6. MELIHAT SEJARAH KHARISMATIK DAN TRANSFORMASI

Dengan berbekal pujian dan penyembahan ini Pdt. R. Bambang Jonan datang ke Kota Medan dan mulai menggembalakan beberapa jemaat dengan selalu berpedoman kepada Kitab Yesaya 54:2-3. Sejak saat itu segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan gereja selalu mengacu kepada pujian dan penyembahan. Lalu pada tahun 1995 Tuhan memberi tuntunan baru, bahwa pujian dan penyembahan saja tidak cukup, lalu “dikawinkan” kembali pujian, penyembahan dan doa. Kemudian pada tahun 1999 melalui pertemuan doa di Yerussalem, maka diputuskan doa, pujian dan penyembahan tidak cukup jika tidak ditambah dengan keintiman intimacy. Lalu pada tahun 2010 bahwa doa, pujian dan penyembahan yang dilakukan dengan keintiman tidak cukup, seperti yang dilakukan Salomo dalam Kitab 2 Tawarikh 7 yaitu doa, pujian dan penyembahan harus “dikawinkan” dengan persembahan kekayaan. Maka dengan melakukan semuanya itu maka kemuliaan Tuhan akan turun bagi gereja ini. 123 2. 6. 2. Manifest Spirit Possession, Trance Melalui Pujian Penyembahan Pdt. R. Bambang Jonan mengatakan pada dekade 1990-an, ketika Medan Plaza mulai digunakan sebagai tempat ibadah, khususnya diawal-awal berdiri. Dengan hal-hal yang ajaib para hamba Tuhan melihat banyak contoh yang terjadi, 123 Disampaikan oleh Pdt. R. Bambang Jonan pada doa pengerja pada tanggal 7 Juli 2011 di GBI Medan Plaza lantai 6. Universitas Sumatera Utara banyak orang mengalami ecstasy 124 dan dipenuhi Roh Kudus. Sehingga tidak heran hampir setiap minggu ada orang yang tiba-tiba roboh dan tiap minggu petugas kebersihan selalu mendapat tugas membersihkan muntah yang diakibatkan seseorang yang merasakan manifest. Pdt. Bambang mengatakan, saat itu ketika saya berkhotbah dan penyembahan mulai dinaikkan, ada orang yang kemudian berjalan dengan perutnya menyerupai ular, begitu mulai didoakan dan pujian terus dinaikkan kemudian tiba-tiba dilepaskan dari kuasa jahat. Pdt. R. Bambang Jonan meceritakan satu pengalaman lain dalam ibadah diawal berdirinya GBI Medan Plaza, suatu kali ada seorang pemuda tiba-tiba kesurupan, dan kemudian dilepaskan oleh Tuhan. Melihat kejadian tersebut, salah seorang temannya takut dan berlari ke depan menuju arah altar, begitu sampai ke depan tiba-tiba temannya itu langsung terhempas, kemudian manifest dan kesurupan. Lalu mulai didoakan dan kemudian ia dilepaskan oleh Tuhan. Kisah yang begitu populer adalah tentang Daud saat ia memainkan kecapi untuk menenangkan Saul yang sedang kesurupan, dan sering dianggap sebagai cerita yang paling dikenal tentang pengusiran setan dengan cara musikal. Curt Sach 1940,105 menginterpretasikan hal diatas dengan istilah exorcism. Begitu juga dengan E. Dhorme 1956,868 yang mengatakan Daud dan musiknya merupakan “obat” untuk kesurupan possession yang dialami Saul. Begitu juga dengan 124 Dalam literatur Perancis disebut dengan extase yakni sebagai keadaan mental dengan karakteristik merenung hingga dibawah sadar diikuti hilangnya sensitivitas dan “motricity”. Hingga orang tersebut disebut transe, kalangan yang lain menyebutnya sebagai extase Gilbert Rouget,Music and Trance: a theory of relations between music and possession,The University of Chicago Press,Chicago,1985 Universitas Sumatera Utara Combarieu 1909,86 yang mengatakan Saul sebagai orang yang kesurupan, melalui musik yang dimainkan Daud kemudian memberikan dampak baik kepadanya. 