2. Ungkapan Religius Kolektif 5. Fungsi Sosial Musik dan Ibadah Kontemporer

ketika mengikuti persekutuan-persekutuan yang dilakukan interdenominasi, sering terdengar ucapan-ucapan yang mengarahkan bahwa kaum Kharismatik sangat mudah dikenali dari cara mereka berdoa dan berkhotbah. 4. 4. 2. Ungkapan Religius Kolektif Ekspresi iman yang dilakukan secara komunal tidak dapat dipisahkan dari konteks kebudayaan bangsa tertentu. Misalnya upacara kebaktian liturgis dalam Katholik seperti perayaan Ekaristi, perayaan inisiasi, perayaan sakramen perkawinan, pentahbisan imamat dari gereja Katholik disusun menurut pola kebudayaan tertentu. Kesemuanya itu tidak hanya berdimensi ilahi tetapi juga berdimensi sosio-budaya. Ketika saya melihat ungkapan religius yang dilakukan secara kolektif dalam ibadah Kontemporer, maka sangat merefleksikan kebudayaan darimana lahir dan berkembangnya agama Kristen. Secara historis agama Kristen tidak terlepas dari kebudayaan-kebudayaan bangsa Yahudi, walaupun keduanya sama-sama menggunakan kitab Taurat, namun secara prinsip teologi berbeda. Ketika kebudayaan Kharismatik tumbuh dan berkembang di Amerika, dengan cepat menyebar hingga ke penjuru dunia. Walaupun ibadah-ibadah kontemporer dilakukan dengan menggunakan kebudayaan-kebudayaan yang “asing” bagi satu komunitas tertentu, tetapi kebudayaan Kharismatik dapat dengan mudah diterima oleh sebagian besar masyarakat karena memiliki dasar-dasar Alkitabiah yang jelas dan sebagai bentuk interpretasi akan kehadiran Allah dalam setiap ibadah. Ketika kebudayaan Kharismatik tersebut mulai populer dilakukan oleh para pengikutnya, Universitas Sumatera Utara maka dalam setiap ibadah kita dapat melihat kebudayaan tersebut dilakukan secara kolektif sebagai salah satu bentuk ungkapan religius terhadap hadirat Tuhan.

4. 5. Fungsi Sosial Musik dan Ibadah Kontemporer

Theodor W. Adorno 226 dalam bukunya Introduction to the Sociology of Music mengatakan, fungsi musik saat ini dalam masyarakat bertambah secara pertanyaan substansial. Musik dipahami sebagai seni diantara hal lain; pada masa dimana kita hidup sekarang masih disadari, setidaknya hal tersebut telah berkembang sebagai bagian otonomi keindahan. Walaupun sebuah komposisi diciptakan ingin dipahami sebagai sebuah karya seni. Tetapi jika hal ini benar bahwa semua jenis tersebut menjadikan musik sebagai hiburan yang jauh dan hanya sedikit mengandung otonomi keindahan, artinya tidak lebih dari itu secara substansial kuantitatif sebagai bagian dari kehidupan budaya kita nyatakan memiliki fungsi sosial yang secara mendasar berbeda dari yang satu dan seharusnya ada menurut pengertiannya masing-masing. Hal itu tidak akan menjawab apa yang menjadi fungsi sebagai hiburan. Bagaimana, jika seorang menanyakan kelak, dapatkah orang terhibur oleh sesuatu yang tidak dijangkau oleh kesadaran dan ketidaksadaran mereka sama sekali. Theodor bertanya, apa sebenarnya arti hiburan, kemudian? apa yang menjadi signifikan sosial dari sebuah fenomena yang secara nyata tidak dapat terus ada dalam masyarakat. Theodor W. Adorno mengatakan, sebaiknya kita agar tidak dengan cepat 226 Theodor W. Adorno, Introduction to the Sociology of Music,the Seabury Press, Inc, New York, 1976,hlm.39. Universitas Sumatera Utara menganggap fungsi dari sesuatu sebagai hal yang mustahil yang tidak harus ditutup- tutupi sehingga akan menjadi sulit menyelesaikannya, hal-hal penting harus diingat. Pertama, kurangnya pemahaman masyarakat yang akan mempengaruhi dan mengatur ulang kembali seluruh elemen musik yang tidak membawa beberapa elemen yang tidak berarti. Dan memang, para pendengar juga gagal untuk melihat kurangnya pemahaman mereka sendiri. 227 Jika kita bertanya tentang fungsi musik saat ini, dalam masyarakat, maka artinya kita juga bertanya apa yang menjadi bahasa musikal kedua, yang menjadi peninggalan karya seni di masyarakat tersebut, yang masih dilakukan. Dimulai dengan, musik—karya-karya tradisional yang termasuk dalam kebudayaan prestius mereka—yang masih eksis. Keberadaannya terpelihara walaupun hal tersebut tidak dilakukan dengan pengalaman sama sekali. Akan menjadi sedikit terlalu rasionalistik untuk menghubungkan fungsi musik saat ini secara langsung dan dampak yang terjadi, terhadap reaksi yang tidak tersembunyi dari orang-orang. Musik sebagai ideologi telah menjadi formula metafor di Jerman yang mengilustrasikan keadaan baik melalui referensi musik: “Heaven hangs full of fiddles”. Sedangkan musik sebagai fungsi sosial menurut Theodor adalah seperti dalam kutipan berikut: Music as a social function is akin to the “rip-off”, a fraudulent promise of happiness which, instead of happiness, installs itself. Even in 227 Theodor W. Adorno, Ibid.,hlm.39 Universitas Sumatera Utara regressing to the unconsious, functional music grants a mere ersatz satisfaction to the target of its appeal. 