5. 3. GBI Medan Plaza: “Porsi” Musik Yang Lebih Besar

budaya luar. Hal ini terbukti berhasil di gereja tradisional yang merubah gaya ibadahnya. Sesungguhnya tidak ada yang salah secara spiritual maupun teologis dalam penggunaan musik kontemporer dalam pujian penyembahan. 104

2. 5. 3. GBI Medan Plaza: “Porsi” Musik Yang Lebih Besar

Memuji Tuhan dalam gereja dilakukan secara beragam, Gereja Katholik melakukan inkulturasi dan berusaha memasukkan kebudayaan lokal dalam proses penginjilan di setiap daerah yang berbeda, hal ini dianggap lebih efektif selama hal tersebut tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Seperti halnya Gereja Katolik yang menggunakan alat musik Karo dalam ibadah misa, atau Gereja Kristen Jawa GKJ menggunakan perangkat gamelan dalam ibadah mereka. Namun ada juga gereja yang menolak musik dalam gereja sebagai musik, sehingga mereka mengatakan “I don’t have music on my service”, walaupun orang yang mendengarnya tetap menyebut hal itu sebagai musik. Ada dua hal penting dalam ibadah Kristiani, yakni 1 pujian dan penyembahan, 2 pelayanan firman. Musik merupakan syarat mutlak dalam pujian, karena umat Kristen meyakini bahwa Allah bertakhta di atas pujian umat-Nya 105 . Saya merasa perlu mengingatkan bahwa musik dalam gereja dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu musik musik instrumen dan musik vokal. Bagi gereja-gereja tradisional yang ibadahnya bersifat liturgis, peranan musik instrumental dalam ibadah 104 Wilfred J. Samuel, Op.Cit.,hlm.67 105 Lihat Mazmur 66:17 dan Efesus 5:19 Universitas Sumatera Utara dapat digantikan oleh nyanyian vokal tanpa harus ada iringan alat musik, artinya dalam gereja tradisional ibadah masih dapat berlangsung dengan lancar dan hikmat tanpa iringan alat musik. Berbeda dengan ibadah kontemporer yang menuntut perhatian peranan instrumen musik dalam ibadah. Saya menemukan dalam sebuah ibadah pemuda youth service di salah satu cabang GBI Medan Plaza, tidak ada seorang imam musik pun yang datang melayani musik dengan berbagai alasan yang “sengaja diciptakan”. Setelah waktu ibadah lewat 30 menit dari jadwal semula, dan gereja telah terisi oleh jemaat muda-mudi yang memadati ruang ibadah, namun ibadah belum juga dimulai karena tidak ada seorangpun yang bisa melayani—walau hanya dengan alat musik gitar—dalam bidang musik. Lalu koordinator pemuda 106 menghubungi saya agar segera membantu melayani musik agar ibadah dapat segera dimulai. Saya kemudian berhipotesa ‘sedikit’, bahwa ibadah kontemporer tidak berjalan “mulus” tanpa iringan alat musik? Wilfred J. Samuel dalam bukunya melontarkan pertanyaan, akankah gereja Kharismatik bubar, jika tidak ada musik? instrumen yang mengiringi Kemudian saya mengarahkan pertanyaan ini ke dalam konteks GBI Medan Plaza. Tetapi merupakan fakta yang saya temukan bahwa musik menjadi sebuah “urgensi” bagi kalangan GBI Medan Plaza. Sebenarnya musik dan gereja merupakan satu kesatuan yang tidak dipisahkan. Tidak ada gereja Tuhan yang dapat lepas dari peran musik. Menurut Bapak Pdp. Obed Sembiring, satu yang perlu diperhatikan, bahwa setiap 106 Pelayanan yang bertanggung jawab terhadap kelancaran akan berlangsungnya ibadah pemuda. Universitas Sumatera Utara gereja memiliki “porsi” musik nya masing-masing, setiap gereja memiliki visi dan misinya masing-masing. GBI Medan Plaza dengan misi yang diberikan Tuhan untuk memulihkan pondok Daud yang didalamnya ada pujian dan penyembahan, maka musik mendapat perhatian lebih bagi gereja ini. Karena gereja-gereja tradisional yang tidak memiliki tujuan memulihkan pondok Daud dan tidak melakukan pola-pola ibadah seperti yang dilakukan Daud, sehingga ibadah mereka lebih bersifat liturgis. Gereja Kharismatik dalam setiap perayaan celebration di dalam ibadah, menjadikan musik sebagai sesuatu yang menjadi perhatian serius. Sudah menjadi sebuah komitmen bagi imam musik yang melayani dibidang ini dan mencurahkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pelayanan Tuhan. Dalam ibadah yang sifatnya cenderung “seperti perayaan” atau selebratif tentu tidak ada arti jika dilakukan tanpa musik. Sebuah perayaan tanpa musik hadir didalamnya tentu akan kehilangan makna. Suasana selebratif ini saya yakini menjadi salah satu faktor yang sangat berkontribusi dan dalam menarik kaum muda datang beribadah, khususnya saat ini terhadap bentuk ibadah kontemporer seperti yang terdapat di GBI Medan Plaza dengan musik yang hidup live music. Gereja ini menggunakan musik yang populer berbeda dengan gereja-gereja tradisional. Banyak anak-anak muda mengaku menjadi tertarik dan ikut beribadah di GBI Medan Plaza dengan alasan musik dan khotbah yang ada dalam ibadah tidak membuat mereka mengantuk di dalam gereja, melainkan justru membuat mereka lebih bersemangat. Saya sendiri tanpa sengaja mendengar di bangku gereja, salah seorang jemaat yang Universitas Sumatera Utara saat itu dipenuhi oleh kaum mahasiswa dan dewasa muda, ia mengatakan “Gaul sekali gereja ini”. Alasan lain mengapa saya mengatakan musik merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi GBI Medan Plaza. Ketika gereja ini mulai berdiri tahun 1993, gereja ini tidak memiliki tim musik yang bisa melayani dalam ibadah. Karena begitu pentingnya musik bagi gereja ini, hingga Bapak Gembala Pdt. R Bambang Jonan mengunjungi night club untuk mencari pemusik yang akan direkrut untuk melayani di gereja. Pdt. Bambang berkata “mungkin tidak ada Pendeta yang pernah memiliki pengalaman seperti saya”. Yang beliau lakukan adalah mendatangi sebuah night club yang paling terkenal di Kota Medan yaitu night club d’Paris. Ketika di dalam night club, kemudian Pdt. Bambang duduk sendirian dibangku sofa dan disebelah kiri dan kanan beliau adalah hostest PSK: Pekerja Seks Komersil. “Saya kira tidak ada pendeta yang modelnya seperti ini” 107 ungkap Beliau. Melalui perkenalan dengan pemusik-pemusik yang berasal dari night club tersebut, setelah melalui pendekatan, pergumulan dan doa, lambat laun mulai menampakkan hasil yang baik. Mereka mulai bersedia melayani untuk bermain musik di gereja, walaupun mereka belum bisa meninggalkan kehidupan night club secara total. Sehingga tidaklah heran, jika malam minggu atau hari lainnya para pemusik tampil di night club, maka hari minggunya mereka tampil di gereja. 108 Pdt. R. 107 Disampaikan dalam mata kuliah Pujian dan Penyembahan di STT Misi Internasional Pelita Kebenaran, Sumatera Resort pada tanggal 25 Maret 2011. 108 Situasi ini sempat menjadi bahan pergunjingan dijemaat maupun pengerja, mereka mengganggap bahwa gereja bisa tercemar oleh orang-orang yang demikian jika dibiarkan tetap Universitas Sumatera Utara Bambang Jonan mengatakan karena “beban” dan “tugas” yang diberikan Tuhan bagi gereja ini untuk memulihkan pondok Daud, dimana musik dan puji-pujian menjadi sangat identik dengan gereja ini. Sehingga orang-orang berpendapat dan mengatakan kepada beliau, “Gereja ini bisanya cuma memuji Tuhan saja, ibadahnya banyak diwarnai dengan musik, pujian, dan penyembahan”.

2. 5. 4. Peranan