125 Gilbert Rouget berpendapat, bahwa musik memiliki hubungan sebab akibat terhadap beberapa jenis trans. Keadaan trans menurutnya dapat dicapai karena adanya pukulan drum yang keras, tempo yang semakin cepat, dan kalimat melodi yang diulang-ulang. Seorang ahli syaraf neurophysiologist asal Amerika, Andrew Neher membuktikan secara terbalik, “mystery” dari efek drum dalam trans yang semata- mata berperan menghasilkan gerak neurophysiological dari bunyi yang dihasilkan oleh instrumen. Sebelumnya Melville J. Herkovits menjelaskan dalam tulisan lanjutan, bahwa efek musisi mengalami trans sebagai hasil dari refleksi situasi saat itu. Kemudian saya melihat teori yang di ungkapkan Rouget kedalam musik yang digunakan di GBI Medan Plaza. Sebuah lagu penyembahan akan dimulai dengan piano, drum, bas, dengan dinamik yang lembut, kemudian lagu tersebut akan diulang- ulang ±8-10 kali dengan kalimat melodi yang sama namun dengan dinamik yang berangsur-angsur keras dan cepat. Hingga akan mencapai klimaks kepada sebuah suasana sorak-sorai dimana pukulan drum dan bunyi cymbal trilling akan menjadi sangat dominan. Perubahan pukulan drum dalam penyembahan dari yang sederhana hingga puncak dari penyembahan juga diikuti oleh perubahan dinamik oleh imam musik yang lain. Tahap pertama, pada awal lagu di bagian verse drum dimainkan dengan 125 Gilber Rouget, Op.Cit.hlm.154 Universitas Sumatera Utara pukulan rim-shot pada snare drum, dan kick-drum dimaikan dengan ritem 8 beat, sedangkan hi-hat dipukul dengan pukulan 116, seperti di bawah ini: Ritem drum 8 beat Tahap kedua, ketika lagu di bagian chorus, snare drum dipukul pada kulit, dan hi-hat tetap dimainkan pukulan ritem 116 dan kick drum tetap memainkan 16 beat, seperti di bawah ini: Ritem drum dengan kick drum kombinasi 8 beat dan 16 beat Tahap ketiga disebut juga dengan mars, dimainkan pada bagian chorus lagu serta dilakukan pengulangan dengan pukulan drum dan iringan musik yang semakin keras. Drum dimainkan dengan kick drum 14, tangan kiri memainkan cymbal dengan trilling yang panjang dan tangan kiri dan kick drum memainkan kombinasi snare drum pada ketukan dua dan empat, seperti contoh di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Ritem drum dengan ketukan kick drum ¼ Bagian keempat merupakan puncak dari penyembahan, dimana kick drum dimainkan dengan nilai 18 dan snare drum dipukul pada ketukan kedua dan keempat, seperti contoh di bawah ini: Ritem drum dengan ketukan kick drum 18 Hingga akhirnya seluruh imam musik memainkan kadens dan bersorak-sorai, kemudian leader musik pada piano akan memimpin imam musik yang lain menuju kepada pola flowing lihat bab 3. Menurut Rouget, musik tidak dapat dipisahkan dari pola kebersamaan dan tingkah laku. Dalam sebuah ibadah, jemaat secara komunal akan secara ekspresif melakukan penyembahan, melalui doa, bermazmur, berbahasa Roh secara komunal, mengundang agar dirinya dipenuhi Roh Kudus. Saya melihat ketika seseorang duduk dalam sebuah ibadah, maka orang didekatnya yang juga telah berbahasa Roh secara transformatif dapat mempengaruhi jemaat yang lain hingga mencapai trans oleh Roh Kudus. Hal ini dapat terlihat dari lidah yang bergetar-getar mengeluarkan suara bahasa Roh, tangan yang bergetar-getar, bahkan mencapai suatu keadaan manifest. Universitas Sumatera Utara Roh Kudus itu digambarkan sebagai burung merpati, lidah api dan tiupan angin. Menurut kesaksian