dalam lagu penyembahan telah baku digunakan dalam setiap ibadah dan merupakan pola “standar” untuk mengakhiri sebuah lagu penyembahan. Sehingga dalam tulisan
ini saya tidak membahas pola ending untuk lagu-lagu pujian, karena dalam lagu-lagu pujian ending yang digunakan cenderung mengacu kepada aransemen ending yang
digunakan oleh musisi Kristen kontemporer yang mempopulerkan lagu tersebut. Sehingga ketika lagu tersebut dibawakan dalam ibadah imam musik berusaha untuk
meniru aransemen tersebut, atau tim musik tersebut dapat mengaransemen ulang dengan versi mereka sendiri. Artinya tim musik tersebut dapat mengurangi durasi
ending, menambahkan bahkan merubah keseluruhan ending tersebut. Dan biasanya aransemen yang dibawakan oleh tim musik yang ada di GBI Medan Plaza menjadi
“kiblat” bagi tim-tim musik yang ada di gereja cabang yang dibawahi oleh gereja ini. Pola-pola
ending yang sering digunakan dalam lagu penyembahan sebagai berikut:
1. Pola
Ending I-vi-ii-V-I
Pola ending seperti pada contoh 2 lagu di bawah merupakan pola ending yang paling sering digunakan untuk mengakhiri sebuah lagu penyembahan. Ketika worship
leader memberi kode jari Ending 3 maka progresi akor ending lagu tersebut menggunakan progresi akor I-vi-ii-V-I di ulangi sebanyak tiga kali dan di akhiri
dengan tempo poco rit…berangsur-angsur lambat dan dimainkan secara tutti
165
165
Tutti artinya semua; maksudnya semua anggota orkes danatau paduan suara ikut main Latifah Kodijat, Op.Cit., hlm.76
Universitas Sumatera Utara
lalu di akhiri kadens—kadens akan saya bahas pada sub-bab berikutnya. Saya menemukan bahwa progresi akor I-vi-ii-V-I ketika dimainkan oleh imam musik,
jemaat secara spontan akan mengerti bait terakhir merupakan ending walaupun ketika jemaat sedang memejamkan mata saat bernyanyi, dengan mendengar pola
ending I-vi-ii-V-I jemaat mengerti bahwa lagu akan berakhir, Contoh 2.
Namun yang penting menjadi perhatian penting adalah bahwa dalam setiap pola ending akan selalu diakhiri dengan ritardando
166
, tutti serta dan dinamik yang keras ketika mencapai puncaknya yang diakhiri oleh kadens. Ketika memainkan tutti
merupakan bagian penting dalam mengakhiri sebuah lagu apakah akan diakhiri dengan baik atau justru terjadi miskomunikasi dengan worship leader ketika
166
Ritardando, Ritardare artinya melambat; tempo melambat secara berangsur-angsur Latifah Kodijat, Op.Cit., hlm.63
Universitas Sumatera Utara
menyanyikan bagian-bagian melodi yang diberi tanda fermata.
167
Agar tidak terjadi kesalahan misalnya worship leader menyanyikan sebuah melodi ending dengan not
setengah bertitik dengan fermata. Seperti berikut: Contoh 3.
Melodi di atas merupakan contoh motif terakhir yang dinyanyikan dengan poco rit tempo melambat dengan not setengah bertitik pada bar kedua dan ketiga, yang dapat
juga dinyanyikan dengan menggunakan not seperdelapan seperti contoh berikut: Contoh 4.
Kedua contoh di atas memiliki perbedaan pada nilai not pada birama kedua dan ketiga. Keduanya dapat digunakan dalam sebuah ibadah, tetapi tidak seorang imam
musik pun tahu mana diantara kedua contoh di atas yang akan dimainkan dalam
167
Fermata adalah tanda memperpanjang nada atau istirahat, lamanya tidka tentu Latifah Kodijat, Ibid.,hlm.27.
Universitas Sumatera Utara
ibadah, semuanya tergantung kepada worship leader yang menjadi pemimpin dalam ibadah tersebut. Sehingga penting bagi imam musik untuk memperhatikan setiap aba-
aba melalui gerakan tangan worship leader tersebut.
Kontur harmoni harmony contour akan memberi gambaran akan progresi akor melalui garis shape atau garis geometrik desain geometric design dan
penempatan secara fisik dari progresi akor. Dengan melihat pola progresi akor ending melalui garis harmoni harmony shape atau kontur harmoni maka pola ending I-vi-
ii-V-I di atas akan tampak seperti pada garis geometrik desain merah di bawah ini: Contoh 5.
2. Pola