani Raja Saul dengan musik, telah membawa kelepasan yang besar dari suatu tekanan 1 Samuel 16:23, sedangkan dalam kitab Kisah Para Rasul 16:25 tertulis kuasa Allah dinyatakan ketika Paulus dan Silas menyanyi untuk memuji Tuhan. Dengan demikian musik yang dimainkan sepanjang khotbah di GBI Medan Plaza, khususnya ketika Pdt. R. Bambang Jonan menyampaikan firman bukan sebagai bentuk gejala kecanduan atau keranjingan terhadap musik. Karena bunyi-bunyi musik yang dimainkan akan memberi suatu suasana atmosfir keintiman intimacy, akan memperjelas Firman Tuhan, dan digunakan sebagai suatu bahasa untuk menjelaskan secara terperinci perkataan dipenuhi, dan sekaranglah waktunya bagi imam musik untuk memasuki pelayanan yang Tuhan telah tentukan. Mike Hibbert, Op.Cit.,hlm.20 114 Disampaikan dalam wawancara dengan Pdp. Obed Sembiring pada tanggal 15 Maret 2011, pukul 09:46 WIB di GBI Medan Plaza 115 Dalam Perjanjian Lama pengurapan bisa menyangkut orang, tapi juga benda. Tujuan pengurapan atas benda-benda adalah penyucian benda itu disucikan karena digunakan untuk tujuan suci dan atas ketetapan Tuhan. sebab itu pengurapan harus dilakukan dengan minyak khusus Keluaran 30:22-25 dan oleh orang yang khusus, yang ditunjuk Tuhan. pengurapan atas orang berlaku bagi pengurapan Raja 1 Samuel 16:12-13, 2 Samuel 2:4, kemudian pengurapan atas Imam Besar Keluaran 28:41, dan pengurapan atas Nabi 1 Raja-Raja 19:16. Universitas Sumatera Utara nubuatan. 116 Lihat 1Tawarikh 25:1-3, Mazmur 49:5;150 Tetapi penting untuk diperhatikan bahwa musik yang dimainkan dalam ibadah menekankan dinamik dalam salah satu aspek musik. Keras lembutnya musik yang dimainkan sangat mutlak berpengaruh kepada atmosfir yang dibangun dalam ibadah. Sebagai pemimpin dalam tim musik di GBI Medan Plaza, saya melihat Bpk Obed menerapkan dinamik yang sangat baik dalam setiap ibadah dilakukan. Sering musik tetap dimainkan dengan lembut diawal dan diakhir lagu, sehingga worship leader tidak merasa ditinggalkan, dan Bapak Obed Sembiring tetap memainkan piano dengan lembut hingga ada perintah berhenti—Tetapi biasanya selama Pdt. R. Bambang Jonan berkhotbah Bapak Obed tetap memainkan piano dengan dinamik yang lembut, dan sesekali menaikkan volume hanya jika khotbahnya juga bersorak- sorai 117 —dengan demikian, Allah dapat bekerja dalam gelombang yang lain dalam penyembahan. Musik merupakan bahasa yang universal, musik mampu memperluas pikiran jemaat yang terbatas, pikiran yang secara terus menerus berusaha mengurangi bahkan mendiskreditkan Firman Tuhan yang tidak dapat dimengerti. Allah bisa menggunakan berbagai jenis alat musik yang berfungsi sebagai media untuk menyampaikan firman- Nya kepada umat-Nya yang tidak mendengar melalui sarana-sarana lain karena masih adanya prasangka dan kepahitan dalam diri mereka. Karena musik bukan hanya 116 Mike Hibbert, Op.Cit.,hlm.71. 117 Bersorak-sorai merupakan teriakan-teriakan yang mengajak jemaat bersuka cita seperti “Halleluya”, “Yeaaa…”, “Woohooo….” dan sebagainya, teriakan tersebut direspon oleh permainan musik secara tutti bersama dengan menirukan ritmis teriakan tersebut. Lihat bab III Universitas Sumatera Utara berpengaruh kepada alam fisik dan emosi manusia saja, namun sebagai cara untuk mengungkapkan serta menyentuh roh manusia. Menurut beberapa worship leader, musik dan lagu yang “dinyanyikan” 118 dengan Roh yang hidup 119 tidak akan membuat jemaat jenuh, bosan dengan lagu yang diulang-ulang hingga beberapa kali dalam ibadah. Lagu penyembahan dalam ibadah kontemporer biasanya hanya menggunakan bentuk binary A dan B, yang jika dinyanyikan hanya membutuhkan durasi ± 2 menit karena tidak menggunakan interlude: Engkau gembala yang baik, Kau menuntun hidupku; Kau bawaku ke air tenang, menyegarkan jiwaku. Sekalipun kuberjalan dalam lembah kekelaman; Tak akan gentar ku melangkah, S’bab Engkau besertaku. Robert Lea Pengulangan merupakan sesuatu yang esensial dalam setiap lagu sehingga lebih membantu mengingat liriknya. Juga sangat memungkinkan dilakukan, sebuah lagu tetap dinyanyikan, namun dengan mengubah satu kata dalam setiap stanza. 120 Contoh, dalam kalimat ”Tak akan gentar ku melangkah, S’bab Engkau besertaku” kata Engkau dapat diganti dengan Yesus atau Allah. Dalam sebuah ibadah kontemporer lagu tersebut bisa dinyanyikan ±8-10 kali 118 Dinyanyikan bukan dalam arti harafiah bernyanyi, melainkan lebih mengarah kepada konteks teologia yaitu nyanyian yang berdoa. “Sesungguhnya tugas worship leader bukan menyanyi—dalam arti harafiah—melainkan memimpin jemaat agar masuk dalam hadirat Tuhan”. Pdt. R.Bambang Jonan, disampaikan dalam pertemuan Apostolik dan Profetik pada tanggal 29 Juni 2011 di GBI Medan Plaza 119 Artinya nyanyian tersebut dipimpin oleh Roh Kudus yang menuntun setiap orang yang menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh. 120 Gilbert Chase, America’s Music From the Pilgrims to the Present,1992.,hlm.201 Universitas Sumatera Utara pengulangang dengan durasi 10-15 menit tanpa membuat jemaat berhenti bernyanyi dan bosan, karena lagu tersebut dinyanyikan dipimpin dalam Roh. Namun jika dipimpin oleh jalan pikiran atau logika menurut Pdt. R. Bambang Jonan, jemaat akan merasa bosan dan kemungkinan terburuk jemaat berhenti bernyanyi dan seolah-olah ia sedang menyaksikan konser musik. Hal ini menurut Beliau karena roh dan jiwanya tidak dilayani dengan benar. Musik yang dimainkan merupakan sebuah doa yang dilakukan atas tuntunan Roh Kudus sehingga musik yang dipanjatkan untuk melayani roh dan jiwa jemaat sekaligus. Seperti dalam kutipan berikut ini: Jika seorang Anda melayani berdasarkan dengan pikiran, maka firman yang Anda sampaikan akan masuk ke dalam pikiran jemaat yang Anda layani. Tetapi, jika kita melayani berdasarkan roh yang hidup didalam diri Anda, maka Anda akan melayani roh atau jiwa setiap orang yang mendengar Anda.Mike Hibbert,1988:71 Imam musik boleh memiliki talenta yang baik bidang musik, namun bukan karena kemampuannya Tuhan berkenan, melainkan karena ia berjalan setiap hari dalam kehidupan kerajaan Allah dan pengenalan yang dalam akan Firman Allah. Sebagai imam musik, penyanyi maupun worship leader harus mencari Allah tidak hanya pada hari minggu saja, melainkan sepanjang minggu, setelah itu baru mereka layak datang untuk melayani Tuhan dan mengalir di dalam aliran Roh Kudus yang sama. Jadi apa yang di lakukan sepanjang kebaktian sangat ditentukan dengan perilaku imam musik, worship leader sehari-hari. Universitas Sumatera Utara Sebagai seorang imam musik yang baik, diperlukan keahlian yang baik untuk membuat alat musiknya dapat “berbicara”. Oleh karena itu dituntut tanggung jawab yang sangat besar kepada imam musik. Tidaklah heran bila setiap imam musik harus menjadi penyembah Allah dan berjalan dalam cara hidup dengan prinsip yang disebut empat ‘S’, yaitu sanctification kekudusan, submission penaklukan diri, sensitivity kepekaan dan skill keahlian.

2. 6. Musik Dalam Ibadah Kontemporer Terhadap Kajian Perilaku