Instrumen Penelitian Jenis dan Sumber Data

41 dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan HTR Y2 digunakan teknik analisis korelasi Spearman Rank dengan rumus sebagai berikut Walpole 1992; Sugiyono 2007: - - ……………………………………….. 9 Keterangan: r s = koefisien korelasi Spearman d i = selisih peringkat peubah X dan Y n = banyaknya sampel Nilai berkisar antara -1 hingga 1. Nilai akan bernilai positif jika peringkat peubah X makin besar dan peringkat peubah Y juga makin besar, sebaliknya akan bernilai negatif jika peringkat peubah X makin besar sedangkan peringkat peubah Y makin kecil. Hipotesis yang diajukan adalah : Ho : X dan Y saling bebas H1 : X dan Y berhubungan langsung atau kebalikan. Kaidah keputusannya : 1. Jika tabel Spearman untuk α2n atau - tabel Spearman untuk α2n maka tolak Ho 2. Jika tabel Spearman untuk α1n atau - tabel Spearman untuk α1n maka tolak Ho. 42 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Biofisik Kawasan HTR

Kawasan pencadangan HTR yang ditetapkan Menteri Kehutanan di Kabupaten Sarolangun memiliki luas ± 18.840 hektar yang secara administratif terletak di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sarolangun, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Mandiangin. Areal ini berada di kawasan hutan produksi yang tidak dibebani hak. Luas areal yang diperuntukkan untuk HTR ini sebesar 10,70 dari keseluruhan areal hutan produksi yang ada di Kabupaten Sarolangun.

4.1.1 Topografi

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia RBI Skala 1 : 50.000 lembar Pauh, kawasan pencadangan HTR ini seluruhnya merupakan lahan kering dengan topografi datar – landai dengan ketinggian antara 25 – 150 m dari permukaan laut. Sebesar 75 areal HTR ini memiliki kemiringan 0-8 dan sisanya memiliki kemiringan 8-15 Tabel 6. Tabel 6 Kondisi kelerengan kawasan pencadangan HTR Kabupaten Sarolangun No Kelas Lereng Fisiografi Blok I ha Blok II ha Jumlah ha Persentase 1 A 0-8 Datar 8.985 8.845 17.830 75 2 B 8-15 Landai 2.215 3.655 5.870 25 3 C 15-25 - - - - - 4 D 40 - - - - -

4.1.2 Geologi

Berdasarkan peta geologi skala 1:250.000 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1995, formasi batuan dan geologi yang terdapat di kawasan pencadangan HTR terdiri atas formasi kasai Qtk, formasi Muaraenim Tnpm, formasi Air Banakat Tma, dan formasi Gunai Tmg. Formasi Kasai tersusun dari batu pasir dan liat. Formasi Muaraenim tersusun dari batu pasir dan batu liat. Formasi Air Banakat tersusun dari batuan tuff masam dan batu liat. Sebaran spasial formasi geologi kawasan pencadangan HTR di Kabupaten Sarolangun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.