23
Masyarakat akan tergerak untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan apabila 1 partisipasi dilakukan melalui organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah
ada di tengah masyarakat yang bersangkutan, 2 partisipasi memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan, 3 manfaat yang diperoleh
tersebut dapat memenuhi kepentingan masyarakat setempat, dan 4 dalam proses partisipasi terdapat aminan kontrol oleh masyarakat Winarto 2003.
Menurut Krishna dan Lovell 1985 paling tidak ada empat alasan pentingnya partisipasi dalam menunjang keberhasilan suatu programkegiatan
seperti yang diacu oleh Iqbal 2007. Pertama, partisipasi diperlukan untuk meningkatkan rencana pengembangan programkegiatan secara umum dan
kegiatan prioritas secara khusus. Kedua, partisipasi dikehendaki agar
implementasi kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ketiga, partisipasi dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan programkegiatan. Keempat, partisipasi
dapat meningkatkan kesetaraan dalam implementasi kegiatan. Oleh karena itu, partisipasi merupakan suatu tatanan mekanisme bagi para penerima manfaat dari
suatu programkegiatan.
2.4.2 Tipologi Partisipasi
Menurut Iqbal 2007, Selener mengklasifikasikan partisipasi atas dua tipe. Pertama, partisipasi teknis yang dapat mempengaruhi para pemegang kekuasaan
untuk mengakomodasikan kebutuhan mereka. Partisipasi tipe ini relatif tidak bermuara pada pemberdayaan atau perubahan sosial masyarakat. Kedua,
partisipasi politis yang memiliki kemampuan dalam pengambilan langkah pengawasan terhadap suatu kondisi dan situasi tertentu. Partisipasi tipe ini mampu
meningkatkan aksi swadaya dalam pengembangan dan penguatan kelembagaan. Pada umumnya para pelaku dalam implementasi programkegiatan terlibat
secara semu pasif. Petani, misalnya, hanya difungsikan sebagai target dan mereka berpartisipasi berdasarkan informasi yang mereka dapatkan mengenai apa
yang terjadi di lingkungan mereka. Dengan kata lain, informasi dari target diinterpretasikan oleh pihak luar kaum profesional dan ahli. Oleh karena itu,
pengenalan tentang bentuk dan tingkatan partisipasi perlu dipahami oleh semua pihak dalam penerapan programkegiatan.
24 Tabel 2 Karakteristik berbagai tipologi partisipasi
Tipologi Karakteristik
Partisipasi pasif Masyarakat berpartisipasi berdasarkan informasi yang mereka
terima dari pihak luar tentang apa yang terjadi di lingkungan mereka
Partisipasi informasi
Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab pertanyaan ekstraktif yang diajukan pihak luar misalnya peneliti dengan
menggunakan kuesioner, di mana hasil temuan tidak dimiliki, dipengaruhi, dan diperiksa akurasinya oleh masyarakat
Partisipasi konsultasi
Masyarakat berpartisipasi melalui konsultasi dengan pihak luar, di mana pihak luar tersebut mengidentifikasi masalah dan sekaligus
mencarikan solusinya serta memodifikasi penemuan berdasarkan respons masyarakat
Partisipasi insentif material
Masyarakat berpartisipasi dengan menyediakan sumber daya, misalnya tenaga kerja dan lahan untuk ditukar dengan insentif
material, namun partisipasi masyarakat terhenti seiring berakhirnya imbalan insentif tersebut
Partisipasi fungsional
Masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok dan melibatkan pihak luar dalam rangka menentukan tujuan awal
programkegiatan, di mana pada umumnya pihak luar terlibat setelah keputusan rencana utama dibuat
Partisipasi interaktif
Masyarakat berpartisipasi dalam melakukan analisis kolektif dalam perumusan kegiatan aksi melalui metode interdisiplin dan
proses pembelajaran terstruktur, di mana masyarakat mengawasi keputusan lokal dan berkepentingan dalam menjaga serta
sekaligus memperbaiki struktur dan kegiatan yang dilakukan
Partisipasi mobilisasi swadaya
Masyarakat berpartisipasi dengan cara mengambil inisiatif dan tidak terikat dalam menentukan masa depan, di mana pihak luar
hanya diminta bantuan dan nasihat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya
Sumber: Pretty 1995 dalam Iqbal 2007.
Menurut tipologinya, Pretty 1995 mengklasifikasikan partisipasi berdasarkan 7 karakteristik Tabel 2. Dari ketujuh karakteristik tersebut,
partisipasi interaktif merupakan bentuk partisipasi yang dianggap paling sesuai dengan implementasi program pembangunan. Para pelaku harus terwakili secara
khusus dalam rancangan organisasi, di mana mereka berpartisipasi dan sekaligus menjalani proses pembelajaran dalam pelaksanaan program pembangunan. Hal ini
perlu disadari mengingat tidak semua pelaku memiliki peluang dan kesempatan yang sama, karena sebagian dari mereka terbatas dalam hal kapasitas untuk