118
Luas dan kepemilikan lahan 3.
Berapa luas lahan pertanian, pekarangan dan perkebunan yang BapakIbu miliki atau garap pada saat ini:
No Uraian
Milik sendiri ha Milik orang lain
ha Asal usul
1 Ladang
2 Kebun
3 Pekarangan
4 Lahan HTR
5 lainnya
jumlah : membuka lahan, membeli, warisan, tanah adat, dll
Jarak ke lahan HTR 4.
Berapa kilometer kira-kira jarak antara tempat tinggal BapakIbu dengan lahan yang disediakan untuk HTR ?
………………………….. kilometer km Pendapatan
5. Berapa jumlah pendapatan keluarga BapakIbu dari berbagai sumber baik pendapatan tetap
maupun sampingan, rata-rata dalam satu bulan? Rp………………………………………bulan
6. Apakah penghasilan BapakIbu saat ini sudah mencukupi untuk hidup sehari-hari?
tidak ya
7. Berapa pengeluaran keluarga BapakIbu rata-rata dalam satu bulan?
Rp………………………………………bulan 8.
Bisakah BapakIbu menyisihkan sebagian dari penghasilan tersebut untuk ditabung? tidak bisa
kadang-kadang selalu bisa
9. Pernahkah BapakIbu menabung, mengambil uang, mengirim uang atau meminjam uang di
Bank, koperasi atau lembaga keuangan lainnya? tidak
ya
Jumlah tanggungan 10. Berapa jumlah anggota keluarga yang masih menjadi tanggungan BapakIbu?
………………………………. orang
Pengalaman bertani 11. Berapa lama kira-kira BapakIbu telah memiliki pengalaman berusaha tani ?
……………………………………..tahun 12. Berapa lama BapakIbu memiliki pengalaman budidaya tanaman kehutanan?
………………………………………tahun 13. Apakah sebelumnya BapakIbu pernah ikut serta dalam kegiatan kehutanan misalnya hutan
kemasyarakatan atau hutan rakyat? tidak pernah
pernah tapi sekarang tidak lagi pernah dan masih sampai sekarang
Kekosmopolitan 14. Berapa kali dalam sebulan BapakIbu pernah keluar desa untuk mencari informasi dan
menambah pengetahuan tentang program hutan tanaman rakyat HTR atau kehutanan pada umumnya ?
tidak pernah sebutkan :…………………….kalibulan
15. Berapa kali BapakIbu pernah melakukan kunjungan atau konsultasi secara pribadi dengan petugas penyuluh lapangan atau pendamping kehutanan ?
tidak pernah sebutkan :…………………….kalibulan
16. Sampai dengan saat ini berapa kali BapakIbu pernah membaca surat kabar atau artikel majalah khususnya tentang kehutanan atau program HTR ?
tidak pernah sebutkan : ……………………kali
119
17. Apakah BapakIbu pernah mempraktekkan ilmu atau pengetahuan baru yang diperoleh dari surat kabar atau majalah tentang budidaya pohon atau tanaman, teknik bertani, dsb ?
tidak pernah kadang-kadang
sering 18. Darimana BapakIbu mendengar atau memperoleh informasi mengenai HTR ? jawaban yang
dipilih boleh lebih dari satu penyuluh
aparat desa teman
surat kabat televisi
lainnya sebutkan :………………………………………………………………………..
III. PERSEPSI RESPONDEN
Hutan Tanaman Rakyat HTR adalah hutan tanaman yang dibangun oleh perorangan atau
koperasi, di areal hutan produksi milik negara yang telah ditetapkan Menteri Kehutanan sebagai areal HTR, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hutan produksi dengan menerapkan sistem
silvikultur yang menjamin kelestarian sumber daya hutan. 1.
Apakah BapakIbu pernah mendengar tentang program Hutan Tanaman Rakyat HTR
ya
tidak 2.
Apakah BapakIbu saat ini sedang mengikuti program HTR atau memiliki keinginan untuk mengikuti program HTR ?
ya
tidak
Persepsi terhadap alokasi lahan HTR 3.
Areal yang diperuntukkan bagi kegiatan HTR adalah lahan milik negara yang tidak produktif lagi dan menjadi lahan kritis
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
4. Lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan HTR saat ini letaknya dekat dengan tempat tinggal
BapakIbu dan mudah didatangi
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
5. Lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan HTR saat ini tidak dalam konflik atau sengketa
kepemilikan dengan pihak lain
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Persepsi terhadap pola HTR 6.
Masyarakat dapat membangun HTR secara mandiri dengan bimbingan dari penyuluh atau pendamping
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
7. Masyarakat berhak menentukan sendiri jenis tanaman, teknik penanaman, pemeliharaan dan
pemanenan dengan bimbingan dari penyuluh atau pendamping
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
8. Masyarakat tidak memerlukan mitra kerjasama seperti perusahaan swasta atau investor dalam
pelaksanaan HTR, sehingga tidak harus membagi keuntungan dengan mereka
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
120
9. Jika tidak memiliki kemampuan yang cukup, masyarakat dapat bekerjasama dengan mitra
atau pihak lain untuk membangun HTR berdasarkan kesepakatan yang saling menguntungkan
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
10. Mitra kerjasama dalam pembangunan HTR tersebut dapat berasal dari luar daerah dimana areal HTR berada
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
11. Mitra kerjasama dalam pembangunan HTR dapat berupa perorangan atau perusahaan swasta
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
12. Menurut pendapat BapakIbu, BapakIbu lebih memilih untuk mengelola HTR secara perorangan dibandigkan dengan atas nama koperasi
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Persepsi terhadap kegiatan pemanfaatan 13. Kegiatan HTR meliputi penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan
dan pemasaran hasil
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
14. Kegiatan HTR hanya diprioritaskan untuk memproduksi kayu
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
15. Hasil hutan bukan kayu getah, kulit kayu, daun, rotan, dll yang dihasilkan di dalam areal HTR tidak boleh dipasarkan
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Persepsi terhadap jenis tanaman 16. Jenis tanaman apakah yang akan atau sedang dikembangkan dalam kegiatan HTR di tempat
BapakIbu?
…………………………………………………………. 17. Selain yang dikembangkan saat ini, jenis tanaman lain apa yang BapakIbu inginkan untuk
ditanam di areal HTR? Sebutkan jenis dan alasan BapakIbu memilih jenis tersebut boleh diisi lebih dari satu jenis
………….. Alasan: ………………………………………………………………
…………. Alasan: ………………………………………………………………
18. Jenis tanaman yang akan atau sedang dikembangkan di areal HTR saat ini sesuai dengan keinginan BapakIbu.
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
121
19. Jenis tanaman yang dapat ditanam di areal HTR adalah tanaman berkayu jati, sengon, akasia, tusam atau sejenisnya atau dikombinasikan dengan tanaman budidaya tahunan
berkayu karet, durian, rambutan atau sejenisnya
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
20. Jenis tanaman lain di luar golongan di atas harus ditetapkan oleh Menteri Kehutanan
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Persepsi terhadap persyaratan perijinan Persyaratan untuk memohon ijin HTR IUPHHK-HTR
- PERORANGAN :
foto copy KTP, keterangan domisili benar pemohon berdomisili di desa tersebut dari Kades,dan sketsa areal yang dimohon
- KOPERASI :
foto copy akte pendirian, keterangan Kades bahwa koperasi dibentuk oleh masyarakat setempat, sketsa areal yang dimohon atau peta areal apabila luasan yang
dimohon lebih dari 15 Ha skala 1 : 5.000 atau 1: 10.000 21. Persyaratan bagi masyarakat yang ingin mengajukan ijin
pemanfataan HTR IUPHHK-HTR di atas mudah dipenuhi
tidak setuju
kurang setuju
setuju 22. Persyaratan apa yang menurut Bapak sulit untuk dipenuhi :
tidak ada
jika ada sebutkan ……………………………………………………………………… 23. Bagi pemohon ijin HTR perorangan disarankan untuk membentuk kelompok untuk
memudahkan pengurusan administrasi
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
24. Pembuatan sketsa areal atau peta areal yang dimohon dibantu oleh penyuluh atau pejabat yang ditunjuk oleh
BupatiWalikota
tidak setuju
kurang setuju
setuju
Persepsi terhadap proses perijinan 25. Proses pengajuan ijin HTR mudah dan tidak berbelit-belit
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
26. Waktu yang dibutuhkan dalam pengurusan ijin HTR cepat
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
27. Menurut BapakIbu, dalam pengurusan ijin HTR tidak membutuhkan biaya yang besar
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Pertanyaan nomor 28 – 30 hanya diisi apabila BapakIbu pernah punya pengalaman mengurus ijin HTR, kemudian Bapak bisa lanjutkan ke pertanyaan nomor 29 dan
seterusnya
122
Apabila BapakIbu belum punya pengalaman mengurus ijin HTR, mohon agar langsung melanjutkan ke pertanyaan nomor 31 dan seterusnya
28. Jika Bapak pernah mengurus ijin HTR, pada tahap mana menurut BapakIbu yang paling sulit atau membutuhkan waktu paling lama?
………………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………. 29. Jika Bapak pernah mengurus ijin HTR, berapa waktu yang BapakIbu butuhkan mulai dari
pengajuan hingga ijin HTR keluar? ………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………. 30. Jika BapakIbu pernah mengurus ijin HTR, berapa biaya keseluruhan yang Bapak keluarkan
sampai ijin tersebut BapakIbu terima? Rp. ……………………………………………..
Persepsi terhadap jangka waktu dan luasan pengusahaan 31. Jangka waktu pengusahaan HTR diberikan selama 60 tahun dan dapat diperpanjang satu kali
selama 35 tahun.
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
32. Luasan areal HTR yang diberikan untuk satu kepala keluarga maksimal 15 hektar.
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
33. Luasan areal HTR yang diberikan untuk koperasi disesuaikan dengan kemampuan kopersi tersebut
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
34. Dari kondisi dan kemampuan yang Bapak punya, berapa rata- rata luas areal hutan yang dapat Bapak garap atau kelola
dengan baik dan memberikan penghasilan yang cukup untuk Bapak?
