8. Pola MUSIK DALAM IBADAH KONTEMPORER DI GBI MEDAN PLAZA

3. 8. Pola

Ending Dalam mengakhiri sebuah lagu khususnya penyembahan juga dilakukan semacam “penyeragaman” ending yang akan menuju pengulangan berupa coda 164 sebayak dua sampai tiga kali sebelum diakhiri kadens dan sorak-sorai. Sehingga jemaat dan worship leader akan dengan mudah mengetahui bahwa lagu tersebu akan berakhir. Dalam mengakhiri sebuah lagu merupakan sebuah situasi yang krusial bila tidak dilakukan dengan koordinasi yang tepat antara worship leader dan imam musik, terutama dibagian kadens yang dimainkan dengan ritardando tempo berangsur- angsur lambat sering terjadi kesalah pahaman. Sehingga imam musik dituntut untuk dapat melihat gerakan tangan dan mendengar nyanyian worship leader yang memberi aba-aba sebuah ending yang ia inginkan. 164 Coda artinya buntut; ekor; tambahan pada penutup ciptaan. Latifat Kodijat, Istilah-Istilah Musik. Djambatan,1986, hlm.15. Universitas Sumatera Utara Dalam hal ini bagaimanapun aransemen ending dari sebuah lagu penyembahan dalam sebuah album rekaman rohani, maka ketika dibawakan dalam sebuah ibadah ending tersebut akan dibuat menggunakan pola yang telah menjadi standar dari GBI Medan Plaza. Seperti ada penyeragaman ending terhadap semua lagu penyembahan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan tidak menimbulkan kekacauan dalam pelayanan. Karena personil imam musik tidak berasal dari satu tim musik yang sama, melainkan bisa berasal dari cabang lain yang belum tentu pernah bersama-sama melayani sehingga dikhawatirkan memiliki ending yang berbeda-beda. Dengan adanya pola ending yang baku maka walaupun imam musik belum pernah bekerjasama dalam satu tim, maka masing-masing telah memahami ending yang bagaimana biasa digunakan kepada lagu penyembahan, sehingga kemungkinan melakukan kesalahan dapat diminimalisir. Ada beberapa pola ending yang sering digunakan dalam ibadah di GBI Medan Plaza, namun pola-pola ending tersebut digunakan mengacu kepada progresi akor dari lagu yang telah ada dan tidak semua pola ending dapat diterapkan kepada lagu yang berbeda. Hal ini menuntut “kejelian” dan “feeling” musikalitas imam musik untuk menempatkan pola-pola ending tersebut. Namun semakin sering imam musik melayani dalam ibadah, maka semakin ia menguasai berbagai lagu-lagu penyembahan sehingga setiap imam musik telah memilkiki pola ending yang sama terhadap berbagai lagu yang sering digunakan dalam ibadah. Dalam tulisan ini saya hanya akan memberikan contoh pola-pola ending yang biasa digunakan dalam lagu penyembahan worship saja, karena pola-pola ending Universitas Sumatera Utara dalam lagu penyembahan telah baku digunakan dalam setiap ibadah dan merupakan pola “standar” untuk mengakhiri sebuah lagu penyembahan. Sehingga dalam tulisan ini saya tidak membahas pola ending untuk lagu-lagu pujian, karena dalam lagu-lagu pujian ending yang digunakan cenderung mengacu kepada aransemen ending yang digunakan oleh musisi Kristen kontemporer yang mempopulerkan lagu tersebut. Sehingga ketika lagu tersebut dibawakan dalam ibadah imam musik berusaha untuk meniru aransemen tersebut, atau tim musik tersebut dapat mengaransemen ulang dengan versi mereka sendiri. Artinya tim musik tersebut dapat mengurangi durasi ending, menambahkan bahkan merubah keseluruhan ending tersebut. Dan biasanya aransemen yang dibawakan oleh tim musik yang ada di GBI Medan Plaza menjadi “kiblat” bagi tim-tim musik yang ada di gereja cabang yang dibawahi oleh gereja ini. Pola-pola