1. 1. Perangkat Pendukung Ibadah IBADAH KONTEMPORER DI GBI MEDAN PLAZA: KAJIAN

persatuan ini penganut kekristenan Kharismatik umumnya selalu mencari sesamanya yang seiman, karena hanya di dalam jenis kesatuan yang seiman, manusia dapat mengungkapkan perasaan yang terdalam dan terkuat.

4. 1. 1. Perangkat Pendukung Ibadah

Suatu ibadah yang memusatkan kepada musik sebagai sarana ibadah pujian dan penyembahan membutuhkan hardware atau perangkat keras yang baik. Karena puji-pujian merupakan korban bagi Tuhan, maka harus digunakan juga alat-alat musik yang baik, sound system, multimedia, yang baik pula. Tentu setelah mengalami pertumbuhan jemaat yang besar, GBI Medan Plaza juga mengalami pemulihan dalam hal keuangan, sehingga gereja ini diberkati dan mampu menyediakan perangkat pendukung ibadah yang cukup mewah. Misalnya karena kapasitas gedung yang cukup besar, jarak jemaat yang cukup jauh untuk melihat pengkhotbah yang berada di altar, maka gereja ini menggunakan kamera video 183 dan menampilkan aktivitas ibadah melalui layar lebar dan televisi layar datar yang dilekatkan di posisi-posisi strategis. Melalui tiga kamera video tersebut jemaat dapat melihat suasana ibadah secara menyeluruh, melihat tim musik memainkan alat musik dengan jelas dan dapat melihat pengkhotbah yang tidak tampak dengan jelas melalui pandangan mata secara langsung karena jarak yang jauh terutama oleh jemaat yang berada di balkon. 183 Pelayanan yang melayani sebagai cameraman disebut sebagai pelayanan multimedia. Universitas Sumatera Utara Gambar 19. Pelayanan multimedia sebagai cameraman Sumber: Dokumentasi pribadi Ibadah kontemporer di GBI Medan Plaza juga selalu dilengkapi dengan laptop yang berfungsi menampilkan lirik-lirik lagu yang sedang dinyanyikan, menampilkan ayat- ayat Alkitab yang dibaca oleh penghkhotbah, juga menampilkan gambar-gambar latar yang sengaja memiliki tema-tema religius, menampilkan powerpoint yang telah disiapkan oleh pendeta sebagai perangkat pendukung saat khotbah, menampilkan film-film pendek yang sengaja diputar untuk menggugah agar iman jemaat semakin kuat, menampilkan pengumuman warta sepekan jemaat seperti pelaksanaan baptis selam, seminar kesehatan, jadwal audisi choir, musisi, kegiatan gereja dan sebagainya, yang ditampilkan melalui powerpoint maupun video oleh pembaca warta sepekan, juga berisi pesan gembala pastoral message oleh Gembala Pembina Pdt. DR. Ir Niko Njotorahardjo dari GBI pusat di Jakarta Universitas Sumatera Utara Alat-alat musik yang digunakan juga akan mendukung pelayanan dengan baik, sehingga tidak terkecuali gereja ini juga harus memiliki alat musik yang lengkap dan sangat baik, seperti: drum set, piano, synthesizer, gitar bas, gitar elektrik, conga, dan kadang ditambah instrumen tambahan seperti saxophone dan gitar akustik dan sebagainya. Instrumen yang digunakan merupakan instrumen yang berasal dari Barat, penggunaan instrumen Barat bukan sebagai tindakan yang ingin ke-Barat-Baratan, tetapi memang budaya Kharismatik merupakan budaya yang berasal dari Amerika. Alkitab menulis dalam kitab Mazmur 150:3 “Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi”. Dalam konteks sekarang gambus dan kecapi digantikan oleh alat musik yang lain. Selain itu sebagai gereja yang memiliki tujuan memulihkan pondok Daud dimana didalam ibadahnya sangat “kental” dengan musik, maka sound system 184 merupakan perangkat yang penting dalam usaha menghasilkan suara musik yang baik, jernih dan berkualitas. Untuk itu GBI Medan Plaza menyediakan perangkat audiosystem yang terbaik dengan harga milyaran rupiah yaitu dari produk Electro Voice EV sebagai pendukung untuk menghasilkan bunyi musik yang baik. Perangkat sound system tersebut diletakkan di “titik-titik” yang strategis sehingga dapat dengan baik di dengar jemaat. Untuk perangkat dengan ukuran lebih kecil dilekatkan di langit-langit sisi kiri dan kanan tepat di atas barisan bangku jemaat. Sementara perangkat sound system yang berupa rangkaian loudspeaker—dalam 184 Pentingnya gereja ini untuk menghasilkan musik yang terbaik, maka di GBI Medan Plaza terdapat pelayanan yang khusus sebagai pelayanan sound system. Pelayanan sound system juga berada dibawah wewenang dari Departemen Musik. Universitas Sumatera Utara istilah sound system disebut line arai— tergantung kokoh di atas tepat dibagian depan altar. Ketika saya tanyakan kepada Bapak Obed Sembiring, mengapa gereja ini harus mengeluarkan dana yang sangat besar dengan menggunakan perangkat sound system yang demikian “mewah” hanya untuk sebuah ibadah?. Beliau mengatakan bahwa ia kurang menyukai istilah mewah atau megah, tetapi beliau lebih menyukai dengan istilah perangkat sound system yang “terbaik”. Gambar 20. Perangkat sound system line arai yang digunakan dalam ibadah di GBI Medan Plaza. Sumber: Dokumentasi pribadi Ada dua alasan mengapa gereja ini menggunakan perangkat yang terbaik tersebut. Pertama alasan teologis, karena gereja ini tidak ingin setengah-setengah memberi bagi Tuhan. Gereja ini selalu ingin memberikan yang terbaik dalam menyembah Tuhan, karena Tuhan telah memberkati gereja ini dengan jumlah jemaat yang terus Universitas Sumatera Utara bertambah. Secara Alkitabiah gereja ini belajar dari Firman Tuhan, bahwa Tuhan tidak berkenan atas persembahan lembu yang bercacat yang diberikan kepada-Nya. Kedua alasan ekonomis, secara ekonomis akan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama karena memiliki suara dan kualitas yang baik. Sound system yang baik, tentu juga harus didukung oleh alat musik yang baik. Sehingga gereja ini melengkapi peralatan combo band dengan alat musik yang terbaik dan digunakan juga oleh musisi-musisi profesional dalam musik-musik dunia, seperti Yamaha Digital Piano S90ES, Korg Trinity Synthesizer beserta Soundmodule, Aviom monitor, Ibanez Guitar USA, Fender 5 Strings Bass USA, Conga Perkusi, DW Drum Set 5000 Series USA Expert Edition dan sebagainya. Alat musik yang digolongkan terbaik dalam musik-musik sekuler juga digunakan oleh gereja ini. Menurut Bapak Obed, “Dunia” saja sanggup menyediakan yang terbaik bagi musik sekuler, gereja juga harus bisa memberi yang terbaik bagi Tuhan”. Dunia 185 saja memiliki standar, begitu juga gereja harusnya bisa lebih baik dari “standar dunia”. “Jadi mengapa GBI Medan Plaza tidak memberikan contoh yang baik kepada dunia?”. Sementara itu Pdt. R. Bambang Jonan selaku Gembala Pembina mengatakan “GBI Medan Plaza beda dengan gereja-gereja yang lain dan tidak mau biasa-biasa 185 Kata “dunia” disini memiliki konteks sebagai semua aktivitas yang berada di luar lingkup gereja yang memiliki kehidupan rohani. Bukan dunia dalam arti harafiah yakni seluruh bangsa di bumi. Universitas Sumatera Utara saja”. 186 Menurut Beliau, dunia saja tidak mau menjadi yang biasa-biasa dan selalu melakukan yang berbeda dan agar menjadi yang terdepan. Secara Alkitabiah memang tidak diharuskan sebuah gereja menyediakan peralatan musik ataupun perangkat sound system yang tergolong mewah. Bagaimana dengan gereja-gereja Kharismatik yang hanya memiliki perangkat audio seadanya atau bahkan mungkin tidak “nyaman” ditelinga jemaat, tidak memiliki peralatan multimedia, tidak memiliki peralatan combo band dan sebagainya? Bapak Obed Sembiring mengatakan, secara teologis hal tersebut tidak menjadi masalah dihadapan Tuhan, karena Tuhan melihat hati jemaat yang menyembah kepada-Nya bukan melihat perangkat sound system yang digunakan untuk menyembah kepada-Nya. Tetapi bagi gereja yang telah diberkati Tuhan sudah selayaknya juga mengembalikan apa yang diberikan Tuhan dengan memberi yang terbaik untuk kemuliaan Tuhan. Menurut Bapak Obed Sembiring, GBI Medan Plaza menggunakan semua perangkat-perangkat seperti di atas bukan untuk “pamer” kepada gereja-gereja lain, melainkan agar nama Tuhan tetap dimuliakan. Saya melihat penggunaan perangkat sound system yang terbaik ini menjadi “nilai lebih” yang dimiliki oleh GBI Medan Plaza untuk membuat telinga jemaat merasa “nyaman” tadi, sehingga banyak orang merasa senang untuk datang beribadah di gereja ini. Seperti saya pernah berbincang dengan seorang jemaat pemuda dan juga seorang instruktur musik bernama Ari Hutabarat. Ia menanggapi tentang perangkat sound system ketika beribadah di GBI Medan Plaza, ia mengatakan, “Saya seperti 186 Disampaikan dalam Seminar Misi dengan tema “Mission in Modern World” pada tanggal 19 Januari 2011 di GBI Medan Plaza lantai 6. Universitas Sumatera Utara mendengar CD di rumah, semuanya terdengar jelas, soft dan balance” ujarnya. Dengan perangkat sound system yang demikian baik untuk ukuran sebuah gereja, dengan kejernihan bunyi musik yang dihasilkan tentu diikuti dengan kenyamanan lain yang dimiliki oleh GBI Medan Plaza yang letaknya menyatu satu gedung dengan pusat perbelanjaan, yaitu penyejuk udara air conditioner. Tidak seperti gereja-gereja tradisional secara umum yang tidak menggunakan penyejuk udara, GBI Medan Plaza dengan kapastitas yang besar, dan ventilasi yang minim sangat membutuhkan perangkat pendukung ibadah berupa penyejuk udara dengan kapasitas besar juga. Ini juga merupakan salah satu nilai lebih yang dimiliki oleh gereja-gereja Kharismatik yang selalu berusaha memiliki penyejuk udara dalam gereja, sangat berbeda dengan gereja-gereja tradisional yang lebih memilih menggunakan ventilasi udara yang lebar. Walaupun saya menemukan “beberapa” gereja tradisional mulai menerapkan penggunaan penyejuk udara, namun masih sangat terbatas jumlahnya di Kota Medan. Selain menggunakan penyejuk udara, bangku yang digunakan di GBI Medan Plaza tidak seperti bangku yang terdapat di gereja-gereja tradisional yang menggunakan kayu dan berukuran panjang. Di gereja ini jemaat duduk di bangku yang sengaja dibuat nyaman dengan menggunakan bangku seperti dalam gedung- gedung seminar, dengan menggunakan salah satu produk produsen furniture terkenal Chitose yang membuat jemaat dapat tahan duduk dengan durasi ibadah 2-3 jam. Bangku tersebut dapat dirangkai saling terkait antara satu dengan yang lain, sehingga tetap memberi kesan rapi dan teratur. Terlebih lagi dinding gereja ini dilapisi oleh Universitas Sumatera Utara wall paper warna coklat dan krim yang lembut. Sebuah pemandangan desain interior yang bisa dikatakan sedikit “asing” bagi sebagian jemaat gereja tradisional. Jemaat gereja tradisional sudah terbiasa dengan suasana gereja yang tercipta dibenak mereka sejak dini, bahwa gereja memiliki lonceng, jendela yang besar, halaman yang luas, gereja tidak berada di mall atau berada tujuh lantai diatas permukaan tanah, dan sebagainya. Ruangan ibadah didesain sedemikian rupa agar tercipta citra gereja yang modern, sehingga kehilangan kesan “sakral”. Menurut Pdt. DR. Ir Niko Njotorahardjo telah terjadi perubahan paradigma terhadap gereja di millennium kedua ini. “Gereja tidak perlu membangun citra sakral, karena gereja itu tidak berbicara tentang gedung, melainkan Kristus lah gereja yang sesungguhnya”. Kesan modern selain karena perangkat sound system yang terpajang megah, perangkat multimedia yang canggih, juga dilengkapi oleh perangkat lighting dengan aneka warna yang tergantung tepat didekat line arai. Saya tidak melihat penggunaan lighting aneka warna tersebut dalam ibadah setiap minggunya. Tetapi menurut petugas yang melayani dalam bidang sound system bahwa perangkat tersebut biasa digunakan pada ibadah-ibadah perayaan seperti Natal atau ketika konser-konser musisi rohani yang melakukan acara khusus di gereja. Demikian juga dengan desain latar panggung backdrop dibuat menyerupai sebuah dinding yang memiliki sedikit hiasan pilar-pilar berwarna emas, dipadukan dengan motif serat kayu yang kemudian tertulis kalimat-kalimat di bagian kiri dan kanan bagian atas backdrop yang berasal dari kutipan Alkitab. Serta dibagian bawah terdapat sebuah salib dan disisinya terpajang spanduk tentang salah satu program Universitas Sumatera Utara gereja, yaitu Operation 5:9 187 . Juga terdapat beberapa spanduk yang sengaja dipajang disisi kiri dan kanan bangku jemaat, tentang tema sepanjang tahun, juga tema-tema lainnya seperti Joshua Generation, Tahun Yahudi 5771 Ayin Aleph dan sebagainya. Bagian sisi kiri altar dari pandangan jemaat juga acap kali dijadikan tempat spanduk ukuran besar dipajang ketika perayaan-perayaan hari besar diperingati oleh gereja ini. Sehingga setiap saat desain dari panggung dapat saja berbeda dari ibadah-ibadah yang akan datang. Perangkat alat musik combo band terletak di sisi kiri panggung atau disebut house right stage left, hal ini dilakukan agar ketika imam musik atau Pendeta yang memberikan fingering code dapat terlihat dengan baik, karena umumnya imam musik menggunakan tangan kiri untuk menyampaikan kode-kode jari tersebut. Bentuk panggung yang digunakan dalam seni pertunjukan disebut sebagai Thurst Stage, Stage atau altar jenis ini memberikan kesan luas kepada penonton di ketiga sisi yang terhubung ke area belakang panggung backstage yakni up stage Thrust stage memiliki kelebihan dimana penonton dan pemain memiliki kedekatan lebih . Gambar 21. Stage direction Sumber: www.wikipedia.com 187 Program gereja melakukan penginjilan dan diakonia terhadap suku-suku terdalam di Pulau Sumatera. Angka 5:9 diambil dari kitab Wahyu 5:9 Universitas Sumatera Utara Dengan desain gereja sedemikian rupa, dilengkapi berbagai perangkat yang lebih cenderung familiar digunakan dalam bisnis pertunjukan hiburan showbiz daripada digunakan dalam gereja yang dikenal selama ini, telah memberi dan membuka pandangan jemaat-jemaat simpatisan 188 bahwa salah satu ciri-ciri gereja yang modern adalah gereja yang mampu melakukan kontektualisasi dengan tetap mengutamakan Firman Tuhan di atasnya. Sehingga pemakaian perangkat-perangkat pendukung dengan berbagai kecanggihan dan fungsinya tersebut telah merubah wajah gereja yang dikenal selama ini dan tentu sangat mempengaruhi terhadap jalannya ibadah itu sendiri. Secara sederhana, masuknya teknologi seperti laptop dan infocus dalam sebuah ibadah jelas telah mempengaruhi pola ibadah dan jemaat itu sendiri.

4. 1. 2. Pelayanan Yang Terlibat Dalam Ibadah