………..hektar
Persepsi terhadap pewarisan ijin 35. Jika BapakIbu memiliki ijin HTR, kemudian BapakIbu meninggal dunia sebelum jangka
waktu ijin tersebut habis, maka BapakIbu tidak dapat mewariskan ijin tersebut kepada anak BapakIbu atau ahli waris lainnya
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
36. Jika BapakIbu memiliki ijin HTR, kemudian Bapak Ibu meninggal dunia, maka ijin tersebut harus dikembalikan kepada pemerintah walaupun jangka waktu yang tersisa masih lama
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
37. BapakIbu tidak menginginkan anak atau anggota keluarga BapakIbu yang lain untuk meneruskan usaha HTR yang telah BapakIbu bangun setelah BapakIbu meninggal dunia
nanti
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
123
Persepsi terhadap hak dan kewajiban pemegang ijin HTR 38. Pemegang ijin HTR memiliki kemudahan mendapatkan pinjaman dana untuk pembiayaan
HTR. Persyaratan dan prosedur peminjaman dana sudah jelas dan diketahui semua pihak
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
39. Agar ijin HTR tidak dicabut, maka pemegang ijin harus membuat rencana kerja usaha dan rencana kerja tahunan
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
40. Rencana kerja usaha dan rencana kerja tahunan tidak menyulitkan karena pembuatannya dibantu oleh konsultan atau Lembaga Swadaya Masyarakat
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Persepsi terhadap pasar kayu hasil HTR 41. Areal HTR di daerah BapakIbu yang ada sekarang lokasinya dekat dengan industri
pengolahan kayu
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
42. Sudah ada pasar industri pengolahan kayu atau pihak lain yang ingin membeli kayu yang ditanam dalam kegiatan HTR di daerah BapakIbu
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
43. Harga dasar kayu harga kayu minimum yang dihasilkan pada kegiatan HTR ditetapkan oleh pemerintah
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
44. Berapa harga jual kayu dari jenis tanaman yang dikembangkan dalam kegiatan HTR di tempat BapakIbu?
Rp. ……………………………………… 45. Menurut pendapat BapakIbu, apakah harga tersebut sudah cukup menguntungkan bagi
masyarakat ?
Sudah
Belum, berapa harga yang BapakIbu inginkan ? Rp. ………………………..
Persepsi terhadap kelembagaan HTR 46. Untuk bisa mengikuti program HTR BapakIbu harus menjadi anggota koperasi atau
kelompok tani
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
47. Anggota kelompok tani hutan saling mengenal dan dapat bekerjasama dengan baik
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
124
48. Dengan adanya kelompok tani hutan, proses pengurusan ijin HTR menjadi lebih mudah dan informasi tentang HTR juga mudah diperoleh
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Persepsi terhadap kegiatan sosialisasi program HTR 49. Frekuensi kegiatan penyuluhan tentang HTR yang selama ini dilakukan sudah cukup
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
50. Materi penyuluhan yang diberikan selama ini sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menunjang program HTR
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
51. Metode atau cara penyuluhan tentang HTR yang dilakukan selama ini sudah sesuai dan mudah dimengerti oleh masyarakat
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
52. Apabila ada undangan penyuluhan tentang HTR, apakah Bapak sering menghadiri kegiatan tersebut ?
sering
kadang-kadang
tidak pernah 53. Sampai saat ini, berapa kali kegiatan penyuluhan tentang
HTR rutin diadakan di tempat Bapak? …………kali
54. Siapakan yang selama ini sering memberikan penyuluhan tentang HTR ? Penyuluh LSM Lainnya sebutkan ……………..
Persepsi terhadap penyuluh dan pendamping dalam program HTR 55. Petugas penyuluh dan pendamping telah benar-benar menguasai materi tentang program
HTR
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
56. Dalam menyampaikan materi, penyuluh telah menyesuaikan cara dan bentuk penyuluhan dengan latar belakang dan kemampuan peserta yang hadir
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
57. Jumlah tenaga penyuluh dan pendamping program HTR saat ini telah cukup memadai
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
Persepsi terhadap dukungan instansi pemerintah dan LSM 58. Pemerintah desa selama ini telah memberikan kemudahan dan dukungan dalam program
HTR
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
125
59. Bentuk dukungan seperti apa yang telah diberikan pemerintah desa ?
tidak ada
ada, sebutkan: ………………………………………………………….
60. Dinas Kehutanan dan Perkebunan baik Kabupaten maupun propinsi selama ini telah memberikan dukungan berupa kemudahan pengurusan dan pendampingan dalam program
HTR
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
61. Bentuk dukungan seperti apa yang telah diberikan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten dan Propinsi?
tidak ada
ada, sebutkan: ………………………………………………………….
62. Lembaga swadaya masyarakat atau organisasi masyarakat pemerhati kehutanan selama ini telah memberikan dukungan dan bantuan pendampingan dalam program HTR
tidak setuju Alasan: ………………………………………………………………
kurang setuju Alasan: ………………………………………………………………
setuju Alasan: ………………………………………………………………
63. Bentuk dukungan seperti apa yang telah diberikan lembaga swadaya masyarakat atau organisasi masyarakat lainnya
tidak ada
ada, sebutkan: ………………………………………………………….
IV. PARTISIPASI RESPONDEN
64. Berapa kali BapakIbu pernah mengikuti kegiatan rapat atau pertemuan tentang rencana pembangunan HTR di bawah ini?
a. Pertemuan pembentukan kelompok tani : ……………….kali
b. Pertemuan untuk penentuan lokasi : ……………….kali
c. Pembuatan sketsa lahan : ……………….kali
d. Pertemuan pembagian lahan : ……………….kali
e. Pertemuan untuk penentuan jenis tanaman : ……………….kali
f. Pertemuan penentuan aturan main kelompok hak dan kewajiban, sanksi dan larangan, dll
: ……………….kali g. Pengurusan ijin
: ……………….kali h. Penyusunan rencana kerja umum RKU
: ……………….kali i. Penyusunan rencana kerja tahunan RKT
: ……………….kali j. Penataan areal
: ……………….kali k. Pembuatan jalan
: ……………….kali l. Pembuatan pondok kerja
: ……………….kali m. Lainnya: ……………………………………
: ……………….kali 65. Berapa kali BapakIbu pernah ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan HTR di bawah ini?
a. Pembersihan lahan : ……………….kali
b. Pengadaan benih atau biji : ……………….kali
c. Pembuatan persemaian : ……………….kali
d. Pengadaan bibit dari anakan : ……………….kali
e. Pengadaan bibit dari stek : ……………….kali
f. Pengadaan bibit : ……………….kali
g. Pembuatan batas : ……………….kali
h. Pengaturan larikan : ……………….kali
i. Pemasangan ajir : ……………….kali
j. Pembuatan lubang tanam : ……………….kali
k. Penanaman : ……………….kali
l. Lainnya: …………………………………… : ……………….kali
126
66. Berapa kali BapakIbu pernah ikut serta dalam kegiatan pemanfaatan tanaman di areal HTR seperti di bawah ini?
a. Mengambil daun : ……………….kali
b. Mengambil buah : ……………….kali
c. Mengambil getah : ……………….kali
d. Mengambil ranting : ……………….kali
e. Penebangan pohon : ……………….kali
f. Pengangkutan kayu : ……………….kali
g. Memanfaatkan hasil tanaman tumpangsari : ……………….kali
h. Pemasaran hasil tanaman HTR kayu, buah, getah, dsb
: ……………….kali i. Lainnya: ……………………………………
: ……………….kali 67. Berapa kali BapakIbu pernah melakukan kegiatan pemeliharaan dan evaluasi seperti di
bawah ini? a. Pemupukan
: ……………….kali b. Penyulaman menanam kembali tanaman yang
mati, rusak atau tidak sehat : ……………….kali
c. Penyiangan atau pembersihan gulma dan tanaman pengganggu
: ……………….kali d. Pendangiran penggemburan tanah
: ……………….kali e. Pemangkasan cabang
: ……………….kali f.
Penjarangan : ……………….kali
g. Pengamanan areal dari bahaya kebakaran : ……………….kali
h. Mengawasi areal dari pencurian kayu : ……………….kali
i. Mengawasi areal dari perambahan kawasan
penyerobotan lahan oleh pihak lain : ……………….kali
j. Mengawasi areal dari penggembalaan liar
: ……………….kali k. Rapat evaluasi pertemuan rutin anggota,
pertemuan rutin antar kelompok tani, pertemuan tahunan
: ……………….kali l.
Lainnya: …………………………………… : ……………….kali
TERIMA KASIH ATAS KERJASAMANYA
127
Lampiran 2 Kerangka panduan wawancara
I. WAWANCARA
Pihak-pihak yang akan diwawancara antara lain: 1. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sarolangun
2. Dinas Kehutanan Propinsi 3. Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah IV Jambi
4. FLEGT Forest Law Enforcement, Governace and Trade, pendamping
kegiatan HTRpenyuluh, LSM LP3D 5. Pemegang ijin HTR IUPHHK-HTR
6. Ketua Kelompok Tani Hutan 7. Perangkat Desa Kepala Desa
8. Tokoh Masyarakat, investor kegiatan HTR, anggota DPR 9. Akademisi Universitas Jambi
10. HTI PT. Samhutani
II. PANDUAN WAWANCARA 1. Dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sarolangun
Materi wawancara berhubungan dengan keterlibatan Dishutbun Kabupaten Sarolangun dalam program HTR, antara lain meliputi:
a. Apakah yang menjadi dasar pelaksanaan latar belakang program HTR di
Sarolangun? Mengapa ? b. Apakah tujuan pemerintah daerah sendiri melaksanakan program HTR ?
c. Apakah yang diharapkan pemerintah daerah dari program HTR ? d. Berapa luas HTR yang telah memiliki ijin saat ini?
e. Bagaimana pembagian tugas dan kewenangan antara Dishutbun Propinsi dan
Kabupaten? f.