228 Theodor mengatakan bahwa sebagai fungsi sosial musik sama “meretas” sebuah janji curang kebahagiaan, malahan kebahagiaan terjadi sendiri. Sama dalam kemunduran atas ketidaksadaran, musik secara fungsional semata-mata memberi kepuasan kepada sasaran yang dituju. Yang paling penting diantara fungsi saat mengkonsumsi musik— dimana selalu menyebabkan timbulnya kenangan-kenangan bahasa yang “segar”— mungkin hal itu yang akan menentramkan manusia dari perasaan menderita ketika menyelesaikan masalah. Ide dari musik yang hebat, secara formal menggambarkan imej berlebihan, berkat yang permanen atau, seperti yang di lakukan Beethoven dengan sebutan “glorious moment”—ide ini adalah parodi dari fungsional musik. Dengan melihat tren bahwa musik saat ini benar-benar pas dengan fungsinya: musik mengatur ketidaksadaran kepada kondisi yang direfleksikan. Musik Kristen kontemporer dan ibadah kontemporer merupakan salah satu tren musik rohani yang memiliki fungsi dalam konteks sosio-budaya. Musik dan ibadah kontemporer tetap dapat berlangsung dan dilakukan di GBI Medan Plaza karena fungsi-sungsi sosial. Musik dan ibadah kontemporer memiliki fungsi-fungsi sebagai: a integrasi sosio-budaya, fungsi musik dan ibadah kontemporer adalah sebagai alat integrasi kaum Kharismatik atau lebih luas bagi jemaat-jemaat Kristen. 228 Theodor W. Adorno, Ibid.,hlm.45 Universitas Sumatera Utara Mengenai fungsi musik dan ibadah kontemporer dalam memberi peranan untuk integrasi masyarakat, Alan P. Merriam memiliki pandangan seperti di bawah ini: Music, then, provides a rallying point around which the members of society gather to engage in activities which require the cooperation and coordination of the group. Not all music is thus performed, of course, but every society has occasions signalled by music which draw its members together and reminds them of their unity Merriam, 1964:227. Seperti yang dituliskan Merriam, salah satu fungsi musik yakni sebagai media bagi berkumpulnya para anggota masyarakat. Musik dan ibadah kontemporer berperan menarik warga masyarakat dan penganut Kharismatik khususnya untuk melakukan aktivitas ibadah. Tetapi harus diperhatikan bahwa Merriam tidak menuliskan semua musik sebagai sarana integrasi sosial, namun setiap komunal mempunyai musik seperti yang diungkapkannya. Sehingga masyarakat dapat diajak untuk beraktivitas bersama, serta pentingnya setiap personal sebagai pribadi maupun komunal. Konsep yang ditawarkan Merriam ideal sekali untuk menggambarkan fungsi musik dan ibadah kontemporer di GBI Medan Plaza. Terutama fungsinya yang utama memberi sumbangan terhadap integrasi jemaat, terutama jemaat GBI Medan Plaza terdiri dari berbagai kelompok suku bangsa, etnik, ras dan golongan. Jemaat GBI Medan Plaza berkumpul karena didasari persamaan-persamaan, seperti sama-sama sebagai penganut Kristen Kharismatik. b kelestarian dan kesinambungan budaya, sangat jelas bahwa musik dan ibadah kontemporer menjadi salah satu sarana bagi kalangan penganut Kristen Kharismatik untuk merefleksikan semua kebudayaan- Universitas Sumatera Utara kebudayaan Kristen Kharismatik. c pendidikan, musik dan ibadah kontemporer menjadi kesempatan bagi para penginjilan untuk menyampaikan ajaran-ajaran Kristus melalui membuka kelas-kelas pendalaman Alkitab, memberi training imam musik, dan sebagainya. d hiburan, Alan P. Merriam menuliskan tentang fungsi musik berikut ini. Music provides an entertainment function in all societies. It needs only to be pointed out that a distinction must be probably be drawn between “pure” entertainment, which seems to be a particular feature of music in Western society, and entertainment combined with other functions. The latter may well be a more prevalent feature of