1. 3. Tempat Ibadah Yang Nomaden Menjadi Permanen

mengaku visi yang Tuhan berikan lebih besar dari sekedar ruko dua pintu dengan tiga lantai. Sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama Pdt. R. Bambang Jonan “rindu” memiliki tempat ibadah dengan kapasitas yang lebih besar dan memadai. Sedangkan ruko tersebut rencananya akan lebih banyak digunakan sebagai tempat aktifitas sepanjang minggu, seperti kelas SOM sekarang menjadi KOM: Kehidupan Orientasi Melayani 78 , pertemuan doa pengerja bulanan, pertemuan departemen-departemen, ibadah remaja pada hari sabtu dan sebagainya. 2. 1. 3. 2. Tempat Ibadah Yang Nomaden Menjadi Permanen Seiring berjalannya waktu, gereja ini terus bertumbuh jemaat yang Tuhan kirimkan setiap minggunya, sedangkan tempat ibadah yang digunakan tidak mampu menampung dalam kapasitas yang besar. Sehingga Gembala memiliki kerinduan untuk mencari tempat ibadah yang dapat disewa untuk digunakan secara permanen setiap minggunya. Kemudian dibentuklah dua tim yang bertugas mencari tempat ibadah, tim pertama beranggotakan Pdt. R. Bambang Jonan, Pdt. Petrus Honggo, Sdr. Stephen, sedangkan tim kedua terdiri dari para ibu, yakni Ibu Marini Ishak, Ibu Ana Sujono Alm dan Ibu Santy. Dengan motivasi yang besar tim kemudian bergerak mencari ke seluruh Kota Medan dengan perasaan antusias. Tidak ada gedung yang memiliki ruang kosong dengan kapasitas besar yang tersisa, semuanya tim datangi untuk menjajaki kemungkinan ruangan tersebut dapat digunakan sebagai 78 KOM adalah kelas belajar tentang Alkitab yang menjadi wadah untuk mempersiapkan umat yang layak bagi Tuhan menjelang kedatangan-Nya yang kedua kali Lukas 1:17 Universitas Sumatera Utara tempat ibadah secara permanen. Mulai dari ballroom hotel-hotel yang ada dipusat kota, gedung perkantoran, gedung pertemuan seperti Wisma Benteng, hingga ke ruang perpustakaan di gedung PP London pun tidak luput dari kunjungan tim. tetapi ternyata tidak mudah mencari tempat yang akan digunakan untuk beribadah. Kondisi ini menyebabkan hampir setiap minggu gereja ini harus mangadakan ibadah ditempat yang berbeda. Misalnya hari minggu pertama ibadah diadakan di Hotel Danau Toba International HDTI, maka minggu kedua bisa dilakukan di Wisma Kartini, atau di gedung Uniland, bahkan di Restoran yang “disulap” menjadi tempat ibadah, maupun tempat lain yang saat itu mengizinkan untuk disewa secara permanen sebagai tempat ibadah. Hal ini menjadi sedikit unik terdengar bagi jemaat, karena pihak gereja selalu memberi pengumuman kepada jemaat diakhir ibadah agar datang kembali untuk beribadah diminggu berikutnya tetapi belum diketahui dimana ibadah akan dilakukan. Solusinya, pihak gereja secara resmi akan memasang iklan pemberitahuan tentang dimana ibadah minggu selanjutnya di surat kabar lokal Harian Analisa edisi hari sabtu yang akan datang sehari menjelang ibadah, sehingga jemaat yang hendak beribadah dihari minggu supaya melihat pengumuman gereja terlebih dahulu dan tidak datang ketempat ibadah yang sama, karena belum tentu ibadah akan diadakan ditempat tersebut pada minggu berikutnya, ini dilakukan bukan karena gereja tidak mau mencantumkan tempat ibadah minggu berikutnya dalam warta jemaat, tetapi karena memang pihak gereja sungguh-sungguh belum tahu hendak beribadah dimana pada minggu yang akan datang, karena pihak gereja harus mencari tempat lain yang Universitas Sumatera Utara dapat disewa sebagai tempat ibadah. Keadaan ini terus berlangsung selama berbulan- bulan yang berdampak terhadap pelayanan baptisan. Karena tidak mungkin memiliki kolam baptisan sedangkan gedung gereja saja tidak punya. Hingga akhirnya baptisan pertama dilakukan di kolam renang pribadi milik seorang pengusaha. Lalu bulan- bulan berikutnya dilakukan di beberapa kolam renang umum, bahkan juga pernah dilakukan di Belawan Gambar 2. Baptisan yang dilakukan di kolam renang milik salah seorang pengusaha Sumber: Majalah 15 Th Anniversary GBI Rayon IV Medan Plaza Hingga akhirnya setelah melewati satu demi satu ibadah dan dari satu tempat ke satu tempat ibadah, maka pada tanggal 25 Juli 1993 GBI Bethany secara resmi