Adakah target tahunan dalam pengembangan HTR yang ditetapkan oleh pemerintah daerah ? Mengapa?
g. Bagaimana perkembangan pelaksanaan kegiatan HTR saat ini ? berapa persen dari target yang telah ditetapkan
- Adakah pembentukan areal contoh ? - Jumlah keikutsertaan ?
- Ijin yang sudah diajukan ? - Pengajuan dana pembangunan HTR ?
- Pelaksanaan di lapangan ?
h. Pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam kegiatan HTR ? Bagaimana peran masing-masing ?
i. Bagaimana koordinasi dengan pihak pemerintah pusat Departemen
Kehutanan selama ini? Usul untuk penyempurnaan ? j.
Adakah kendala dalam pelaksanaan program HTR selama ini ? Bentuk dan jenis serta cara mengatasinya. Apa yang menjadi faktor penentu dalam
pemecahan masalah tersebut
k. Apa saja bentuk dukungan pemerintah yang telah diberikan selama ini? - Kebijakan yang telah dikeluarkan
128 - Kemudahan pengurusan ijin
- Pembangunan infrastruktur pendukung - Jaminan pasar kayu rakyat
- Permodalan
l. Bagaimana kegiatan pembinaan dan sosialisasi yang dilakukan selama ini?
Pihak yang melaksanakan, perkembangan dan kendala m. Bagaimana dengan pembentukan kelompok kerja sebagai pendamping ?
Anggotanya siapa saja dan mengapa ? n. Adakah pemerintah daerah menyediakan dana bantuan bagi program HTR
atau sepenuhnya bergantung pada pemerintah pusat? Bagaimana pengurusannya?
o. Bagaimana rencana pengembangan program HTR berikutnya ? - Mengapa bentuk pengembangan tersebut yang dipilih ?
- Pengembangan wilayah ? - Penambahan ijin ?
- Kendala dalam pengembangan ?
p. Dan sebagainya pengembangan dari jawaban responden dan interaksi spontan yang relevan dengan konteks
2. Dengan FLEGTLSM, pendampingpenyuluh Materi wawancara berhubungan dengan keberadaan FLEGT dan keterlibatannya
dalam program HTR, antara lain meliputi: a. Sejarah pendirian FLEGT dan struktur organisasi
b. Alasan memilih Kabupaten Sarolangun dan posisi HTR dalam tujuan dan
kepentingan FLEGT c. Mengapa FLEGT tertarik dan bisa terlibat dalam program HTR ?
d. Bagaimana keterlibatan FLEGT dalam Program HTR ? e. Bagaimana hak dan kewenangan FLEGT dalam program HTR ?
- Dalam perencanaan - Dalam pelaksanaan
- Dalam evaluasi program - Dalam pengembangan program
f. Bagaimana kesiapan masyarakat dalam program HTR ? apakah akan
berhasil? Apa saja yang harus dipersiapkan ? g. Pola HTR yang digunakan adalah pola Mandiri, mengapa ?
h. Adakah kendala dalam kegiatan perencanaan HTR? Misalnya dalam pengurusan ijin HTR? Bagaimana cara mengatasinya? Bentuk kendala
lainnya i.
Bagaimana pola pendampingan yang dilakukan selama ini ? Kendala apa saja yang dihadapi dalam pendampingan bagaimana cara mengatasinya ?
j. Darimana informasi dan materi pendampingan diperoleh?
k. Pemilihan jenis tanaman yang akan dikembangkan? Mengapa? Apa dasarnya?
l. Teknik silvikultur seperti apa yang akan dikembangkan? Mengapa ?
m. Bagaimana hak dan kewenangan masyarakat dalam program HTR? n. Dalam pola mandiri bagaimana pembagian lahan dan keuntungan bagi
masyarakat? Mengapa?
129
o. Bagaimana reaksi masyarakat pada umumnya terhadap program HTR selama ini? Mengapa ?
p. Bagaimana dukungan dari pemda dan tokoh masyarakat dalam program HTR? Bagaimana hasilnya?
q. Bagaimana koordinasi dengan pihak-pihak lain dalam program HTR? r.
Bagaimana proses pengajuan dana ke pemrintah pusat dan bagaimana perjanjian pengembaliannya?
s. Adakah pihak-pihak lain yang berminat untuk membantu pendanaan program HTR selain pemerintah pusat?
t. Bagaimana rencana pengembangan HTR selanjutnya? Mengapa? Apa
persiapannya? u. Dan sebagainya pengembangan dari jawaban responden dan interaksi
spontan yang relevan dengan konteks
3. Dengan Pemegang Ijin Materi wawancara berhubungan dengan keberadaan koperasi dan keterlibatannya
dalam program HTR, antara lain meliputi: a. Apakah yang menjadi alasan ikut serta dalam HTR?
b. Manfaat apa yang diharapkan? c. Ijin dimiliki oleh perorangan atau kelompok?
d. Kalau kelompok, bagaimana pembagian keuntungan antar anggota dalam
program HTR ini? e. Bagaimana perkembangan proses pengajuan ijin dan pengajuan dana yang
telah dilakukan? Adakah kendala yang dihadapi? Bagaimana cara mengatasinya hingga saat ini?
f. Selama ini informasi tentang HT didapat darimana?
g. Kemampuan modal dana, tenaga kerja berasal darimana? Adakah investor yang turut menanam modal?
h. Ijin HTR yang dimiliki meliputi wilayah mana saja ? i.
Pihak mana saja yang telah memberikan dukungan dalam pelaksanaan program HTR? Bentuk dukungan yang diberikan seperti apa?
j. Dukungan apa yang diharapkan dapat diberikan oleh pemerintah pusat
maupun daerah? k. Jenis tanaman apa yang akan dikembangkan dalam program HTR? Mengapa?
l. Teknik silvikultur apa yang akan dikembangkan? Mengapa?
m. Adakah rencana pengembangan program HTR berikutnya? n. Dan sebagainya pengembangan dari jawaban responden dan interaksi
spontan yang relevan dengan konteks
4. Dengan Kelompok Tani Hutan Materi wawancara berhubungan dengan keberadaan kelompok tani dan
keterlibatannya dalam program HTR, antara lain meliputi: a. Bagaimana struktur kepengurusan kelompok tani ?
b. Bagaimana dasar dan tujuan pembentukan kelompok tani ? c. Bagaimana pola kerja dan pembinaan terhadap anggota kelompok yang
dilakukan selama ini? d. Bagaimana aktifitas kelompok tani dalam program HTR?
130 e. Bagaimana kegiatan sosialisasi dan pembinaan tentang HTR yang telah
diberikan selama ini? f.
Bagaimana respon angggota terhadap program HTR? Mengapa? g. Apa kendala yang dihadapi dalam pembinaan terhadap anggota? Bagaimana
cara mengatasinya? h. Dan sebagainya pengembangan dari jawaban responden dan interaksi
spontan yang relevan dengan konteks
5. Dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat Materi wawancara berhubungan dengan keterlibatan perangkat desa dan tokoh
masyarakat dalam program HTR, antara lain meliputi: a. Bagaimana pemahaman mereka terhadap program HTR?
b. Bagaimana evaluasi terhadap kegiatan HTR yang telah dilaksanakan saat ini?
Mengapa? c. Bagaimana pendapat mereka tentang respon masyarakat terhadap program
HTR? Mengapa? d. Bagaimana koordinasi pihak-pihak yang terlibat dalam program HTR?
Mengapa? e. Bagaimana keterpaduan dengan program kehutanan lainnya? Mengapa?
f. Bagaimana upaya mereka untuk ikut serta mendukung program HTR?
Bagaimana hasilnya? Kendala yang dihadapi? Bagaimana cara mengatasinya? g. Bagaimana pendapat mereka tentang peran program HTR terhadap
kesejahteraan masyarakat? Terhadap pembangunan desa? h. Dan sebagainya pengembangan dari jawaban responden dan interaksi
spontan yang relevan dengan konteks
6. Dengan investorPT. Samhutani a.
Alasan tertarik menanam modal di kegiatan HTR ? b. Asal dari mana? Kepentingannya apa ?
c. Manfaat yang diharapkan ?
d. Bagaimana bentuk kerjasama dan pembagian keuntungan ? kerjasama dengan berapa pemegang ijin ? pemilihan mitra ?
e. Bagaimana keterlibatan dalam kegiatan kehutanan sebelumnya?
f. Modal yang diperoleh berasal darimana?
g. Kendala yang dihadapi? Bagaimana mengatasinya? h. Dan sebagainya pengembangan dari jawaban responden dan interaksi
spontan yang relevan dengan konteks
131
Lampiran 3 Tabel definisi operasional, parameter pengukuran dan kategori pengukuran dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian
Variabel Definisi Operasional
Parameter Pengukuran
Kategori Penilaian
Karakteristik Sosial Ekonomi X1 Umur
X1.1 Usia responden dihitung sejak lahir
hingga saat penelitian dilaksanakan yang dinyatakan dalam tahun. Kelebihan
umur 5 bulan atau lebih dilakukan pembulatan ke atas
1. 40 tahun 2. 40 - 60 tahun
3. 60 tahun 1. Rendah
2. Sedang 3. Tinggi
Tingkat pendidikan
formal X1.2
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh dicapai responden yang
dinyatakan dalam strata atau jumlah tahun pendidikan yang pernah diikuti
oleh responden 1. 6 tahun
2. 9 tahun 3. 9 tahun
1. Rendah 2. Sedang
3. Tinggi
Tingkat pendidikan
non formal X1.3
Frekuensi pendidikan non formal berupa pelatihan atau kursus yang pernah diikuti
responden hingga saat penelitian dilaksanakan
1. Tidak pernah 2. 1 – 3 kali
3. 3 kali 1. Rendah
2. Sedang 3. Tinggi
Kepemilikan lahan HTR
X1.4 Status keberadaan lahan di areal
pencadangan HTR 1. Tidak
2. Mungkin 3. Ya
1. Rendah 2. Sedang
3. Tinggi Luas lahan
X1.5 keseluruhan luas lahan yang dimiliki dan
atau digarap oleh responden termasuk di areal HTR per satuan hektar
1. 13 ha 2. 13 – 26 ha
3. 26 ha 1. Rendah
2. Sedang 3. Tinggi
Jarak ke lokasi X1.6
Jarak datar yang diukur dari rumah responden ke lokasi kegiatan HTR yang
dinyatakan dalam satuan km 1. 6 km
2. 3 - 6 km 3. 3 km
1. Rendah 2. Sedang
3. Tinggi Pendapatan
X1.7 Penghasilan rata-rata responden yang
diperoleh dari berbagai sumber baik yang berupa pekerjaan tetap maupun
sampingan, dalam satu tahun per jumlah anggota keluarga, yang kemudian
diperhitungkan berdasarkan nilai tukar uang Rpkapitatahun
1. 13 juta 2. 13 – 25 juta
3. 25 juta 1. Rendah
2. Sedang 3. Tinggi
Jumlah tanggungan
keluarga X1.8
Jumlah anggota keluarga yang menetap dan menjadi tanggungan kepala keluarga
dalam rumah, dinyatakan dalam satuan orang
1. 3 orang 2. 3 – 6 orang
3. 6 orang 4. Rendah
5. Sedang 6. Tinggi
Pengalaman bertani kayu
X1.9 Pengalaman responden melakukan
kegiatan pertanian tanaman kehutanan yang dihitung mulai awal hingga saat
penelitian dilaksanakan, dinyatakan dalam satuan tahun.
