Berbeda dengan lagu penyembahan, untuk lagu-lagu pujian ending yang digunakan biasanya mengikuti aransemen yang telah dibuat oleh musisi yang membawakan lagu
sesuai rekaman album tertentu, karena lagu-lagu pujian yang digunakan dalam ibadah biasa memainkan versi dari musisi rohani yang mempopulerkan pertama sekali ke
masyarakat. Kecuali tim musik tersebut melakukan kreativitas sendiri dengan melakukan aransemen yang mereka sukai, atau mungkin juga karena tidak mampu
memainkan aransemen musisi yang mempopulerkannya karena terlalu rumit, maka disederhanakan dengan aransemen versi tim musik tersebut.
3. 9. Kadens
Cadence
Istilah kadens memiliki banyak arti, pertama-tama istilah ini digunakan untuk mengganti istilah klausula yang dipakai bagi musik modal. Maka istilah kadens
berhubungan erat dengan munculnya sistem tonalitas mayor dan minor. Istilah kadens Latin cadere = turun, terjun dalam hal urutan harmonis
170
yang dipakai untuk unsur utama dalam musik tonal, yaitu urutan harmoni V-I terlebih dahulu kemudian model
progresi akor tersebut menjadi I-IV-V-I sebagai pola dasar musik tonal. Menurut kamus musik Pono Banoe, kadens adalah pengakhiran, cara yang
170
Dieter Mack, Ilmu Melodi Ditinjau dari Segi Budaya Musik Barat, Pusat Musik Liturgi, Yogyakarta, 1996
Universitas Sumatera Utara
ditempuh untuk mengakhiri komposisi musik dengan berbagai kemungkinan kombinasi ragam akor, sehingga terasa efek berakhirnya sebuah lagu atau sebuah
frase lagu. Konteks “mengakhiri” atau “menyelesaikan” menjadi titik berat dalam kadens. Sementara itu Ensiklopedia bebas Wikipedia menuliskan, kadens cadence
berasal dari bahasa Latin cadentia yang artinya”jatuh”. Kadens adalah sebuah bentuk melodi atau harmoni yang menciptakan perasaan “selesai” atau “ketegasan”
sebuah akhir
atau istirahat.
Kadens merupakan bagian yang akan menutup sebuah lagu penyembahan setelah bagian coda dilakukan. Kadens dalam teori musik Barat terdiri dari beberapa
jenis. Dalam ibadah penggunaanya dilakukan berbeda-beda kepada setiap lagu penyembahan. Menurut pengakuan Pdp. Obed Sembiring ia sendiri belum
mengetahui kadens apa yang akan ia gunakan diakhir lagu, karena menurutnya bukan ia sebagai pemimpin tim musik—pemain piano sebagai team leader—yang
menentukan akan menggunakan salah satu kadens tersebut dan menyampaikan melalui kode-kode penjarian kepada imam musik, seperti drum, bas dan synthesizer,
melainkan Roh Kudus yang menuntun di saat-saat akhir lagu kemana arah kadens dan bentuk flowing yang akan digunakan. Dengan alasan teologis hal ini bisa saja terjadi
sebagai imam musik yang sangat diurapi Tuhan, sehingga imam musik tersebut sebagai media yang dipakai Roh Kudus untuk menaikkan pujian kepada Allah.
Namun diluar pandangan teologis, saya menanyakan kepada beberapa imam musik dan mereka mengaku menggunakan pikiran, menggunakan kemampuan
musikal mereka, kira-kira kadens apa dan flowing apa yang akan digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
penyembahan. Mereka mengaku telah mengetahui dan mendengar sebelumnya bahwa lagu dengan judul ‘A’ pada bagian akhirnya akan biasanya menggunakan kadens ‘B’.
Mereka sama sekali tidak dituntun Roh Kudus, melainkan menurut imam musik tersebut pola apa yang terlintas, maka itu yang akan ia gunakan. Walaupun secara
iman Kristen hal tersebut tidak berkenan untuk dilakukan untuk Tuhan, namun kenyataannya orang lain tidak mengetahui secara pasti apa yang dilakukan imam
musik ketika menggunakan kadens, apakah melalui pikiran atau ia telah dipimpin oleh
Roh Kudus.
Tetapi imam musik tersebut dapat merasakan dan membedakan pelayanan
yang dituntun oleh Roh Kudus dan pelayanan yang mengandalkan “pikiran logis”. Perbedaan akan tampak melalui hasil dan dampak influence terhadap jemaat. Jemaat
akan dapat merasakan hadirat Tuhan melalui musik yang dimainkan jika dipimpin oleh Roh Kudus. Seperti penuturan Bapak Obed Sembiring bahwa ia tidak akan
mampu bermain musik sepanjang ibadah doa malam yang dilakukan mulai pukul 20:00-23.00 WIB setelah melakukan aktivitas yang melelahkan sepanjang hari.
Tetapi beliau berkata “Saya berdoa meminta kekuatan dari Tuhan dan tuntunan Roh Kudus, agar saya dimampukan sepanjang pelayanan. Lalu saya mulai memainkan
piano saya, mulai menyembah Tuhan dengan piano dan kemudian saya tidak tahu kenapa tiba-tiba ada orang yang trance di bangku jemaat, ada yang menangis, ada
yang histeris, dan sebagainya. Bapak Obed berkata, “Bukan karena saya mengandalkan pikiran saya saat memainkan piano tersebut sehingga berbagai
influence tersebut terjadi, tetapi karena saya mengandalkan Roh Kudus”.
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori musik Barat terdapat banyak pola kadens yang digunakan dalam berbagai era musik yang ada. Karena itu dalam tulisan ini saya hanya fokus kepada
bentuk kadens yang selalu digunakan dalam ibadah di GBI Medan Plaza saja.
3. 9. 1.