Validitas dan Reliabilias Perception and Participation of Local People in Community Based Forest Plantation Program in Sarolangun Regency, Jambi

44 Tabel 7 Formasi geologi kawasan pencadangan HTR Kabupaten Sarolangun No Formasi Blok I ha Blok II ha Jumlah ha Persentase 1 Air Banakat Tma 9.548 1.095 10.643 45 2 Kasai Qtk 315 6.506 6.821 29 3 Muaraenim Tmpm 1.062 3.665 4.727 20 4 Gunai Tmg 275 1.234 1.509 6 Dengan berpedoman pada hasil analisis peta Land Unit lembar Sarolangun tahun 1990 skala 1 : 250.000, Peta Tanah Eksplorasi Bagian Sumatera tahun 1964 skala 1 : 1.000.000, dan hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh Tim Pengusul Areal Pencadangan HTR Kabupaten Sarolangun, jenis tanah yang terdapat pada kawasan pencadangan HTR secara umum termasuk kategori jenis tanah Podsolik merah kuning dengan kondisi solum yang agak tebal lebih dari 1 meter dengan bahan induk tur intermerdier.

4.1.3 Hidrologi

Berdasarkan aliran sungai, kawasan pencadangan HTR masuk ke dalam Daerah Aliras Sungai DAS Batanghari dengan 3 sub DAS yaitu sub DAS Telisa, sub DAS Belato, dan sub DAS Pemusiran. Bentuk DAS umumnya menyebar dengan anak sungai serta alur-alur yang mengalir di dalam kawasan. Sungai- sungai utama yang mengalir di sekitar kawasan pencadangan HTR adalah sungai Telisa, sungai Belato, sungai Pemusiran, sungai Sekamis, dan sungai Meranti. Sungai-sungai ini merupakan anak sungai Tembesi.

4.1.4 Kondisi Hutan

Kawasan pencadangan HTR secara status seluruhnya berada di dalam kawasan Hutan Produksi yaitu merupakan Hutan Produksi Terbatas HPT seluas 23.700 hektar. Sebagian besar kawasan sudah tidak produktif karena merupakan areal perladangan masyarakat desa sekitar. Areal-areal bekas perladangan ini kebanyakan berbentuk belukar tua, semak belukar, dan areal terbuka. Pada umumnya lahan tersebut pernah mengalami kebakaran pada tahun 1997 dengan kondisi sebagian ditumbuhi oleh alang-alang Imperata cylindrica, turubuk Saccharum spontaneum, semak belukar yang diselingi pohon pulai Alstonia scholaris, A. angustifolia, medang labu Litsea sp., kalampayan 45 Anthocephalus chinensis, mahang Macaranga sp., sekubung Macaranga gigantea dan lain-lain. Sebagian masyarakat telah menanami lahan tersebut dengan pohon karet yang masih muda umurnya.

4.1.5 Pemanfaatan Kawasan

Sebagian masyarakat desa sekitar kawasan hutan sudah memanfaatkan hutan untuk aktivitas perladangan dan perkebunan. Beberapa komoditi yang diusahakan dalam memanfaatkan kawasan hutan antara lain padi, karet, kelapa sawit. Di samping itu warga juga memanfaatkan hasil hutan lainnya berupa kayu, rotan, dan jernang. Jernang Daemonorops sp. merupakan rotan penghasil getah. Selain produk berupa batang, buah jernang dari lebih kurang 10 jenis genus Daemonorops dalam bentuk getah telah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan. Saat ini jernang mendapat perhatian dari dunia kedokteran modern. Beberapa komponen kimia yang terkandung di dalam getah jernang, dapat digunakan sebagai bahan pewarna dalam industri marmer, porselin, pewarna kain dan berbagai jenis ornamen. Sejalan dengan perkembangan industri obat alami herbal yang diminati oleh dunia pengobatan, jernang antara lain dapat dijadikan sebagai bahan obat pendarahan blooding, operasi dalam, liver, hepatitis, dan lain-lain. Beberapa desa di sekitar areal HTR terutama Desa Lamban Sigatal sudah mulai mengembangkan budidaya jernang sebagai sumber pendapatan baru bagi rumah tangga dengan memanfaatkan suplai benih dari kawasan hutan.

4.2. Kondisi Sosial dan Ekonomi Desa-Desa Sekitar Kawasan HTR

Desa-desa yang terletak di sekitar kawasan areal pencadangan HTR berjumlah sekitar 11 desa, antara lain : a. Kecamatan Sarolangun terdiri dari 1 desa yaitu Desa Ladang Panjang. b. Kecamatan Pauh terdiri dari 7 desa yaitu Desa Lubuk Napal, Desa Sepintun, Desa Lamban Sigatal, Desa Karang Mendapo, Desa Seko Besar, Desa Taman Bandung, dan Desa Pengidaran. c. Kecamatan Mandiangin terdiri dari 3 desa yaitu Desa Pemusiran, Desa Mandiangin Pasar, dan Desa Rangkiling Simpang.