0 : tidak 1 : ya
Dummy variabel
Kekosmopo- litanan
X1.10 Sifat keterbukaan responden terhadap
hal-hal baru dan berusaha mencari informasi tentang program HTR.
Indikatornya adalah frekuensi kunjungan ke tempat lain di dalam maupun luar desa
dan frekuensi mengikuti pertemuankontak dengan sumber
informasi, dinyatakan dalam kali per bulan
1. 6 kali 2. 6 – 11 kali
3. 11 kali 2. Rendah
3. Sedang 4. Tinggi
132 Lampiran 3 Tabel definisi operasional, parameter pengukuran dan kategori
pengukuran dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian lanjutan
Variabel Definisi Operasional
Parameter Pengukuran
Kategori Penilaian
Persepsi Terhadap ketentuan pelaksanaan HTR X2
Manfaat HTR X2.1
Perspektif responden terhadap tujuan, keuntungan dan manfaat yang akan
diperoleh dengan mengikuti HTR 1. tidak setuju
2. tidak tahu 3. setuju
1. rendah 2. sedang
3. tinggi alokasi lahan
X2.2 Perspektif responden terhadap ketentuan
penetapan dan kondisi lahan yang dicadangkan untuk HTR di wilayah
mereka 1. tidak setuju
2. tidak tahu 3. setuju
1. rendah 2. sedang
3. tinggi
Pola mandiri perorangan
X2.3 Perspektif responden terhadap ketentuan
pola mandiri perorangan dibandingkan dengan koperasi
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Pola kemitraan
X2.4 Perspektif responden terhadap
kemungkinan kerjasama dengan mitra dalam mengelolan HTR
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Jenis tanaman
X2.5 Perspektif responden terhadap ketentuan
jenis tanaman yang boleh diusahakan dalam areal HTR
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Persyaratan peijinan
X2.6 Perspektif responden terhadap ketentuan
pembentukan kelompok dan kemudahan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
pengajuan ijin usaha pengelolaan HTR 1. tidak setuju
2. tidak tahu 3. setuju
1. rendah 2. sedang
3. tinggi
Proses peijinan
X2.7 Perspektif responden terhadap tata cara
permohonan ijin, waktu dan biaya yang dikeluarkan
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Jangka waktu dan
luasan pengusahaan
X2.8 Perspektif responden terhadap ketentuan
jangka waktu ijin pengelolaan HTR dan luasan yang diberikan
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Pewarisan ijin X2.9
Perspektif responden terhadap ketentuan bahwa ijin pengelolaan HTR tidak dapat
diwariskan 1. tidak setuju
2. tidak tahu 3. setuju
1. rendah 2. sedang
3. tinggi Hak dan
kewajiban X2.10
Perspektif responden terhadap kemudahan pemenuhan hak dan
kewajiban pemegang ijin HTR yaitu hak mendapatkan pinjaman, pendampingan
dan penyusunan RKU dan RKT 1. tidak setuju
2. tidak tahu 3. setuju
1. rendah 2. sedang
3. tinggi
Kelembaga- an X2.11
Perspektif responden tentang manfaat menjajaperanan kelompok tani hutan
KTH dalam tukar menukar informasi dan memudahkan proses perijinan
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Pasar X2.12
Perspektif responden terhadap potensi dan keberadaan pasar hasil tanaman HTR
terutama getah karet dan kayu hutan lainnya
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Sosialisasi X2.13
Perspektif responden tentang kegiatan sosialisasi atau penyebaran informasi
kepada masyarakat yang dilakukan oleh pemenrintah daerah, perangkat desa,
tokoh masyarakat atau LSM 1. tidak setuju
2. tidak tahu 3. setuju
1. rendah 2. sedang
3. tinggi
133
Lampiran 3 Tabel definisi operasional, parameter pengukuran dan kategori pengukuran dari setiap variabel yang digunakan dalam penelitian
lanjutan
Variabel Definisi Operasional
Parameter Pengukuran
Kategori Penilaian
Tenaga pendamping
X2.14 Perspektif responden tentang keberdaan
tenaga pendamping meliputi jumlah, pengetahuan dan cara pendampingan
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Dukungan X2.15
Perspektif responden terhadap dukungan yang telah diberikan dalam kegiatan HTR
oleh pemerintah desa, pemerintah daerah dan LSM
1. tidak setuju 2. tidak tahu
3. setuju 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Keputusan untuk ikut
serta dalam HTR Y1
Keikutsertaan responden secara aktif dalam kegiatan HTR yang hanya
memiliki 2 nilai yaitu ya atau tidak 0 : tidak ikut
1 : ikut serta dummy
variabel
Tahapan Partisipasi Y2 Partisipasi
masyarakat dalam
perencanaan Y2.1
Tingkat keikutsertaan responden dalam kegiatan perencanaan pengambilan
keputusan kegiatan HTR 1. tidak pernah
2. jarang 3. sering
dari frekuensi pertemuan
1. rendah 2. sedang
3. tinggi
Partisipasi masyarakat
dalam pelaksanaan
Y2.2 Tingkat keikutsertaan responden dalam
kegiatan pelaksanaan penyiapan lahan, penanaman dalam kegiatan HTR
1. tidak pernah 2. jarang
3. sering dari frekuensi
kegiatan 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Partisipasi masyarakat
dalam pemanfaatan
Y2.3 Tingkat keikutsertaan responden dalam
kegiatan pemanfaatan hasil tanaman dalam kegiatan HTR
1. tidak pernah 2. jarang
3. sering dari manfaat
yg diperoleh 1. rendah
2. sedang 3. tinggi
Partisipasi masyarakat
dalam pemeliharaan
evaluasi Y2.4
Tingkat keikutsertaan responden dalam kegiatan pemeliharaan tanaman HTR atau
evaluasi kegiatan 1. tidak pernah
2. jarang 3. sering
dari frekuensi pemeliharaan
1. rendah 2. sedang
3. tinggi
Lampiran 4 Skor penilaian variabel karakteristik sosial ekonomi menurut responden
No Nama
Desa 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
1 Husdi S
Seko besar 43
3 1
2 2.5
3 2,400,000
5 1
1 2
Sasmito Seko besar
42 3
1 2
2 3
4,500,000 4
1 3
Suwarto Seko besar
38 2
1 2
2.5 3
10,000,000 3
1 1
4 Sunarji
Seko besar 38
2 1
2 2.5
3 7,500,000
4 1
1 5
Sarman Seko besar
66 1
1 2
2.5 3
7,500,000 4
1 1
6 Ramidi
Seko besar 49
2 1
1 3
3 6,000,000
3 1
1 7
Marji Seko besar
60 2
1 1
3 3
7,500,000 5
1 1
8 Sutikno
Seko besar 35
3 1
2 3
3 6,000,000
2 1
9 Suwarno
Seko besar 38
2 1
2 1
3 2,250,000
4 1
10 Ruhadi
Seko besar 56
2 1
2 1
3 7,250,000
4 1
11 Saprudin Z
Seko besar 47
2 1
1 3
3 4,625,000
4 1
1 12
Sujari Seko besar
50 2
1 1
3 3
4,200,000 3
1 1
13 Solikhin
Seko besar 1
42 2
1 3
11 4
12,000,000 4
1 14
Suharno Seko besar
1 50
2 1
3 10
4 9,000,000
4 1
15 Rois
Seko besar 30
2 1
3 8
1.5 6,000,000
3 1
16 Zulkifli
Seko besar 45
2 1
1 5.5
1.5 4,000,000
6 1
17 Turwanto
Seko besar 37
2 2
3 4
1.5 9,000,000
4 1
1 18
Saidi maulana Seko besar
41 3
2 1
3 0.5
6,750,000 4
1 1
19 Anwar
Seko besar 1
55 2
1 3
5 0.6
2,666,667 9
1 20
Rohaniawan Seko besar
34 2
1 3
6 1.5
13,000,000 4
1 21
Bustari Seko besar
51 3
2 3
4.5 2
13,500,000 4
1 1
22 Tugimin
Seko besar 30
3 2
1 2
12,000,000 1
1 1
134
Lampiran 4 Skor penilaian variabel karakteristik sosial ekonomi menurut responden lanjutan
No Nama
Desa 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
23 Sutrisno
Seko besar 60
2 1
1 3
2 4,800,000
5 1
1 24
Muhtar Seko besar
45 2
1 2
2.5 2
2,400,000 4
1 25
Suwandi S Seko besar
32 2
2 1
2.5 0.5
3,150,000 4
1 26
Marwan Seko besar
40 1
1 1
2.5 2
11,500,000 2
1 1
27 Tamsir
Seko besar 58
2 1
1 3.5
2 4,800,000
5 1
1 28
Subki Lamban sigatal
1 45
2 1
3 17
7 17,333,333
9 1
29 Atiqul Rohman
Lamban sigatal 1
33 1
1 3
4 7
16,200,000 4
1 30
Asmawi Lamban sigatal
32 1
1 3
17 7
3,085,714 7
1 1
31 Sumarto
Lamban Sigatal 1
36 2
1 3
5 4
9,000,000 4
1 1
32 Dedi ariyanto
Lamban Sigatal 1
29 2
1 3
15 6
18,600,000 4
1 1
33 Eni hardi
Lamban Sigatal 1
26 1
2 3
6 6
18,000,000 4
1 1
34 Syafri Syafi
Lamban Sigatal 1
54 2
1 3
6.5 10
5,940,000 4
1 35
M. Alaysa Lamban Sigatal
1 36
2 1
3 18
8 6,000,000
6 1
1 36
Muklis Lamban Sigatal
1 30
3 1
3 15
4 12,000,000
3 1
37 Mustofa
Lamban Sigatal 1
52 2
1 3
6 7
7,416,000 5
1 38
Syarkowi Lamban Sigatal
1 41
3 2
3 10.17
4 5,800,000
5 1
39 Arzoni
Lamban Sigatal 1
37 2
1 3
10 7
36,000,000 3
1 1
40 Hernadi
Lamban Sigatal 1
48 1
2 3
40 6
33,000,000 4
1 1
41 Saripuddin
Lamban Sigatal 1
52 2
1 3
10.5 2.5
6,000,000 4
1 1
42 Amrullah
Lamban Sigatal 1
28 2
2 3
19 3
23,333,333 3
1 1
43 Hedi arifin
Lamban Sigatal 1
26 2
2 2
5.25 7
7,500,000 3
1 1
44 Syaifuddin zuhri
Lamban Sigatal 1
48 2
1 3
11 4
6,500,000 6
1 1
45 Fajri
Lamban Sigatal 1
36 2
1 3
25.06 6
17,142,857 7
1 1
135
Lampiran 4 Skor penilaian variabel karakteristik sosial ekonomi menurut responden lanjutan
No Nama
Desa 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
46 Ibnu hajar
Lamban Sigatal 1
74 1
1 3
3 2
12,000,000 2
1 1
47 Nuhdawi
Lamban Sigatal 50
1 1
3 10
1.5 14,400,000
5 1
48 Abdul kadir
Lamban Sigatal 1
47 2
2 3
4 7
2,000,000 6
1 1
49 Nazori
Lamban Sigatal 1
45 2
1 3
4 3
8,400,000 6
1 1
50 Ilyas
Lamban Sigatal 1
54 1
3 3
25 3
4,200,000 6
1 1
51 Syamsaimun
Lamban Sigatal 1
50 2
1 3
6 7
12,000,000 6
1 1
52 H. Lukman Hakim
Lamban Sigatal 1
41 3
3 3
12.5 3
15,120,000 5
1 2
53 Agus suyatno
Taman Bandung 1
43 2
2 3
8 3
10,800,000 4
1 2
54 Ahmad kosim
Taman Bandung 1
28 3
1 3
12.5 4
4,500,000 4
1 1
55 Nurhikmah
Taman Bandung 1
35 3
1 3
12.5 4
17,000,000 4
1 1
56 Asri
Taman Bandung 1
46 1
1 3
8 10,200,000
4 1
57 A. Rahman
Taman Bandung 1
60 2
2 3
30.5 3.5
31,500,000 4
1 3
58 Nurnaina
Taman Bandung 1
28 2
1 3
10 4
21,000,000 4
1 1
59 Bambang suriyadi
Taman Bandung 33
2 1
1 2
7 12,000,000
4 1
1 60
Safii Taman Bandung
43 2
1 1
6.5 1
3,000,000 4
1 1
61 Tukio
Taman Bandung 49
1 2
1 0.5
1 1,500,000
4 1
1 62
Saiful ikhlas Taman Bandung
48 2
1 3
8 1.5
2,400,000 6
1 63
Tukisan Taman Bandung
45 2
1 3
4.25 1
7,500,000 4
1 64
Suparmin Taman Bandung
1 43
2 1
3 4
1 9,000,000
4 1
65 Moh. Hasan
Taman Bandung 1
42 3
1 3
2 1
2,250,000 4
1 66
Nyadi Taman Bandung
59 2
1 1
0.25 3
3,000,000 6
1 67
Ahmad kosasih Taman Bandung
1 30
3 2
3 16.25
4 9,766,667
3 1
2 68
Sahrul Taman Bandung
1 50
2 1
3 17.5
7 6,800,000
8 1
2
136
Lampiran 4 Skor penilaian variabel karakteristik sosial ekonomi menurut responden lanjutan
No Nama
Desa 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
69 Sudibyo
Taman Bandung 1
44 3
1 3
6.5 1.5
9,800,000 6
2 70
Ekyanto Taman Bandung
42 2
1 1
1 1.5
900,000 4
1 71
Darmawi Taman Bandung
46 2
1 3
7.25 1
9,600,000 5
1 72
Sapari Taman Bandung
1 55
2 1
3 5.25
3 11,700,000
4 1
2 73
Suyatno Taman Bandung
1 30
2 1
3 8.3
2 6,000,000
4 1
1 74
Suhari Taman Bandung
1 54
2 1
3 9.25
2 4,500,000
4 1
1 75
Sari Taman Bandung
1 33
2 1
3 7.6
2 9,000,000
4 3
76 M. Baharun
Taman Bandung 50
2 1
1 7.75
7 4,320,000
5 1
77 Sugiyanto
Taman Bandung 1
36 2
1 3
7 2
3,000,000 4
3 78
Dedi Taman Bandung
23 1
1 1
3 7
9,000,000 3
1 79
Kusriyanto Taman Bandung
25 2
1 1
1 2
3,600,000 4
1 80
Karnoto Taman Bandung
1 43
3 2
3 1
75,018,000 4
1 3
81 Sapri
Taman Bandung 1
39 3
2 3
37 2
12,000,000 6
1 3
Keterangan: 1
: Skor keikutsertaan dalam HTR 1= ikut serta; 0= tidak ikut 2
: Umur tahun 3
: Skor pendidikan formal 4
: Skor pendidikan informal 5
: Skor kepemilikan lahan di areal HTR 6
: Luas lahan keseluruhan ha 7
: Jarak ke lahan HTR km 8
: Pendapatan per kapita Rptahun 9
: Jumlah anggota keluarga orang 10 : Skor pengalaman tani kayu
11 : Skor kosmopolitan
137
Lampiran 5 Skor penilaian variabel persepsi responden terhadap HTR
No Nama
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
1 Husdi S
6 6
9 9
5 9
7 7
3 3
3 6
6 7
7 93
2 Sasmito
6 6
9 3
9 9
3 7
3 3
6 9
5 7
6 91
3 Suwarto
5 6
9 9
5 9
7 7
3 3
6 6
6 7
5 93
4 Sunarji
5 6
9 9
5 9
7 7
3 3
3 6
6 8
5 91
5 Sarman
5 6
9 9
5 9
7 7
3 3
6 6
6 8
5 94
6 Ramidi
5 3
9 9
7 9
7 8
3 3
3 9
6 7
5 93
7 Marji
5 3
9 9
7 9
7 8
3 3
3 9
6 7
5 93
8 Sutikno
3 9
9 9
4 9
6 9
3 3
6 3
6 8
5 92
9 Suwarno
6 6
9 3
9 9
3 7
3 3
6 9
5 7
4 89
10 Ruhadi
6 6
9 3
9 9
3 7
3 3
6 9
5 7
3 88
11 Saprudin Z
5 3
9 9
7 6
7 8
5 3
3 9
6 7
5 92
12 Sujari
5 9
9 6
7 6
6 8
3 6
9 6
5 7
9 101
13 Solikhin
7 9
9 9
9 6
7 9
5 6
9 9
7 9
5 115
14 Suharno
7 9
9 9
9 9
9 9
3 9
9 9
7 9
7 123
15 Rois
6 9
3 9
7 9
5 9
5 6
9 9
6 7
7 106
16 Zulkifli
6 3
3 9
7 9
5 9
5 6
9 9
6 8
7 101
17 Turwanto
7 9
9 9
9 3
3 9
3 3
3 9
7 9
4 96
18 Saidi maulana
7 9
9 6
9 6
7 7
3 3
6 9
7 9
7 104
19 Anwar
5 9
9 3
5 9
7 9
3 3
9 3
7 8
5 94
20 Rohaniawan
7 9
9 9
7 6
5 9
3 6
9 6
7 8
7 107
21 Bustari
7 9
3 9
7 9
3 9
3 3
9 6
7 9
5 98
22 Tugimin
6 9
9 9
7 9
3 7
4 3
3 6
6 7
5 93
23 Sutrisno
6 9
9 9
6 6
3 7
4 3
3 6
6 7
5 89
24 Muhtar
6 6
9 6
6 6
6 8
3 6
6 9
6 7
3 93
138
Lampiran 5 Skor penilaian variabel persepsi responden terhadap HTR lanjutan
No Nama
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
25 Suwandi S
7 9
3 9
7 9
7 9
3 6
6 3
6 7
3 94
26 Marwan
6 6
9 9
7 9
6 8
3 9
3 9
7 7
5 103
27 Tamsir
7 6
9 9
7 6
5 8
3 6
9 6
6 7
5 99
28 Subki
4 9
9 9
9 9
7 9
3 9
9 9
7 7
9 118
29 Atiqul Rohman
7 9
9 9
9 3
5 9
3 3
9 9
5 8
7 104
30 Asmawi
5 9
9 9
9 3
3 9
3 3
9 9
5 9
6 100
31 Sumarto
7 9
9 3