nonliterate societies Merriam, 1964:223 dalam Takari, 2010. Secara iman Kristen hal ini dihindari menjadi motivasi jemaat untuk mengikuti ibadah kontemporer. Seharusnya mereka hadir dalam ibadah karena memiliki kerinduan akan Tuhan, bukan untuk menyenangkan diri sendiri. Namun melalui pandangan ilmu sosial, seorang jemaat yang mengikuti sebuah ibadah kontemporer dan melakukan berbagai kebudayaan Kharismatik seperti menari, melompat, bertepuk tangan, melambaikan tangan tentu secara personal membawa perasaan “entertained” kepada dirinya. Hiburan merupakan cara untuk memenuhi keinginan asas manusia terhadap rasa estetika dalam berbagai dimensi. Merupakan sifat alami manusia untuk menyukai keindahan. Setelah ia menikmati sesuatu yang indah, maka ia akan terhibur maka jiwanya akan mengalami sebuah pembaharuan atau pencerahan aufklärung. 229 e sebagai sarana penginjilan misionari, musik dan ibadah menjadi sarana 229 Muhammad Takari, Desertasi Fungsi dan Bentuk Komunikasi dalam Lagu dan Tari Melayu di Sumatera Utara, Fakulti Sastera dan Sains Sosial, Universiti Malaya. Kuala Lumpur, 2010 Universitas Sumatera Utara yang “manjur” untuk melakukan pekabaran injil bagi orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Musik Kristen kontemporer memiliki kekuatan yang besar untuk menjangkau terutama kaum muda melalui ibadah praise and worship, melalui konser musik rohani, melalui ibadah KKR Kebaktian Kebangunan Rohani dan sebagainya. f sebagai sarana komunikasi, musik dan ibadah menjadi sarana komunikasi antara jemaat dan Tuhan. Melalui musik dan ibadah jemaat membangun hubungan yang intim sehingga jemaat dapat merasakan terpenuhi kebutuhan dan mengalami kepuasan secara spiritual, g sebagai pencerminan spiritualitas Kristen, musik dan ibadah merupakan cerminan akan nilai-nilai spiritual Kristen yang dilakukan untuk menyenangkan Tuhan. Melalui musik dan ibadah kontemporer jemaat memuji dan menyembah Tuhan dengan musik dan lagu yang berisi nilai-nilai spiritual Kristen. dan lain-lainnya. Sementara itu Soedarsono memiliki pandangan yang berbeda terhadap fungsi seni, khususnya melalui hubungan praktikal dan integratifnya, yang mereduksi kedalam tiga fungsi utama seni pertunjukan, yaitu: 1 sebagai kepentingan sosial atau sarana upacara; 2 sebagai bentuk ungkapan perasaan pribadi dan dapat menghibur diri dan 3 sebagai bentuk penyajian estetis. Melalui pandangan Soedarsono tersebut, terlihat bahwa ibadah dan musik kontemporer memiliki fungsi sebagai fungsi sosial, untuk mengungkapkan perasaan pribadi yang mampu menghibur diri dan penyajian estetika. 230 Sementara berdasarkan teori pada bab satu, Malinowski membedakan fungsi 230 Soedarsono dalam Takari, Op.Cit.,hlm.349 Universitas Sumatera Utara sosial dalam tiga tingkat abstraksi, yaitu: 1 fungsi sosial dari ibadah kontemporer pertama, memberi pengaruh terhadap perilaku jemaat dalam masyarakat, terutama dalam memandang adat istiadat yang telah dianut selama ini. Masyarakat tidak akan melakukan adat istiadat yang dianggap bertentangan dengan isi Alkitab. Akibatnya adat istiadat tersebut mulai ditinggalkan cultural abonded, seperti dalam adat Batak Toba, tidak melakukan tari manortor mengelilingi jenazah orang tua, mangulosi, dan sebagainya. 2 fungsi sosial dari ibadah kontemporer kedua, memberi pengaruh dan kesan terhadap institusi lain demi memenuhi maksudnya, seperti yang dikonsepkan oleh jemaat yang terlibah. Hal ini tampak mulai digunakannya lagu-lagu Kristen kontemporer oleh gereja-gereja tradisional saat ini, namun masih menggunakan iringan alat musik keyboard beserta song leader pemimpin pujian. Hal ini mengindikasikan karena banyak jemaat usia muda yang tertarik menyanyikan lagu- lagu Kristen kontemporer dalam ibadah, sehingga gereja tradisional mulai membuka terhadap hal-hal baru. 3 fungsi sosial dari ibadah kontemporer memberi pengaruh dan kesan terhadap keperluan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial tertentu. Artinya mampu merubah sistem ibadah yang himne dalam institusi sebuah gereja tradisional, dengan mulai menggunakan lagu-lagu Kristen kontemporer, walaupun secara instrumentasi masih dikatakan “malu-malu”. Namun tampak sistem ibadah yang selama ini digunakan telah berubah secara perlahan. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN