3. 7.
Modulation Modulasi
Istilah ini digunakan untuk membedakan nada dasar antara nada dasar yang ‘lama’ dan nada dasar yang ‘baru’. Nada dasar yang digunakan pertama digunakan
disebut nada dasar original key . Biasanya, musik akan dimulai dan diakhiri pada nada dasar yang sama, yaitu original key. Dalam modulasi, musik bergerak dari nada
dasar ‘lama’ ke nada dasar yang ‘baru’. Modulasi atau juga dikenal dengan overtone dapat dilakukan untuk tujuan merubah nada dasar yang ke lebih tinggi atau nada
dasar lebih rendah dari sebelumnya. Dalam ibadah kontemporer, modulasi merupakan salah satu cara yang
dilakukan memberi “angin segar” kepada lagu praise atau worship yang bisa dikatakan cenderung memiliki bentuk yang minim karena hanya terdiri dari dua
bentuk binary. Setiap nada dasar yang kita pergunakan merepresentasikan sebuah posisi kepada pemahaman musikal kita. Nada dasar akan menjadi titik atau wilayah
orientasi dalam keseluruhan tangga nada dan hubungannya secara musikal. Pdt. Robert Siahaan sebagai Pendeta yang sering melayani dalam ibadah di
GBI Medan Plaza mengatakan, beberapa worship leader seperti “keranjingan” melakukan modulasi. Dalam sebuah lagu worship beberapa worship leader
melakukan modulasi tiga hingga empat kali modulasi. Saya justru melihatnya sebagai “penyiksaan” terhadap jemaat dan bahkan menjadi semacam latihan kelas vokal bagi
mereka. “Kenapa harus menggunakan modulasi berkali-kali untuk menyanyikan
Universitas Sumatera Utara
sebuah lagu, gunakan nada dasar yang bisa dijangkau jemaat supaya semua dapat bernyanyi dengan pas” ujar Pdt. Robert Siahaan
162
kepada saya dalam sebuah percakapan. Menurut Pdt. Robert Siahaan M.Th, ia menemukan banyak worship
leader di gereja “gemar” menurunkan nada dasar sebuah lagu lebih rendah dari seharusnya agar nanti bisa dilakukan beberapa kali modulasi. “Hal ini sama sekali
berbeda dengan pengalaman saya ketika saya melayani di Pulau Jawa. Sehingga ketika saya pertama sekali datang dan melayani di Medan, saya melihat kebiasaan ini
sudah menjadi “tradisi” dikalangan worship leader, karena itu saya tidak mempermasalahkannya lagi”, Ujar Pdt. Robert
163
. Dalam sebuah ibadah kontemporer khususnya di GBI Medan Plaza, saya
menemukan ada dua tipe Pendeta, yaitu Pendeta yang ‘gemar’ menyanyi ditengah- tengah khotbah—biasa syair lagunya selaras dengan tema khotbah tersebut—dan
Pendeta yang tidak ‘gemar’ menyanyi saat berkhotbah. Seorang Pendeta yang gemar menyanyi ditengah-tengah khotbah kadang mengikuti nada dasar lagu yang telah
dinyanyikan sebelumnya yang dimainkan lembut melalui piano. Padahal lagu lain yang akan ia nyanyikan tidak sesuai dengan nada dasar tersebut, akibatnya lagu itu
terlalu rendah atau mungkin terlalu tinggi. Atau misalnya Pendeta tersebut telah memberikan kode nada dasar sebelumnya, namun lagu tersebut tetap terlalu rendah
atau terlalu tinggi, maka dalam situasi ini jelas diperlukan modulasi untuk
162
Pdt. Robert Siahaan adalah Rektor STT Misi Internasional Pelita Kebenaran yang berada di bawah kelola GBI Medan Plaza dan YSKI Yayasan Surya Kebenaran Indonesia bekerja sama dengan
ICM International Christian Mission yang berpusat di Singapura.
163
Disampaikan dalam sebuah persiapan ibadah sesi 2 di GBI Hermes pada tanggal 22 Mei 2011.
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan nada dasar yang tepat dan bisa dinyanyikan oleh semua orang. Modulasi juga merupakan salah satu teknik untuk semacam memberi sesuatu
yang “baru” dalam membangun atmosfir hadirat Tuhan, karena lagu yang dinyanyikan telah diulang-ulang 5 hingga 10 kali agar tidak terdengar monoton. Jika
modulasi dilakukan satu kali saya masih melihat jemaat dapat menikmati lagu tersebut, tetapi saya melihat beberapa worship leader melakukannya 2 hingga 3
bahkan 4 kali seperti sedang ketagihan modulasi. Terlebih lagi gereja ini hanya mengenal nada dasar yang terdiri dari C-D-E-F-G-A-Bb-C sehingg ketika modulasi
dilakukan banyak melakukan modulasi 1 langkah whole step, tentu jika dilakukan tiga atau empat kali modulasi akan berdampak yang sangat signifikan.
Dalam ibadah di GBI Medan Plaza, modulasi yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan tingkat harmoni kelima fifth dari nada dasar yang akan dituju.
Misalnya sebuah lagu penyembahan dimulai dari nada dasar G mayor dan akan dilakukan modulasi menuju A mayor, maka imam musik akan memainkan tingkat
kelima dari A mayor terlebih dahulu, yakni E mayor, Contoh 1. Modulasi
Universitas Sumatera Utara
3. 8. Pola