9 9
7 9
3 9
9 9
5 8
9 114
32 Dedi ariyanto
6 3
9 9
7 9
7 9
5 3
9 9
5 7
9 106
33 Eni hardi
6 9
9 9
9 9
5 9
3 3
9 9
7 8
9 113
34 Syafri Syafi
7 9
9 3
9 3
5 9
3 9
9 9
7 9
9 109
35 M. Alaysa
7 9
9 3
7 9
5 9
3 9
9 9
7 9
9 113
36 Muklis
6 9
9 9
9 9
9 9
5 9
9 9
7 9
9 126
37 Mustofa
6 9
9 9
9 9
9 9
3 9
9 9
7 9
9 124
38 Syarkowi
7 9
9 9
9 9
7 9
3 6
9 9
7 9
9 120
39 Arzoni
5 9
9 6
9 9
9 9
3 6
6 9
6 9
9 113
40 Hernadi
7 9
9 9
9 3
5 9
3 3
9 9
7 7
9 107
41 Saripuddin
7 9
9 9
7 6
7 9
5 3
9 9
5 7
5 106
42 Amrullah
7 9
9 9
9 9
9 9
3 3
9 9
6 9
9 118
43 Hedi arifin
9 9
3 9
9 3
5 9
5 3
9 9
7 8
9 106
44 Syaifuddin zuhri
6 9
9 6
7 9
9 9
5 9
6 6
7 9
9 115
45 Fajri
6 9
9 3
7 6
7 9
3 3
9 6
5 9
9 100
46 Ibnu hajar
5 9
9 3
9 3
5 9
3 3
6 9
6 8
9 96
47 Nuhdawi
7 3
9 6
7 6
7 9
3 3
3 9
5 9
6 92
48 Abdul kadir
7 9
9 9
9 6
7 7
5 9
9 9
7 8
9 119
139
Lampiran 5 Skor penilaian variabel persepsi responden terhadap HTR lanjutan
No Nama
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
49 Nazori
7 9
9 9
7 6
5 9
3 6
9 9
7 9
9 113
50 Ilyas
9 3
9 9
9 6
5 9
3 3
9 9
6 7
9 105
51 Syamsaimun
7 9
9 3
9 9
5 7
3 3
9 3
7 8
9 100
52 H. Lukman Hakim
7 3
9 3
9 9
7 9
3 3
9 9
7 9
9 105
53 Agus suyatno
6 9
9 9
9 9
9 9
3 3
9 9
7 7
9 116
54 Ahmad kosim
7 9
9 9
7 6
5 9
3 9
9 9
9 9
9 118
55 Nurhikmah
7 9
9 9
7 9
5 9
5 9
9 9
6 9
9 120
56 Asri
7 9
9 3
8 9
5 9
3 3
9 9
5 7
7 102
57 A. Rahman
7 9
9 9
9 9
5 9
6 3
9 9
9 7
9 118
58 Nurnaina
7 9
9 9
8 9
5 9
4 3
9 9
9 9
9 117
59 Bambang suriyadi
7 8
9 9
8 6
9 9
4 9
9 9
7 7
9 119
60 Safii
7 5
9 3
9 9
9 9
3 9
9 9
7 9
9 115
61 Tukio
7 7
9 9
9 9
7 9
3 9
9 9
6 9
9 120
62 Saiful ikhlas
3 9
9 3
7 9
5 9
3 3
3 9
5 7
6 90
63 Tukisan
6 9
3 3
7 9
5 9
3 3
9 9
6 9
7 97
64 Suparmin
7 9
9 9
7 9
5 9
4 9
9 9
5 9
7 116
65 Moh. Hasan
7 9
9 9
9 9
7 9
3 3
9 3
8 8
9 111
66 Nyadi
7 9
9 3
9 9
5 9
3 3
9 9
6 8
7 105
67 Ahmad kosasih
7 9
9 9
7 9
7 9
3 9
9 9
8 9
9 122
68 Sahrul
6 7
9 3
9 9
5 9
3 3
9 3
8 9
7 99
69 Sudibyo
7 9
9 3
7 6
5 9
4 6
9 9
7 8
9 107
70 Ekyanto
6 7
9 3
7 9
9 9
3 6
9 6
6 9
9 107
71 Darmawi
5 9
9 9
7 9
2 9
5 6
9 9
5 8
9 110
72 Sapari
6 9
9 3
9 9
9 9
4 3
9 9
9 9
9 115
140
Lampiran 5 Skor penilaian variabel persepsi responden terhadap HTR lanjutan
No Nama
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
73 Suyatno
6 9
9 3
6 9
9 9
3 3
9 6
7 8
9 105
74 Suhari
7 7
9 3
9 9
5 9
3 9
9 9
7 9
9 113
75 Sari
6 9
9 3
9 9
9 9
3 3
9 9
8 8
9 112
76 M. Baharun
7 9
9 3
8 9
4 9
3 3
3 9
5 7
9 97
77 Sugiyanto
6 9
9 9
8 9
5 9
3 3
9 9
8 8
9 113
78 Dedi
6 7
9 3
5 9
7 9
3 3
9 6
5 7
6 94
79 Kusriyanto
5 9
9 9
7 9
5 9
3 9
9 6
6 8
9 112
80 Karnoto
5 9
9 9
7 9
9 9
3 9
9 3
9 9
9 117
81 Sapri
3 9
9 9
7 9
5 9
3 3
9 3
9 9
7 103
Keterangan: 1
: Skor persepsi responden terhadap manfaat HTR 2
: Skor persepsi responden terhadap alokasi lahan 3
: Skor persepsi responden terhadap pola mandiri perorangan 4
: Skor persepsi responden terhadap mitrainvestor 5
: Skor persepsi responden terhadap jenis tanaman 6
: Skor persepsi responden terhadap persyaratan perijinan 7
: Skor persepsi responden terhadap proses perijinan 8
: Skor persepsi responden terhadap jangka waktu dan luas 9
: Skor persepsi responden terhadap pewarisan 10
: Skor persepsi responden terhadap hak dan kewajiban 11
: Skor persepsi responden terhadap kelembagaan 12
: Skor persepsi responden terhadap pasar hasil HTR 13
: Skor persepsi responden terhadap kegiatan sosialisasi 14
: Skor persepsi responden terhadap tenaga pendamping 14
: Skor persepsi responden terhadap dukungan 16
: Total skor persepsi
141
142 Lampiran 6 Skor penilaian partisipasi responden pada setiap kegiatan HTR
No Nama
Skor Perencanaan
Skor Pelaksanaan
Skor Pemanfaatan
Skor Pemeliharaan dan Evaluasi
Skor Total Partisipasi
1 Husdi S
12 10
12 11
45 2
Sasmito 12
10 8
11 41
3 Suwarto
12 10
12 11
45 4
Sunarji 12
10 12
11 45
5 Sarman
12 10
12 11
45 6
Ramidi 12
10 8
11 41
7 Marji
12 10
8 11
41 8
Sutikno 12
10 8
11 41
9 Suwarno
12 10
8 11
41 10
Ruhadi 12
10 8
11 41
11 Saprudin Z
12 10
8 11
41 12
Sujari 12
10 8
11 41
13 Solikhin
12 18
8 15
53 14
Suharno 14
18 8
13 53
15 Rois
14 18
8 11
51 16
Zulkifli 12
10 8
11 41
17 Turwanto
14 10
8 11
43 18
Saidi maulana 14
10 8
11 43
19 Anwar
14 22
12 15
63 20
Rohaniawan 14
10 8
11 43
21 Bustari
12 10
8 11
41 22
Tugimin 12
10 8
11 41
23 Sutrisno
12 10
8 11
41 24
Muhtar 12
10 8
11 41
25 Suwandi S
12 10
8 11
41 26
Marwan 12
10 8
11 41
27 Tamsir
12 10
8 11
41 28
Subki 18
18 12
13 61
29 Atiqul
Rohman 14
20 12
15 61
30 Asmawi
12 12
12 11
47 31
Sumarto 12
10 8
11 41
32 Dedi ariyanto
12 18
12 19
61 33
Eni hardi 18
18 12
17 65
34 Syafri Syafi
18 10
12 13
53 35
M. Alaysa 20
24 12
15 71
36 Muklis
22 22
12 17
73 37
Mustofa 22
22 12
15 71
38 Syarkowi
28 10
8 11
57 39
Arzoni 20
10 12
11 53
40 Hernadi
14 12
12 19
57 41
Saripuddin 20
10 12
13 55
143
Lampiran 6 Skor penilaian partisipasi responden pada setiap kegiatan HTR lanjutan
No Nama
Skor Perencanaan
Skor Pelaksanaan
Skor Pemanfaatan
Skor Pemeliharaan dan Evaluasi
Skor Total Partisipasi
42 Amrullah
17 18
12 17
64 43
Hedi arifin 20
18 12
17 67
44 Syaifuddin zuhri
22 20
12 17
71 45
Fajri 12
18 12
15 57
46 Ibnu hajar
16 18
12 11
57 47
Nuhdawi 12
10 12
11 45
48 Abdul kadir
20 18
14 15
67 49
Nazori 22
18 12
11 63
50 Ilyas
18 16
14 17
65 51
Syamsaimun 22
12 12
10 56
52 H. Lukman Hakim
24 22
14 15
75 53
Agus suyatno 30
28 12
19 89
54 Ahmad kosim
30 26
8 19
83 55
Nurhikmah 20
20 10
11 61
56 Asri
20 17
12 15
64 57
A. Rahman 36
26 12
23 97
58 Nurnaina
18 20
8 19
65 59
Bambang suriyadi 20
10 8
11 49
60 Safii
20 10
8 11
49 61
Tukio 12
10 8
11 41
62 Saiful ikhlas
12 10
8 11
41 63
Tukisan 26
14 8
11 59
64 Suparmin
14 10
12 11
47 65
Moh. Hasan 36
16 8
15 75
66 Nyadi
12 8
8 11
39 67
Ahmad kosasih 36
22 8
19 85
68 Sahrul
30 10
12 11
63 69
Sudibyo 26
18 12
11 67
70 Ekyanto
12 8
8 11
39 71
Darmawi 12
8 8
11 39
72 Sapari
22 8
8 11
49 73
Suyatno 34
22 8
19 83
74 Suhari
30 12
8 11
61 75
Sari 34
20 8
15 77
76 M. Baharun
12 10
8 11
41 77
Sugiyanto 28
18 8
15 69
78 Dedi
12 10
8 11
41 79
Kusriyanto 12
10 8
11 41
80 Karnoto
32 18
8 21
79 81
Sapri 32
20 8
17 77
144
ABSTRACT
ENDANG PUJIASTUTI. Perception and Participation of Local People in Community Based Forest Plantation Program in Sarolangun Regency, Jambi.