jemaat Ibu Intan Simamora yang mengalami manifest akibat lawatan Roh Kudus yang ia undang hadir dalam dirinya agar dirinya “dipenuhi” oleh Roh Kudus, beliau merasakan seperti ada aliran listrik yang mengalir dari kepala keseluruh tubuh mereka. Saat hal itu terjadi ia tidak dapat berdiri, sehingga ia terjatuh dan rebah di lantai seorang pengerja wanita akan menahan agar tidak jatuh dengan keras di lantai dan merasakan lidahnya bergetar, bergerak tidak dapat dikendalikan, mengucapkan bunyi-bunyi ritmis. Ibu Simamora juga sadar ketika ia diangkat oleh beberapa pengerja dan dibawa keladam ruang doa, lalu didoakan oleh beberapa pengerja diruangan itu. Ibu Simamora juga merasakan kepalanya bergerak-gerak di lantai ke arah kiri dan kanan dengan mata tertutup. Beliau mengaku sadar apa yang terjadi, tetapi ia tidak dapat mengendalikan lidahnya agar berhenti bergetar dan kepalanya berhenti bergerak. Para pengerja kemudian berdoa disebelah Ibu Simamora, dan mendengar bisikan oleh para pengerja yang menginstruksikan agar ia memanggil nama Yesus. Dan Ibu Simamora diperintahkan untuk diam bergerak oleh pengerja, “anehnya saya turut dengan perintah tersebut, ujar Beliau”. Dr. Juanita McElwain menegaskan pentingnya mengetahui apa yang menyebabkan dan mempengaruhi dari beberapa keadaan supranatural dalam kehidupan orang-orang, dalam kaitannya dengan hal ini beberapa bentuk komunikasi dapat terjadi dalam kondisi pemindahan pikiran thought dan perasaan feeling. Mempertimbangkan kutipan kalimat berikut: “Syaraf otak yang terhubung dengan Universitas Sumatera Utara seluruh sistem adalah perantara dimana surga berhubungan dengan manusia dan mempengaruhi kehidupan batinnya”. 126 Tuhan menciptakan dalam diri manusia sebuah mekanisme untuk Roh Kudus dapat berkomunikasi secara langsung dengan setiap kita. Ini merupakan konsep Alkitabiah: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” 1 Korintus 3:16. T. E. Wade menjelaskan kegiatan meditasi transendental seperti hypnosis, glossollalia, spiritism memiliki kaitan dengan kesurupan. Wade menyimpulkan: “Ini merupakan keyakinan saya bahwa otak normal manusia dapat mengalami pengalaman hubungan fungsional dengan Roh Kudus oleh sebuah mekanisme yang mengakibatkan penyalahgunaan hingga mencapai keadaan trans hipnotis hypnotic trance. Mekanisme ini juga ia yakini dapat melepaskan kuasa roh iblis yang terjadi dalam kesurupan roh voodoo dukun; atau ahli hipnotis dapat mengganggu dalam “berhubungan” ketika seseorang memberikan mantra kepada pelakunya”. 127 Dalam topik ini saya harus menggunakan klasifikasi yang dibuat oleh Rouget terhadap trans berdasarkan tampilan luarnya. Dalam tulisan ini saya membedakan kondisi seseorang yang sedang mengalami kepenuhan Roh Kudus yang menurut Rouget sebagai Spirit possession sebagai manifest. Sedangkan kondisi seseorang yang mengalami kuasa roh 128 ditulis dengan huruf kecil di luar dirinya sebagai 126 Education,209 dalam artikel Dr. Juanita McElwain, Demon Possession and Music.,hal.1 www.temcat.com 127 T. E. Wade, Spirit Possession, Gazelle Publications, Auburn, CA,1991.hlm.47. 128 Dalam teologi Kristen penulisan roh dan Roh memiliki arti yang berbeda. roh berarti roh- roh jahat yang dapat menguasai, memasuki dan mempengaruhi seorang sehingga ia melakukan dosa atau jatuh sakit. Yesus dan murid-murid-Nya mempunyai kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dari Universitas Sumatera Utara trans, karena saya melihat kedua kondisi tersebut berbeda tampilan luarnya. Hal ini saya lakukan berdasarkan pemahaman Rouget bahwa hubungan musik dan trans tergantung kepada cara pemahaman kultural konteks masing-masing. Pertama, seseorang yang telah mengalami trans dalam pandangan teologia juga dibedakan dari tingkah laku orang yang mengalaminya. Pdt R. Bambang Jonan mengatakan orang yang mengalami trans dalam sebuah ibadah di gereja, ia akan melakukan tindakan-tindakan yang diluar batas kewajaran, seperti melakukan gerakan-gerakan hewan seperti, harimau, ular, dan lain-lain, artinya orang tersebut tidak sedang dalam kuasa Roh Kudus, melainkan kuasa kegelapan iblis yang tidak tahan dengan kuasa darah Yesus melalui Roh Kudus 129 sehingga roh tersebut ingin melepaskan diri dari tubuh orang tersebut. Kedua, seseorang yang mengalami manifest atau Spirit possesion dalam sebuah ibadah akan menunjukkan tanda-tanda keteraturan, dan tindakan-tindakannya ditandai seperti lidah yang bergetar atau bergerak-gerak dengan cepat glossolalia mengeluarkan kata-kata atau ucapan yang terdengar ritmis bahasa Roh atau bahasa lidah, tangan bergetar-getar, tubuh yang rubuh ke lantai, sesekali mengucapkan nama Yesus, Halleluya dan sebagainya, yang menandakan orang tersebut sedang dikuasai oleh Roh Kudus. Karena salah satu ciri- ciri seseorang dikuasai Roh Kudus adalah mengalami Spirit possession dengan wujud tampilan luar yang “tertib” dan berbahasa Roh. orang yang kerasukan itu. Dalam kamus Alkitab roh setara dengan setan. Sementara Roh itu Roh Allah, Roh Yesus. 129 Dalam teologia Kristen, Darah Yesus di kayu salib merupakan bukti kemenagan Yesus mengalahkan iblis dan menebus dosa-dosa manusia. Universitas Sumatera Utara Sementara itu menurut Judith Becker, trans telah ada dan dipraktekkan dalam semua jenis kebudayaan. Ia kemudian membedakan trans kedalam beberapa kategori. Ada trans yang terjadi karena seorang pemain musik yang merasa dirinya menyatu dengan musik yang ia mainkan; trans yang lebih ringan terjadi oleh pendengar yang memberikan perhatian besar dan fokus terhadap musik; possession trance yakni, dimana sesuatu diluar dirinya roh hadir dan mengambil alih tubuh seorang yang lain melalui yang ia sembah atau melalui kekuatan roh. 130 Bagi Becker, trans hampir menyerupai bahasa alami dengan berbagai kategori yang dimiliki. Ketika trans terjadi dapat dikenali dari tingkah lakunya. Orang Bali mengalami trans yang berbeda dengan orang Dagomba di Ghana, atau dengan trans yang dilakukan aliran Pentakostal di Amerika. Ekspektasi budaya memiliki peranan dalam memainkan bagaimana trans itu dilakukan. Sementara itu dalam musik sekuler, musik trans trance music hampir selalu disalurkan dengan menggunakan sound system dengan amplifikasi suara stereo. Secara elektronis memungkinkan dihasilkan suara akustik yang lebih baik. Sejumlah alat seperti sound generator digunakan untuk menghasilkan musik baik dengan cara penyajian melalui hasil rekaman maupun di tampilkan secara live, menggunakan synthesizer maupun alat musik akustik. Musik yang disajikan tersebut kemudian diatur melalui mixer stereo yang mengatur suara menjadi dua channel—kiri dan 130 Judith Becker, Sounding the Mind, Music and Trance, Leonardo Music Journal, Vol.4.1994, hlm.41-45 Universitas Sumatera Utara kanan. 131 Walaupun penikmat musik trans tidak selalu mendengar musik dengan jarak dan posisi yang seimbang—antara kiri dan kanan—dari kedua loudspeaker maupun ketika menggunakan headphone. Musik masih dapat membuat si penikmat musik secara stereo menjadi mengalami ilusi dan melakukan gerakan-gerakan melalui bunyi virtual dalam musik. Dalam ibadah di GBI Medan Plaza digunakan perangkat sound system yang juga menggunakan amplifikasi suara stereo. Terdapat 40 buah loudspeaker Electro Voice EV yang tergantung sebanyak 24 buah termasuk 4 buah subwoofer dan 12 loudspeaker yang berada di altar gereja. Beserta Allen Heath mixer stereo 32 channel yang siap mengatur keseimbangan suara kiri dan kanan. Sehingga setiap orang yang hadir dalam ibadah akan dengan mudah memperoleh dan menerima bunyi yang dialirkan secara stereo dan ditangkap oleh telinga jemaat. 132 Judith Becker menuliskan ini sebagai sebuah peristiwa dalam teori pikiran mind theory yang disebut sebagai connectionism atau emergent behavior yang mengulas tentang berbagai jenis metafor yang menjadi pegangan dalam melihat kompleksitas hubungan musik dan trans. Teori ini juga Becker harapkan dapat lebih diterima dan disetujui dalam membahas hubungan antara musik dan trans daripada teori cognitive science dan teori “mind as a computer” terdahulu. Menurut teori connectionism memori adalah kunci dari fungsi pikiran. 131 Udi Pladott, Meaning, Motion and Gesture in Psychedelic Trance Music, Final Essay The Yolanda and David Katz Faculty of the Arts Departement of Musicology,Tel Aviv University,2002. 132 GBI Medan Plaza mengucurkan dana hingga milyaran rupiah hanya untuk perangkat sound system agar memperoleh bunyi musik yang baik. Perangkat sound system tersebut bahkan hanya digunakan oleh segelintir hotel berbintang lima di Medan karena perangkat tersebut tergolong mahal harganya. Universitas Sumatera Utara Seluruh memori tidak disimpan sebagai satu artikel single item di tempat khusus dalam otak, tetapi hasil dari semua aktivitas yang simultan yang tidak terhitung jumlahnya disatukan oleh syaraf yang dihubungkan oleh jaringan interkoneksi yang sangat luas. Apa yang kita lihat dan dengar adalah hasil dari pekerjaan jaringan syaraf tersebut. Kemudian teori connectionism dikuatkan oleh teori pengelompokan syaraf atau teori global bahwa bukan satu syaraf yang menentukan pikiran dan tingkah laku, melainkan sekelompol sel syaraf yang di sebut “maps”. Maps ini berada di wilayah spesifik di otak, dan menjadi terhubung dengan tindakan yang telah lalu yang disebut dengan reentrant process. Ketika mendengarkan musik yang sudah dikenal sebelumnya, seseorang akan memanggil kembali memori yang lalu, merasakan kembali emosi yang lalu, di waktu dan tempat yang lalu. Ketika nyanyian dalam ibadah kontemporer yang dilakukan terus secara berulang-ulang, dengan aktivitas simultan dari kelompok-kelompok syaraf yang kemudian akan menyusun secara khusus pengelompokan syaraf yang lain, sehingga kita akan menjadi lebih mudah membayangkan mekanisme dari kualitas trans itu sendiri. Pengulangan-pengulangan nyanyian yang simultan dilakukan selama ibadah dengan lirik-lirik yang “menyentuh”, musik yang semaki keras, tempo yang semakin cepat, kick drum yang semakin cepat, akan mempengaruhi dan membawa jemaat kepada sebuah kondisi penyembahan yang intim, menangis, meratap, hingga puncaknya akan mencapai sebuah manifest atau Spirit possess. Universitas Sumatera Utara

2. 7. ‘Lahirnya’ Musik Kristen Kontemporer