Dalam teori musik Barat terdapat banyak pola kadens yang digunakan dalam berbagai era musik yang ada. Karena itu dalam tulisan ini saya hanya fokus kepada
bentuk kadens yang selalu digunakan dalam ibadah di GBI Medan Plaza saja.
3. 9. 1.
Authentic cadence
Kadens autentik juga dikenal sebagai closed atau standard cadence, yaitu kadens dengan urutan akor V- I atau IV-V-I. Kadens ini juga disebut sebagai perfect
authentic cadence, nama lain untuk perfect cadence. Akor V7 bisa menggantikan akor dominan pada bentuk kadens autentik. Dalam ibadah, sebuah lagu penyembahan
yang idealnya diakhiri terlebih dahulu oleh coda yang diulang dua sampai tiga kali gunakan kode jari tiga, dua, dan satu—lihat sub-bab ending lalu diakhiri dengan
kadens dan dilanjutkan dengan “sorak-sorai”,
171
lalu imam musik akan memainkan pola flowing. Berikut ini merupakan contoh lagu yang diakhiri dengan menggunakan
authentic cadence:
Contoh 12.
171
Sorak-sorai merupakan suasana dimana worship leader akan membawa jemaat kepada suasana sukacita, bersorak riang seperti: “Halleluya”, “Yesus”. Dalam suasana sorak-sorai imam
musik tetap memainkan musik pada tingkat tonik dengan teknik—saya menggunakan istilah Paul Cooper—motoric rhythm. Peranan drum sangat penting dalam menciptakan suasana sorak-sorai,
dimana suara cymbal sangat dominan.
Universitas Sumatera Utara
3. 9. 2. Plagal cadence
Kadens plagal yakni kadens dengan urutan akor IV-I. Kadens ini juga dikenal dengan “kadens amin” karena sering ditempatkan dengan teks “Amin” dalam musik
himne. Kadens ini terasa lebih lemah dibanding dengan kadens V-I, biasanya dipergunakan untuk mengakhiri kalimat lagu yang mengandung rasa sedih.
172
Contoh 13.
172
Pono Banoe, Pengantar Pengetahuan Harmoni, Kanisius.Jogjakarta.2003,hlm.201
Universitas Sumatera Utara
3. 9. 3. Accidental cadence V-VI-I
Kadens seperti ini merupakan kadens yang tidak begitu populer di gunakan dalam musik-musik pop di dunia sekuler. Kadens aksidental ini akan memberi
suasana yang berkesan “gagah” dan agung karena dari tingkat tonik langsung diarahkan menuju tingkat V dan VI yang memiliki langkah satu whole step.
Kadens ini memberi sebuah atmosfir yang megah dan biasa digunakan untuk menciptakan efek gagah, ada kesan patriotik didalamnya. Ketika hal ini saya
sampaikan kepada Bapak Obed Sembiring, ia sendiri menyukai istilah gagah tersebut, karena secara teologi aksidental kadens ini tujuannya untuk menciptakan suasana
pengagungan kepada
Allah. Sebuah lagu penyembahan yang telah diakhiri dengan coda yang diulang dua
hingga tiga kali, jika hendak diakhiri dengan kadens aksidental maka pemimpin imam musik pada piano akan memberi aba-aba kepada imam musik yang lain dengan
menggunakan jari jempol kearah atas. lihat gambar 11 Untuk membangun suasana
Universitas Sumatera Utara
yang agung maka imam musik pada filler
173
yang memainkan synthesizer akan memilih menggunakan warna
-warna suara
yang berkarakter megah, seperti timpani, French horn, brass, dan string
. Contoh 14.
3. 10. Tempo dan Dinamik