ditahbiskan dan Pdt. R. Bambang Jonan sebagai Gembala Sidang. Pentahbisan dilakukan oleh ketua BPD yang pada masa itu dijabat oleh Bapak Alm. Pdt. J. Simangunsong bertempat di Wisma Benteng. Tetapi ternyata perjuangan belum Universitas Sumatera Utara berhenti sampai disini, setelah gereja resmi ditahbiskan, bukan berarti Wisma Benteng akan digunakan seterusnya sebagai tempat ibadah, justru sejak saat itu wisma tersebut tidak pernah digunakan lagi dalam ibadah-ibadah berikutnya. Akibatnya pada hari-hari berikutnya ibadah harus berpindah-pindah lagi dari Balai Kartini, lalu pindah ke Dharma Deli dan lain-lain. Dengan sedikit bercanda Pdt. Bambang sempat mengatakan, “Jadi gereja ini betul-betul sebagai gereja Kemah pondok Daud yang sesungguhnya,—kemahnya pindah-pindah—karena kerjanya camping terus”. 79 Usaha mencari tempat ibadah yang permanen terus berlanjut. Beberapa bulan berikutnya, atas bantuan dari alm. Bapak P.H. Napitupulu yang saat itu menjabat sebagai Direktur Komersil PTP IX merasa terpanggil untuk membantu gereja memperoleh tempat ibadah yang permanen. Lalu dengan penuh harapan, kemudian Bapak Napitupulu menghadap pihak Hotel Danau Toba International yang diwakili oleh Ibu Vera Pardede Istri dari Bapak Drs. Rudolf M. Pardede, salah seorang pemilik HDTI dan mantan Gubernur Sumatera Utara untuk menjajaki kemungkinan salah satu ruang pertemuan hotel agar dapat disewa secara permanen untuk digunakan sebagai tempat ibadah. Setelah melalui negosiasi pihak hotel setuju dan memberikan izin kepada gereja untuk memakai salah satu ruang pertemuan yang akan digunakan untuk ibadah pada hari minggu. Karena gedung yang disewa adalah sebuah ruang pertemuan convention 79 Disampaikan dalam kuliah Pujian dan Penyembahan di STT Misi Internasional Pelita Kebenaran pada tanggal 25 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara yang berada didalam kompleks hotel, maka tidak memungkinkan seluruh aktifitas perkantoran dan administrasi gereja dilakukan didalamnya, terlebih lagi ruangan yang disewa hanya dapat digunakan pada hari minggu untuk Ibadah Raya. Sehingga ketika jemaat datang ke tempat yang sama dihari berikutnya, jemaat tidak akan menemukan gereja disitu. Bisa saja gedung tersebut akan digunakan untuk resepsi pernikahan, launching product, atau bahkan konser Justin Bieber disitu ungkap Pdt. A.K Harahap dengan sedikit bercanda. 80 Tetapi ketika kita menggunakan tempat tersebut sebagai tempat ibadah yang kita mulai lakukan dari pukul 09:00-11.00 WIB, maka Allah akan hadir di tempat itu pada jam 09:00-11.00 WIB juga. “Saya yakin Allah tidak akan hadir saat Justin Bieber konser disitu” ungkap Beliau tegas. 81 Melihat kondisi tersebut, agar tidak mengganggu kelancaran administrasi, maka aktivitas perkantoran dan administrasi gereja masih tetap berada di ruko yang berada di Jalan Teuku Umar. Hal ini berlaku untuk semua cabang GBI yang menggunakan ibadah di gedung-gedung pertemuan yang tidak memiliki kantor gereja. Administrasi dipusatkan hanya pada satu kantor saja. Seiring dengan waktu berjalan, gereja ini mulai mengalami pelipatgandaan dalam jumlah jemaat dan pengerja yang bergabung ikut melayani dalam gereja. Melalui GBI HDTI kemudian gereja ini terus berkembang dan membuka gereja-gereja cabang yang lain, seperti: 80 Disampaikan dalam ibadah doa puasa pada hari sabtu, 30 April 2011 di GBI Medan Plaza, lantai 6. 81 Penulis mengartikan apa yang diungkap Pdt. A.K Harahap bahwa kata “hadir” dimaksudkan dalam konteks Allah “hadir dan bertakhta” di tempat itu pada saat ibadah pujian dan penyembahan dilakukan, karena sesungguhnya Allah itu maha hadir Omni Presence. Saya lebih mengapresiasi yang dimaksud dalam kalimat Pdt. AK. Harahap di atas bahwa bisa saja Allah “hadir” di konser Justin Bieber tetapi Allah tidak “bertakhta” di acara konser tersebut. Universitas Sumatera Utara GBI Pardede Hall, GBI Setia Budi, GBI Pematang Siantar, GBI Novotel, GBI Selecta, GBI Ria dulu GBI Resto Surabaya GBI Deli Tua dan GBI Medan Plaza, hingga akhirnya semua aktivitas perkantoran di pusatkan di GBI Medan Plaza. 2. 2. Sejarah Musik dalam Kekristenan