Under supervision of DUDUNG DARUSMAN and LETI SUNDAWATI
The failure of supply timbers to keep pace with industrial demand and conflicts over land property rights in community level have increased the number
of forest and land degradation especially in production forest. In an effort to address this problem, the Indonesian Government introduced a new community-
based forest plantation program in 2007 called Hutan Tanaman Rakyat HTR, which allows local communities to have rights and incentives for developing
timber plantations on state forest lands. The objectives of this study are to understand local perceptions on HTR regulations, to identify their participation in
HTR program, to identify factors influencing their decisions to join the program, and to analyze the correlation between their social economic characteristics and
perceptions with their participations in HTR activities. Data and information was gathered from a survey of 81 households from Taman Bandung, Seko Besar and
Lamban Sigatal villages in Sarolangun Regency, Jambi. The results of this study showed that the perception level on HTR regulations of local community is in
middle level except for regulation about inheritance, rights and obligations which are still in the lower level. Due to relatively new program which started in 2009,
the participation level of local community in HTR is still low. This study also showed that ownership of land in HTR area, distance to the area, local perceptions
of land allocation, HTR schemes, time period and concession area, inheritance law, rights and obligations, local institution, and socialization activities have
significantly influencing people decision in joining HTR. Based on logistic regression models, the perception variables are better in explaining someone’s
opportunity to join HTR than social economic variables, but both variables have high correlation with participation level.
Keywords: perception, participation, community based forest plantation
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki potensi sumberdaya hutan yang tidak hanya memiliki keanekaragaman hayati tinggi namun juga memiliki peranan penting dalam
perlindungan dan jasa lingkungan, perekonomian negara serta kesejahteraan masyarakat terutama mereka yang hidup di sekitar hutan. Data statistik kehutanan
tahun 2007 menyebutkan bahwa luas kawasan hutan daratan Indonesia sebesar 133,69 juta ha dan jika ditambah dengan luas kawasan konservasi perairan
menjadi 137,09 juta ha Departemen Kehutanan 2008. Pengelolaan kawasan tersebut menurut UU Kehutanan No. 41 tahun 1999 dibagi menjadi tiga kategori
yaitu 1 hutan konservasi yang berfungsi untuk pengawetan keanekaragaman hayati, 2 hutan lindung yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan fungsi hidrologi dan jasa lingkungan, dan 3 hutan produksi yang berfungsi sebagai wilayah komersil baik untuk memproduksi hasil hutan maupun
untuk keperluan konversi. Terlepas dari banyaknya produk yang dapat dihasilkan oleh hutan, kayu
tetap menjadi primadona utama dari sebagian besar peruntukan kawasan hutan produksi. Namun demikian produksi kayu yang dihasilkan tetap tidak dapat
mengimbangi permintaan industri. Kapasitas industri kayu saat ini diperkirakan sebesar 60 juta m
3
per tahun, sementara produksi kayu yang dihasilkan baik dari hutan alam maupun hutan tanaman pada tahun 2003 – 2007 rata-rata hanya
sebesar 20 juta m
3
per tahun Departemen Kehutanan 2008. Untuk memenuhi defisit permintaan tersebut banyak terjadi penebangan dan
pemanenan berlebihan overcutting dan overharvesting di dalam kawasan hutan, akibatnya luas penutupan hutan semakin berkurang dan areal bekas tebangan
tersebut berkembang menjadi lahan kritis. Pada tahun 2003 hanya sekitar 64 dari kawasan hutan yang masih tertutup oleh hutan. Data statistik kehutanan
menyebutkan bahwa pada tahun 2007 luas lahan kritis di dalam kawasan hutan mencapai 59 juta ha Departemen Kehutanan 2008.
Permasalahan lain yang menyebabkan kerusakan hutan adalah konflik sosial yang terjadi sehubungan dengan pengakuan hak property right masyarakat
2 sekitar hutan terhadap pemanfaatan atau pengelolaan sumberdaya hutan
Colchester Fay 2007; Kartodihardjo 2007. Masyarakat sekitar hutan memiliki hak atau kesempatan yang sangat terbatas untuk ikut serta dalam pemanfaatan
atau pengelolaan hutan. Bahkan kegiatan pemanfaatan yang telah lama ada belum mendapatkan jaminan legalitas yang cukup. Jaminan pemerintah terhadap
pengakuan hak masyarakat sekitar hutan ini merupakan faktor esensial untuk mengatasi masalah kerusakan hutan. Sulit dibayangkan jika masyarakat yang
tidak dilibatkan dalam pengelolaan hutan diharuskan memiliki rasa peduli terhadap kerusakan hutan. Kartodihardjo 2007 bahkan berpendapat bahwa
kerusakan hutan tidak mungkin dapat dihentikan tanpa dibangunnya kondisi yang memungkinkan tumbuhnya kepedulian masyarakat terhadap hutan. Dengan kata
lain keterlibatan masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan merupakan suatu keharusan.
Sebagai salah usaha untuk mengurangi lahan kritis di dalam kawasan hutan serta untuk memenuhi kebutuhan industri kayu sekaligus meningkatkan
keterlibatan masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan negara, maka pada tahun 2007 pemerintah mencanangkan kebijakan Hutan Tanaman Rakyat HTR.
kebijakan ini dibuat untuk melengkapi skema-skema pengelolaan hutan berbasis masyarakat yang telah ada sebelumnya seperti Hutan Kemasyarakatan HKm,
Hutan rakyat HR, hutan desa serta beberapa bentuk kerjasama pengelolaan hutan antara perusahaan swasta dengan masyarakat. Pada skema HTR pemerintah
membuka akses yang lebih besar kepada masyarakat sekitar hutan untuk membangun dan memanfaatkan areal hutan produksi dibandingkan dengan skema
pengelolaan lainnya Schneck 2009; Noordwijk et al. 2007; Emila Suwito 2007.
Dasar hukum pelaksanaan HTR adalah Peraturan Pemerintah PP Nomor 6 Tahun 2007 Jo. PP Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan. Peraturan ini kemudian dijabarkan melalui Peraturan Menteri Kehutanan Permenhut Nomor
P.23Menhut-II2007 Jo. Permenhut Nomor P.5Menhut-II2008 tentang Tata Cara Permohonan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman. PP Nomor 6 Tahun 2007 menyebutkan
3
bahwa “Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.” Kelompok masyarakat
yang dimaksud selanjutnya dijabarkan dalam Permenhut Nomor 23Menhut- II2007 sebagai perorangan atau koperasi.
Ketentuan umum tesebut memberikan batasan yang tegas tentang HTR, sehingga khalayak bisa memahami perbedaan antara HTR dengan skema
pengelolaan lainnya misalnya HKm atau HR. HTR hanya dikembangkan pada areal kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak. Adapun HKm
memungkinkan dikembangkan di hutan konservasi kecuali Cagar Alam dan zona inti Taman Nasional, kawasan hutan produksi, dan hutan lindung, sedangkan HR
dibangun di luar kawasan hutan negara atau berada pada hutan hak Emila Suwito 2007.
Kawasan hutan produksi yang dicadangkan untuk HTR ditetapkan oleh pemerintah melalui Menteri Kehutanan. Selanjutnya masyarakat setempat dapat
mengajukan ijin pengelolaan HTR di lokasi yang telah dicadangkan tersebut kepada Bupati atau Walikota masing-masing. Ijin pengelolaan hutan pada HTR
adalah Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu IUPHHK-HTR yang diberikan kepada perorangan atau koperasi. Sebelumnya jangka waktu ijin
tersebut menurut PP Nomor 6 tahun 2007 diberikan selama 100 tahun dan tidak dapat diperpanjang. Namun melalui PP Nomor 3 tahun 2008 jangka waktu ijin
tersebut kini hanya diberikan selama 60 tahun dan dapat diperpanjang satu kali selama 35 tahun.
Kebijakan pembangunan HTR terkait dengan kebijakan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan pro-poor, menciptakan lapangan kerja baru pro-job
dan memperbaiki kualitas pertumbuhan melalui investasi yang proporsional antar pelaku ekonomi pro-growth Emila Suwito 2007; Noordwijk et al. 2007.
Selain itu kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan akses hukum, akses ke lembaga keuangan dan akses pasar yang lebih luas kepada masyarakat dalam
pemanfaatan hutan produksi dalam kerangka mensejahterakan masyarakat dan mewujudkan pengelolaan hutan lestari Emila Suwito 2007. Kepastian dan
4 jaminan akses tersebut merupakan syarat untuk keberhasilan program-program
pengelolaan hutan yang melibatkan masyarakat Nawir et al. 2007. Schneck 2009 menambahkan bahwa HTR juga merupakan salah satu cara untuk
memanfaatkan lahan kritis pada kawasan hutan produksi. Noordwijk et al. 2007 menyimpulkan bahwa HTR merupakan paradigma
baru dalam pengelolaan hutan produksi di Indonesia. Walaupun pada prakteknya masyarakat telah lama melakukan pemanfaatan pada kawasan hutan tersebut
meskipun tanpa jaminan pengakuan hak yang jelas Hakim Effendi 2008. Dengan adanya HTR berarti pemerintah memberikan jaminan legalitas dan
kesempatan yang lebih luas kepada pihak lain untuk ikut serta dalam kegiatan pengelolaan hutan Hakim Effendi 2008; Schneck 2009.
Untuk mendukung program tersebut, pemerintah menetapkan target pencadangan areal hutan produksi untuk HTR seluas 5,4 juta ha hingga tahun
2016 atau sekitar 600.000 hatahun. Berdasarkan data tersebut, kegiatan pembangunan HTR sepertinya akan menjadi pekerjaan besar Kementrian
Kehutanan hingga beberapa tahun ke depan. Dukungan dari berbagai pihak tentu saja sangat dibutuhkan untuk keberhasilan program tersebut.
