2. “Porsi” dan Genre Musik Yang Berbeda

suasana yang teduh, intim atau bahkan megah. Flowing yang digunakan di GBI Medan Plaza sangat bervariatif dan memiliki makna yang berbeda dalam setiap bentuknya. Saya akan melihat flowing sebagai progresi akor yang baku dan dipakai dalam sebuah ibadah kontemporer, serta bagaimana bentuk progresi akor flowing yang sarat akan improvisasi tersebut ditempatkan dan digunakan dalam ibadah. Selain itu saya akan mengulas bagaimana musik tersebut disajikan dalam ibadah dengan melihat karakteristik progresi akor, modulasi, kadens, open chord, slash chord, pemakaian nada dasar, improvisasi, pemakaian kode jari, pola ending dan sebagainya. Tulisan ini juga akan mengarahkan perhatian terhadap peran musik dalam setiap ibadah. Saya akan mengulas mengapa mulai detik pertama ibadah hingga akhir ibadah musik selalu hadir. Mengapa musik tersebut sangat dominan di gereja ini, bahkan saat Pendeta berkhotbah musik yang lembut melalui permainan piano memiliki peranan mengiringi jalannya khotbah. Hal ini juga pernah saya alami ketika melayani sebagai imam musik di salah satu gereja cabang GBI Hermes Palace, seorang istri pejabat gereja mendatangi saya ketika sesi ibadah kedua akan dimulai dan mengatakan agar saya nanti tetap memainkan piano saya secara lembut dan ringan ketika pendeta sedang berkhotbah, tentu saya taat dengan instruksi tersebut.

1. 2. “Porsi” dan Genre Musik Yang Berbeda

Universitas Sumatera Utara Seorang ahli musik gereja John F. Wilson 35 mengatakan, tidak semua musik yang ditampilkan di gereja digunakan secara efektif bagi kemuliaan Tuhan. Beberapa cara membawakan musik tidak menyumbangkan apa-apa hanya sekedar atmosfir euphoria belaka, sementara yang lain melakukan sedikit lebih baik karena berhasil menggugah emosi jemaat. Ada banyak alasan mengapa hal ini benar. Hal ini sering ditelusuri kembali karena kelemahan komponis, pemain imam musik dan pendengar jemaat dalam melakukan kewajibannya. Di sisi lain, masalahnya dapat dihubungkan dengan fisik lingkungan, seperti suhu udara, arsitektur gereja atau faktor lain. Bagaimanapun juga, anggapan bahwa para pemain memiliki kemampuan teknis musikal yang sudah cukup memadai, tetapi sesungguhnya sumber utama masalahnya hampir selalu terletak pada kekurangan kekuatan Roh Kudus dibalik beberapa ibadah. 36 Setiap denominasi gereja memiliki “porsi” dan “gaya” genre musik yang berbeda-beda dalam ibadah mereka. Gereja Kharismatik dengan “gaya” musik Kristen kontemporer-nya, gereja tradisional dengan “gaya” musik himne dan ibadah yang liturgikal, gereja GBKP Gereja Batak Karo Protestan dengan musik tradisional Karo yang dimainkan melalui program musik keyboard, atau GKJ Gereja Kristen Jawa dengan musik gamelan dalam ibadahnya. Kebutuhan teologis memungkinkan gereja melakukan inkulturasi karena dirasa efektif agar pekabaran Injil dapat diterima oleh beragam suku bangsa. David J. Hesselgrave menyebutnya sebagai 35 John F.Wilson, An Intorduction to Church Music, Moody Press, Chicago,1965 36 John F.Wilson,Ibid.,hlm.18. Universitas Sumatera Utara “pempribumian”. Sehingga saat mengulas tentang musik gereja maka tidak dapat dibatasi oleh satu genre musik tertentu, karena setiap gereja memiliki kebutuhan dan “porsi” musik masing-masing. Gereja sangat menekankan pentingnya sebuah komitmen bagi imam musik yang melayani dibidang musik, sehingga musik yang digunakan jangan sampai menjadi penghalang dalam ibadah. Penghalang dalam ibadah yang dimaksud seperti pengalaman berikut. Dalam salah satu pelayanan gereja cabang dari GBI Medan Plaza, ketika pujian penyembahan usai, dan Pendeta naik ke altar untuk menyampaikan Firman Tuhan khotbah, sang Pendeta berkata kepada tim musik dan pemimpin pujian, “Maaf ya kepada worship leader dan tim musik, saya tidak merasakan hadirat Tuhan di tempat ini”. Bahkan satu ketika dalam sebuah pelayanan, piano yang saya gunakan tidak mengeluarkan suara saat doa syafaat 37 doa diakhir ibadah selesai, sehabis berdoa koordinator ibadah, pendoa, rekan-rekan pengerja mengatakan “agak aneh” atmosfir yang dirasakan jika berdoa tidak ada musik yang mengiringi. “Seperti anti-klimaks, ujar rekan saya, Daniel Limbong”. Hal ini bisa terjadi karena GBI Medan Plaza memiliki standar musik dalam pujian dan penyembahan yang digunakan pada setiap ibadah dan telah menjadi ciri khas bagi gereja ini. Sehingga ketika dalam ibadah imam musik tidak bermain dalam standar musik yang telah ditetapkan oleh gereja, maka hal tersebut dapat menjadi penghalang dan mengganggu kelancaran ibadah itu sendiri. 37 Doa syafaat adalah doa yang dalam beberapa tata kebaktian gereja-gereja di Indonesia disebut doa umum atau doa pastoral. Di luar negeri disebut dengan nama intercession. Universitas Sumatera Utara Wilfred J. Samuel dalam bukunya Kristen Kharismatik mengatakan bahwa musik dalam ibadah kontemporer cenderung overdosis atau berlebihan dalam ibadah. Memang pernyataan Wilfred sangat subyektif bahkan terdengar sedikit tendensius, namun saya berharap bisa membagi pengalaman saya tersebut dan menempatkan isu tentang musik yang menurut Wilfred overdosis tersebut pada sudut perspektif yang tepat. Ketika saya menghadiri ibadah di GBI Medan Plaza untuk pertama sekali pada tahun 1998, saat itu saya “mencerna” musik yang digunakan dalam ibadah tersebut sebagai musik yang bergenre pop-rock dan mudah digemari oleh kawula muda karena dianggap lebih dinamis. Ketika saya kemudian mulai ikut bergabung melayani dalam tim Departemen Musik yang merupakan cabang dari GBI Medan Plaza, yaitu GBI MMTC, GBI Sun Plaza, GBI Swissbel Hotel dan GBI Hermes Palace saya merasa tertarik untuk mengkaji dan menganalisis bagaimana struktur musik dan ibadah kontemporer yang digunakan di GBI Medan Plaza. Mengapa gereja ini harus menekankan terhadap pujian dan penyembahan, hal ini juga harus menjadi perhatian saya pada bab berikutnya. Dengan menganalisis pertanyaan-pertanyaan seperti paragraf sebelumnya tentu akan membuat faset-faset tersebut terwujud secara eksplisit. Suatu gambaran yang komprehensif akan pekerjaan dan peringatan akan Allah dalam setiap ibadah di GBI Medan Plaza dengan demikian akan dibuat menjadi jelas akan peran musik. Dengan aspirasi dan keterbukaan maka saya akan berusaha secara sosial empiris dan Universitas Sumatera Utara teologis menyelidiki dan menganalisis musik dalam GBI Medan Plaza. Pengamatan yang saya lakukan merupakan pengalaman saya selama ± 3 tahun melayani di beberapa cabang gereja Kharismatik yang dibawahi oleh GBI Rayon IV Medan Plaza. 1. 2. 1. Label Kharismatik