Aspek Sosiologis Agama 1. Ungkapan Religius Perorangan

aktivitas kultural seperti yang terdapat dalam gereja-gereja kharismatik. Dalam hal ini saya tidak bermaksud untuk membandingkan antara tradisional dan kharismatik sebagai satuan-satuan kecil, namun hanya melihat fakta menarik dan fenomena- fenomena yang muncul dalam denominasi yang berlainan, tujuannya agar memperoleh pandangan yang lebih dalam dan seksama sehingga data tersebut dapat memperjelas satu dengan yang lain. Apa yang muncul dalam aktivitas ibadah di GBI Medan Plaza merupakan sebuah fenomenologi historis agama dimana tata cara beribadahnya merupakan fenomena yang dicoba untuk dipahami. 224 4. 4. Aspek Sosiologis Agama Agama sebagai suatu sistem sosial di dalam kandungannya merangkum suatu kompleks pola kelakuan lahir dan batin yang ditaati penganut-penganutnya. Dengan cara itu pemeluk-pemeluk agama baik secara pribadi maupun bersama-sama berkontak dengan “Yang Suci” dan dengan saudara-saudara seiman. Mereka mengungkapkan pikirannya, isi hatinya dan perasaanya kepada Tuhan menurut pola- pola tertentu dan lambang-lambang tertentu. Sebagai contoh bagi kalangan Kharismatik, ketika beribadah dengan Tuhan, maka pola-pola kelakuan lahir batin yang sudah diakui, seperti berbahasa Roh glossolalia, menari, bertepuk tangan dan sebagainya dilakukan untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati kepada Tuhan. Agama terkena proses sosial dan institusionalisasi dan menggunakan mekanisme kerja yang berlaku, seperti: 224 Mariasusai Dhavamony, Fenomenology Agama, Kanisius.Jakarta,1995,hlm.32. Universitas Sumatera Utara 4. 4. 1. Ungkapan Religius Perorangan Ungkapan iman seorang penganut agama yang sempurna strict personal juga dilakukan menurut pola-pola kebudayaan tertentu. Misalnya dalam sebuah ibadah kontemporer, seorang berdoa lalu memperagakan beberapa ungkapan melalui bahasa verbal dengan kata-kata, mengungkapkan sikap tubuh, gerak kaki membentuk pola sujud, gerakkan tangan baik terbuka maupun tertutup dan ungkapan-ungkapan dengan sikap tubuh, kaki, tangan, dan sebagainya itu dilakukan menurut pola-pola kebudayaan Kharismatik yang hidup di lingkungannya. Dengan melihat cara seseorang berdoa, kita dapat mengenali pelakunya dengan mudah, agama apa yang dianutnya. Dalam kekristenan juga masih dapat terpancar melalui ungkapan- ungkapan religius yang dilakukan perorangan, aliran Kristen apa yang dianut oleh orang tersebut. Sebagai contoh pertama, ketika seorang Kristen bertemu dan menyapa dengan ucapan Shalom 225 , maka sebagian orang akan berpandangan bahwa orang tersebut sebagai pengaut Kristen Kharismatik. Walaupun saya belum melakukan penelitian secara dalam akan hal ini, tetapi saya melihat dalam pengamatan sehari-hari penggunaan kata Shalom sangat familiar dikalangan sesama jemaat Kharismatik daripada jemaat gereja tradisional. Kedua, “gaya” berdoa seorang Kharismatik sangan mudah dikenali dari “isi” doa yang puitis dan diucapkan dengan suara yang “lantang”. Sekali lagi saya katakan bahwa ini merupakan pengamatan kasar saya 225 Shalom artinya damai sejahtera Universitas Sumatera Utara ketika mengikuti persekutuan-persekutuan yang dilakukan interdenominasi, sering terdengar ucapan-ucapan yang mengarahkan bahwa kaum Kharismatik sangat mudah dikenali dari cara mereka berdoa dan berkhotbah. 4. 4. 2. Ungkapan Religius Kolektif