Menurut data Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi BP2HP wilayah IV, hingga Mei 2011 Menteri Kehutanan telah mencadangkan areal
seluas 49.703 ha untuk HTR di propinsi Jambi yang berlokasi di 7 kabupaten. Dari jumlah tersebut, penetapan ijin HTR IUPHHK-HTR oleh BupatiWalikota
baru terdapat di 3 tiga kabupaten yaitu Kabupaten Sarolangun, Tebo dan Muaro Jambi dengan luas keseluruhan mencapai 3.843,64 ha. Kegiatan HTR di Jambi
pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Sarolangun pada tahun 2009, baru kemudian diikuti oleh 2 dua kabupaten lainnya mulai tahun 2010.
Pemerintah Kabupaten Sarolangun sendiri memandang program HTR sebagai salah satu peluang yang relevan dengan kebijakan daerah yaitu untuk
memperbaiki kondisi dan fungsi hutan yang rusak, peningkatan PAD dari sektor kehutanan, pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat
sekitar hutan, dan optimalisasi pemanfaatan lahan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK 386Menhut-II2008 tanggal 7 Nopember 2008,
telah dicadangkan areal hutan produksi terbatas seluas 18.840 ha untuk
5
pembangunan HTR di Kabupaten Sarolangun. Hal ini kemudian ditindaklanjuti melalui penerbitan IUPHHK-HTR perorangan oleh Bupati Sarolangun seluas
154,66 ha data BP2HP wilayah IV 2011 yang diberikan kepada 4 Kelompok Tani Hutan KTH di Desa Taman Bandung, Kecamatan Pauh.
Kesiapan fisik lahan, pasar, dll bukan merupakan satu-satunya faktor penentu keberhasilan program HTR, kesiapan aspek sosial kesempatan, kemauan
dan kemampuan masyarakat juga harus diperhatikan Ekawati et al. 2008 yang secara keseluruhan akan mempengaruhi ketertarikan masyarakat. Seberapa
baiknya suatu kegiatan disusun tetap tidak akan berhasil tanpa adanya ketertarikan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, terutama dalam
pengelolaan hutan berbasis masyarakat termasuk kegiatan HTR. Keputusan masyarakat untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam suatu
kegiatan salah satunya dipengaruhi oleh faktor subyektif seperti persepsi masyarakat itu sendiri terhadap kegiatan tersebut Pregernik 2002; Ngakan 2006.
Persepsi seseorang terhadap sesuatu akan mempengaruhi perilakunya behaviour salah satunya dalam wujud pengambilan keputusan Chartrand Bargh 1999.
Dengan demikian bagaimana perilaku masyarakat terhadap kegiatan HTR akan dapat diramalkan melalui pengukuran persepsi mereka. Untuk selanjutnya dapat
direncanakan langkah-langkah serta kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.
Dalam penelitian ini akan dilakukan survey mengenai bagaimana persepsi masyarakat di lokasi penelitian terhadap ketentuan-ketentuan pelaksanaan HTR
dan tingkat partisipasi mereka dalam kegiatan tersebut serta bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat dan persepsi mereka secara bersama-sama
mempengaruhi keputusan masyarakat untuk ikut serta dan berpartisipasi dalam kegiatan HTR.
1.2. Perumusan Masalah
Sejak dicanangkan pada tahun 2007, luas kawasan hutan produksi yang dicadangkan untuk HTR masih jauh dari target yang telah ditetapkan. Hingga
Februari 2011, data Direktorat Jenderal Bina Produksi Hutan menyebutkan bahwa baru 634.918 ha luas areal yang dicadangkan untuk HTR meliputi 99 kabupaten di
6 26 provinsi. Data pada tahun yang sama menyebutkan bahwa telah diterbitkan ijin
HTR sebanyak 24 ijin koperasi dan 1.433 ijin perorangan untuk 22 kabupaten di 14 provinsi dengan total luas 101.012,5 ha atau hanya sekitar 15,91 dari
keseluruhan areal yang telah dicadangkan untuk HTR. Padahal pengajuan penerbitan ijin tersebut dilakukan oleh bupatiwalikota masing-masing daerah. Di
kabupaten Sarolangun sendiri perkembangan penerbitan ijin HTR juga sangat lambat. Hingga Mei 2011 atau dalam kurun waktu 2,5 tahun sejak dikeluarkannya
SK pencadangan, baru 0,82 dari keseluruhan areal tersebut yang sudah diterbitkan ijinnya oleh Bupati.
Hal ini diduga karena banyak terjadi tumpang tindih kawasan pada areal yang telah dicadangkan tersebut dengan peruntukan lainnya di lapangan Schneck
2009; Noordwijk et al. 2007. Hasil penelitian Noordwijk et al. 2007 di daerah Sumatera Utara menerangkan bahwa hanya 29 dari areal yang dicadangkan
untuk HTR yang berupa kawasan hutan produksi. Kasus seperti ini banyak terjadi di Sumatera dan Kalimantan sehingga pemerintah daerah memerlukan waktu lebih
lama melakukan pemeriksaan silang di lapangan. Penetapan lokasi HTR ini juga kurang memperhatikan keberadaan masyarakat dan kondisi sosial ekonominya
sehingga dimungkinkan lokasi yang ditunjuk berada jauh dari pemukiman atau masyarakatnya tidak berminat membangun HTR.
Beberapa kajian tentang konsep HTR menyebutkan bahwa selain masalah tenurial, pengembangan HTR juga akan menemui tantangan lainnya sehingga
berkembang lambat. Schneck 2009 mengidentifikasi tantangan tersebut antara lain terbatasnya kemampuan masyarakat, kurangnya dukungan dari institusi
pemerintah dalam pengembangan dan pengelolaan HTR, pembagian hak dan tanggung jawab yang jelas antara pemegang hak terutama dalam pola kemitraan
dan pola developer, akses pasar yang buruk, serta ketidakpastian viabilitas usaha secara finansial yang disebabkan karena kondisi pasar yang kurang baik dan
besarnya dukungan dana. Menurut Nawir et al. 2007, masalah pembagian hak dan tanggung jawab serta akses pasar juga menjadi kunci keberhasilan program
HTR. Emila dan Suwito 2007 menyoroti tentang pentingnya membangun kesadaran masyarakat itu sendiri untuk mengikuti program HTR, sehingga
program HTR harus dibuat sesuai dengan kebutuhan mereka.
7
Jika penelitian-penelitian sebelumnya menganalisis konsep HTR dari sudut pandang formulasi kebijakan, maka penelitian ini dilakukan sebagai tindak lanjut
dari penelitian tersebut. Penelitian ini mencoba melihat bagaimana sebenarnya implementasi kebijakan HTR di lapangan dari sudut pandang masyarakat. Salah
satu indikasi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah dengan mengukur keikutsertaan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan HTR. Tingkat
partisipasi masyarakat sendiri dipengaruhi oleh persepsi atau pandangan mereka terhadap ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan kegiatan HTR tersebut. Posisi
penelitian dalam proses kebijakan publik menurut Dunn 2003 dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan: : wilayah studi
Gambar 1 Posisi penelitian dalam proses kebijakan publik. Penelitian tentang program pengelolaan hutan serupa yang melibatkan
masyarakat menyebutkan perlunya mengetahui pandangan masyarakat terhadap program yang akan dilaksanakan terutama jika program tersebut merupakan
program baru Mehta Kellert 1998. Penelitian Robertson dan Lawes 2005 menyimpulkan bahwa sikap dan pandangan masyarakat sangat mempengaruhi
keputusan mereka untuk ikut serta dalam beberapa skema pengelolaan hutan yang ditawarkan di Afrika Selatan. Dengan demikian untuk mengetahui kebijakan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka diperlukan pandangan atau kajian terhadap ketentuan-ketentuan pelaksanaan HTR dari perspektif masyarakat
sebagai pelaku utama. Hal ini penting agar implementasi kebijakan tersebut bukan hanya berlaku di atas kertas tapi dapat bersifat realistis di lapangan.
Penyusunan agenda Formulasi kebijakan
Adopsi kebijakan
Implementasi kebijakan
Evaluasi kebijakan Identifikasi masalah
kebijakan Partisipasi
masyarakat Persepsi masyarakat
8 Ketentuan yang berbelit-belit, tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
masyarakat di lapangan dapat membuat mereka tidak tertarik untuk mengikuti program HTR.
Dengan alasan di atas, maka beberapa pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pandanganpersepsi masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan pelaksanaan HTR di lokasi penelitian?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR?
3. Dari masyarakat yang telah memutuskan untuk ikut serta dalam kegiatan HTR, seberapa besar tingkat partisipasi mereka dalam setiap tahapan
kegiatan? 4. Seberapa besar hubungan karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan
persepsi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan HTR?
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang dan perumusan masalah yang terdahulu, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkaji persepsi masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan HTR di Kabupaten Sarolangun, Jambi.
2. Mengidentifikasi dan menganalis faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR.
3. Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan HTR di Kabupaten Sarolangun, Jambi.
4. Mengukur dan menganalisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi masyarakat dan persepsinya dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam
kegiatan HTR di Kabupaten Sarolangun, Jambi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Bahan evaluasi bagi pemerintah pusat dan daerah terhadap pelaksanaan
kebijakan HTR di Kabupaten Sarolangun dan evaluasi ketentuan pelaksanaan HTR secara umum.
9
2. Bahan masukan bagi para pengambil kebijakan, pelaksana, pengelola, pendamping dan semua pihak yang terlibat dalam program HTR guna
peningkatan keberhasilan dan pengembangan kegiatan HTR selanjutnya. 3. Bahan acuan bagi penelitian lanjutan tentang pengembangan HTR atau
program-program pengelolaan hutan berbasis masyarakat lainnya.
I.5. Ruang Lingkup Penelitian
Persepsi masyarakat terhadap kegiatan HTR dalam penelitian ini dibatasi pada persepsi mereka terhadap ketentuan-ketentuan pelaksanaan kegiatan HTR.
Ketentuan tersebut seperti yang telah diatur dalam PP Nomor 6 tahun 2007 Jo PP Nomor 3 tahun 2008 dan Permenhut Nomor 23Menhut-II2007 Jo. Permenhut
Nomor 5Menhut-II2008.