Penggunaan Nada Dasar MUSIK DALAM IBADAH KONTEMPORER DI GBI MEDAN PLAZA
Matthew Birkenfeld,
155
bahwa Nashville Number System tidak mengenal progresi akor yang aksidental, sehingga angka-angka tersebut tidak untuk mewakili akor-akor
aksidental tersebut.
Hal ini tentu berbeda dengan di GBI Medan Plaza khususnya dan di Indonesia umumnya, untuk melambangkan akor-akor maupun nada-nada yang sifatnya
aksidental tersebut maka dapat dilambangkan dengan angka yang diberi garis miring atau menambahkan tanda kres
untuk akor kromatis dan garis miring \ untuk harmoni akor mol b . Berikutnya dalam menuliskan pola harmoni dalam
flowing dibawah ini saya akan menuliskan kedalam dua penulisan yakni Nashville Number System NNS dalam angka 1-2m-3m-4-5-6m-7 dan seterusnya dan dalam
angka romawi I-ii-iii-IV-V-vi-VII dan seterusnya.
3. 3. Penggunaan Nada Dasar
Key Signature
Jika dalam musik-musik kontemporer atau musik-musik populer yang kita kenal, besar kemungkinan kita akan menemukan nada dasar dari serialisme 12 nada
seperti yang berlaku dalam harmoni Barat. Tetapi dalam praktek ibadah musik yang ada di GBI Medan Plaza baik untuk lagu-lagu pujian dan penyembahan sangat
‘jarang’ menggunakan nada-nada dasar aksidental. Beberapa lagu di transkrip bebas oleh orang lain, karena gereja Kharismatik umumnya tidak menuliskan transkrip
notasi balok lagu-lagu mereka kedalam buku seperti yang dilakukan oleh gereja-
155
Worship musician dari Wisconsin Amerika yang mengajarkan Nashville Number System di STT Misi Pelita Kebenaran.
Universitas Sumatera Utara
gereja tradisional. Saya menemukan dalam prakteknya dalam ibadah cenderung selalu menemukan nada dasar dari sebuah lagu dari nada dasar C-D-E-F-G-A-Bb-
C. Saya menemukan bahwa di GBI Medan Plaza sangat jarang—hampir tidak pernah—menggunakan nada dasar aksidental seperti C-D-F-G maupun
inharmoniknya dalam nyanyian di ibadah-ibadah mereka seperti layaknya lagu-lagu yang terdapat dalam gereja-gereja
tradisional. Hal tersebut merupakan upaya “mempermudah” dalam
memainkan lagu-lagu tersebut, sehingga nada dasar-nada dasar diatonik kromatik sengaja ditiadakan.
156
Karena lagu-lagu yang dimainkan dalam ibadah ini melibatkan sebuah tim musik yang terdiri dari beberapa musisi dan tidak semua musisi memiliki
kemampuan bermusik yang sama pada nada dasar yang kromatik seperti di atas. Sehingga diambil langkah untuk meminimalisir kesalahan dalam ibadah, hal tersebut
lumrah saja dilakukan, karena saat ini semua alat musik klaviatur seperti piano elektrik dan synthesizer telah memiliki fasilitas yang disebut transpose, dan fasilitas
ini sepertinya begitu populer termasuk dikalangan musisi gereja umumnya. Secara Alkitabiah tidak ada yang salah dan tidak ada yang
melarang menggunakan fasilitas transpose, karena fasilitas tersebut hanyalah sebuah hasil teknologi semata, yang diciptakan untuk mempermudah seseorang dalam
bermusik. Walaupun sebenarnya penggunaan transpose menurut penulis memiliki kelemahan secara mentally bagi musisi itu sendiri, karena ia tidak memiliki
156
Berbeda dengan buku lagu buku logu yang digunakan dalam gereja HKBP menggunakan nada dasar dari 12 nada yang ada dalam teori musik.
Universitas Sumatera Utara
keberanian menggunakan instrumen yang belum ia kenali fasilitas yang terdapat di instrumen tersebut sebelumnya. Akibatnya beberapa imam musik tidak bersedia
melayani di gereja-gereja cabang GBI Medan Plaza yang belum mereka kuasai instrumennya, karena khawatir jika nanti seorang pemimpin pujian meminta
dilakukan modulasi di tengah-tengah lagu, sedangkan musisi tersebut tidak mengetahui dimana letak tombol transpose tersebut akan berakibat fatal, atau ia sama
sekali tidak dapat bebas bermain dari nada dasar yang tidak dikuasai karena tidak bisa menggunakan fasilitas transpose sejak awal lagu. Artinya lagu tersebut secara
harafiah dimainkan pada nada dasar E Mayor tetapi dengan fasilitas transpose seorang musisi dapat bermain pada nada dasar C Mayor dengan papan kuncinya
berwarna putih semua, namun bunyi yang dihasilkan adalah E Mayor. Secara
Alkitabiah Tuhan
tidak mempermasalahkan teknik bermain musik, apakah seorang musisi tersebut lulusan
sekolah musik dari luar negeri, master di bidang musik, atau mampu bernyanyi dengan teknik vokal yang rumit. Dihadapan-Nya apa yang dikorbankan untuk
memuji Dia akan layak dan berkenan dihadapan-Nya jika hati dan tangan kita kudus. Secara spirit bermain dengan tidak pada nada dasar yang sebenarnya dengan
menggunakan transpose akan sedikit berpengaruh kepada estetika “bermusik” itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara