mengutip persembahan kedua, dan diakhiri doa berkat pulang. Walaupun struktur ibadah telah diatur berdasarkan durasi dan materi ibadah,
namun ibadah kontemporer itu sendiri sifatnya lebih fleksibel dan spontan, sehingga sepanjang ibadah dilakukan bisa memiliki perbedaan-perbedaan dengan ibadah
dilakukan dikemudian hari, walaupun secara struktur dan durasi sama, namun jemaat akan menemukan “kejutan’kejutan kecil” yang sifatnya berbeda dengan ibadah-
ibadah yang dilakukan secara liturgikal. Saya katakan “kejutan-kejutan kecil” karena bisa saja dalam ibadah tiba-tiba dilakukan pemutaran film pendek, atau pengkhotbah
yang berbicara dengan topik ekonomi yang Alkitabiah yang ditampilkan seperti sebuah seminar lengkap dengan ayat-ayat Alkitab, atau pengkhotbah yang sengaja
didatangkan dari benua lain, atau kota-kota lain di Indonesia yang bahkan baru tiba langsung dari bandara dan datang berkhotbah di GBI Medan Plaza.
4. 2. 1. Ibadah Kontemporer Sebagai Sistem dan Struktur Kebudayaan
Sebelum saya mengarahkan sub-bab ini terhadap upacara—dalam sub-bab ini upacara diasumsikan sebagai ibadah kontemporer—sebagai sebuah sistem dan
struktur, perlu saya ingatkan bahwa upacara merupakan salah satu wujud kebudayaan yang terpancar dari agama. Bagi Clifford Geertz, agama merupakan bagian dari suatu
sistem kebudayaan yang lebih meresap dan menyebar luas, dan bersamaan dengan itu kedudukannya berada dalam suatu hubungan dengan dan untuk menciptakan serta
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan keteraturan kebudayaan sekaligus agama.
190
Walaupun pemikiran agama dikatakannya tidak semata-mata menstrukturkan kebudayaan baca: ibadah, tetapi agama juga dilihat sebagai pedoman bagi ketepatan
dari kebudayaan. Menurut Geertz 1973:89 kebudayaan adalah pola dari pengertian- pengertian atau makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang
ditransmisikan secara historis, suatu sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk-bentuk simbolik yang dengan cara tersebut manusia
berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikap mereka terhadap kehidupan.
191
Ibadah kontemporer dengan segala wujud kebudayaan Kharismatik di dalamnya, dengan musiknya yang dominan merupakan wujud-wujud simbolik
agama, dalam hal ini Kristen Kharismatik. Ibadah kontemporer sebagai sebuah sistem kebudayaan dan sistem konsepsi dipandang memiliki persamaan struktur-struktur
dinamik dan begitu juga mempunyai persamaan dalam hal asal mulanya yaitu dalam bentuk-bentuk simbolik. Geertz berpendapat bahwa upacara ritual, berperan untuk
mempersatukan dua sistem yang parallel dan berbeda tingkat hierarkinya dengan meletakkannya pada hubungan-hubungan formatif dan reflektif antara satu dan yang
lain sebagaimana masing-masing dihubungkan dengan asal mula simboliknya dan asal
mula ekspresinya.
Saya memandang bahwa dua sistem yang berbeda tingkat hierarkinya yang
190
Clifford Geertz.,1973. The Interpretation of Culture, New York: Basic
191
Clifford Geertz, Ibid.,hlm.89
Universitas Sumatera Utara
dimaksud oleh Geertz adalah Tuhan dan manusia jemaat yang dipersatukan melalui sebuah komunikasi secara vertikal dan parallel dalam sebuah ibadah dengan
menggunakan musik Kristen kontemporer sebagai medianya, yang kemudian direfleksikan oleh jemaat dalam simbol-simbol kebudayaan Kharismatik seperti
menari, melompat, bertepuk tangan, dan sebagainya dan Tuhan kemudian menyatakan kemuliaannya dalam ibadah tersebut melalui hadirat Tuhan.
Semua bentuk seni termasuk ibadah kontemporer adalah sama keadaannya dengan perwujudan-perwujudan simbolik lainnya, yakni “mendorong untuk
menghasilkan secara berulang dan terus menerus mengenai hal-hal yang amat subyektif dan yang secara buatan dan polesan dipamerkan”.
192
Dengan demikian, sebagai suatu keseluruhan, upacara mempunyai kedudukan sebagai perantara simbolik, atau mungkin lebih tepat kalau disebut sebagai perantara
metafor, dalam kaitannya dengan kebudayaan dan pemikiran subyektif yang memungkinkan bagi keduanya ibadah dan kebudayaan untuk dapat saling bertukar
tempat dan peranan. Agama dan ibadah adalah dua satuan yang secara bersamaan merupakan sumber dan model keteraturan sosial social order.
Simbol-simbol dan
struktur-struktur upacara yang berfungsi untuk menghubungkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi dan pengalaman-pengalaman
yang dipunyai oleh manusia dengan bentuk-bentuk hubungan simbolik dan upacara yang secara khusus berlandaskan pada kebudayaan dan kehidupan sosial dan
ekonomi, yang dengan demikian meletakkan suatu kategori yang lebih komprehensif
192
Clifford Geertz, Op.Cit.,hlm.451.
Universitas Sumatera Utara
ke dalam suatu konsensus primordial. Saya melihat konsep pemikiran Turner di atas, bahwa struktur-struktur ibadah
kontemporer juga memiliki fungsi untuk menjadi sarana jemaat dalam melihat fakta dan pengalaman yang dimiliki sebagai sebuah wujud komunikasi simbolis dengan
tingkat hierarkinya lebih tinggi yang terpantul melalui kebudayaan-kebudayaan Kharismatik berupa, gaya hidup, attitude, yang ada dalam kehidupan sosial jemaat.
Dengan mengacu kepada teori yang saya tawarkan pada bab satu, Turner melakukan sejumlah analisa mengenai struktur upacara ibadah dan isi simboliknya,
dengan melakukan kajian yang berkenaan terhadap sistem dualisme dan triadisme bahkan bisa lebih luas. Menurut Turner, sistem tersebut bersifat triadik atau segitiga
dan bersifat fleksibel menurut konteksnya. Saya kemudian mencontohkan sifat triadik tersebut dalam ibadah kontemporer, dimana Tuhan dan manusia jemaat sebagai
sesuatu yang secara teologia bertentangan sifatnya, tetapi sifat yang bertentangan itu disatukan oleh sebuah komunikasi melalui ibadah kontemporer karena ibadah
tersebut memiliki sifat dan tujuan ganda, yakni kepada Tuhan juga kepada manusia. Hubungan antara upacara dengan struktur sosial terletak pada kesanggupan
dari ibadah tersebut untuk dapat menempatkan dirinya di atas kedudukan satuan struktur sosial dengan melalui fase liminal atau fase anti-struktural. Sehingga,
hubungan antara ibadah dengan struktur sosial tersebut memungkinkan bagi dapat
Universitas Sumatera Utara
tetap hidup dan menyerap ibadah tersebut dalam berbagai kegiatan sekuler yang terstruktur yang terletak di luar konteks ibadah itu sendiri.
193
4. 2. 2. Penyajian Ibadah Kontemporer