59
pengurusan ijin dan pelaksanaan kegiatan selanjutnya maka responden banyak melakukan konsultasi dan mencari informasi keluar. Selain itu proses sosialisasi
HTR yang dilakukan di Desa Taman Bandung lebih sering dibandingkan di kedua desa lainnya.
Tabel 23 Distribusi responden berdasarkan sifat kekosmopolitan
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n n
n n
6 kali 27
100,00 24
96,00 19
65,52 70
86,42 6 - 12 kali
0,00 1
4,00 5
17,24 6
7,41 12 kali
0,00 0,00
5 17,24
5 6,17
Responden yang memiliki sifat kosmopolitan yang tinggi biasanya adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, aparat desa atau mereka yang memiliki tingkat
pendidikan dan akses terhadap sumberdaya dan informasi yang lebih baik dibanding masyarakat sekitarnya. Sebagian besar mereka juga berperan sebagai
ketua kelompok tani HTR. Peran kelompok masyarakat ini sangat penting karena aktifitas kelompok tani HTR masih dominan dipengaruhi oleh keaktifan ketua
kelompoknya.
5.2. Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan HTR
Dalam penelitian ini responden diminta memberikan penilaian terhadap 15 indikator dalam pelaksanaan HTR di lokasinya masing-masing. Tingkat persepsi
responden secara umum terhadap pelaksanaan kegiatan HTR secara keseluruhan berada dalam kategori sedang 50,62 dan tinggi 49,38 seperti terlihat pada
Tabel 24. Tidak ada responden yang memiliki persepsi yang rendah terhadap kegiatan HTR secara keseluruhan. Hal ini bukan berarti tidak ada kriteria dalam
pelaksanaan HTR yang dinilai rendah oleh responden, melainkan nilai rendah tersebut tidak secara signifikan berpengaruh terhadap nilai total seluruh indikator.
Tabel 24 Distribusi responden berdasarkan tingkat persepsi terhadap ketentuan dan kegiatan HTR secara keseluruhan
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n n
n n
Tinggi
4 14,81
17 68,00
20 68,97
40 49,38
Sedang
23 85,19
8 32,00
9 31,03
41 50,62
Rendah
0,00 0,00
0,00 0,00
60 Responden di Desa Taman Bandung dan Lamban Sigatal memiliki persepsi
terhadap kegiatan HTR secara keseluruhan yang lebih baik dibandingkan dengan responden di Desa Seko Besar Tabel 24. Di Desa Taman Bandung sebanyak
68,97 responden memiliki tingkat persepsi yang tinggi terhadap kegiatan HTR secara keseluruhan. Demikian pula di Desa Lamban Sigatal sebanyak 68
responden memiliki tingkat persepsi yang tinggi. Untuk Desa Seko Besar hanya 14,81 responden yang memiliki tingkat persepsi yang tinggi dan sebagian besar
memiliki tingkat persepsi sedang 85,19. Hal ini terjadi diduga karena pengaruh proses sosialisasi dan inisiasi HTR
yang berbeda. Di Desa Taman Bandung proses inisiasi HTR telah dilaksanakan sejak tahun 2007 dan saat ini ijin HTR telah dimiliki oleh 18 orang dari 4
kelompok tani. Di Desa Lamban Sigatal proses inisiasi HTR telah dilaksanakan mulai tahun 2010 dan saat ini sedang dalam tahap pengajuan perijinan, sedangkan
di Desa Seko Besar proses inisiasi baru dimulai pada tahun 2011. Faktor lain yang diduga turut berpengaruh terhadap persepsi responden di Desa Seko Besar
yang lebih rendah dibanding dua desa lainnya adalah 1 kurangnya dukungan yang diberikan oleh aparat desa tersebut, 2 tidak ada pihak yang membantu
proses fasilitasi serta 3 status lahan yang masih berkonflik dengan penggunaan lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan para responden yang memiliki lahan
di areal HTR mereka berharap areal tersebut dapat menjadi hak milik sebagai lahan usaha yang seharusnya menjadi hak mereka sebagai transmigran. Dengan
demikian jatah lahan mereka sama luasnya dengan masyarakat lain yang lahan usahanya tidak berada di dalam areal HTR.
Jika dilihat tanpa membedakan asal desa, maka dari seluruh indikator penilaian yang ada, responden memiliki tingkat persepsi yang tinggi terhadap
alokasi lahan HTR, pola ijin perorangan, keberadaan mitra, kemudahan persyaratan, jangka waktu pengusahaan dan luas yang diberikan, kelembagaan
kelompok tani, ketersediaan pasar, keberadaan tenaga pendamping dan dukungan yang diberikan dalam pelaksanaan HTR. Adapun responden memberikan
penilaian yang rendah kepada ketentuan tentang pewarisan dimana ijin pengelolaan HTR tidak dapat diwariskan dan tentang pemenuhan hak dan
kewajiban yang di dalamnya meliputi kemudahan peminjaman dana dan
61
kemudahan dalam penyusunan RKU dan RKT. Penjelasan untuk setiap indikator variabel persepsi diuraikan pada subbab-subbab berikut.
5.2.1 Persepsi Masyarakat terhadap Manfaat HTR Perkembangan kegiatan HTR di lokasi penelitian sebagian besar baru
memasuki tahap awal sehingga manfaat yang dimaksud dalam penelitian ini lebih ditujukan pada harapan atau ekpektasi masyarakat dengan mengikuti program
HTR. Namun demikian manfaat yang saat ini sudah dirasakan oleh masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah mengenai kepastian status lahan yang
mereka miliki. Sebagian besar dari mereka kebanyakan mengokupasi lahan hutan dan tidak memiliki legalitas di mata hukum untuk mengelola lahan tersebut.
Walaupun pada kenyataannya lahan tersebut telah diwariskan atau telah diperjual belikan, namun bukti legalitas tidak mereka miliki.
Secara umum mayoritas responden 92,59 di tiga desa memiliki tingkat persepsi terhadap manfaat HTR yang sedang Tabel 25. Dari tabel yang sama,
sebanyak 2,47 memiliki persepsi yang tinggi dan 4,94 responden memiliki tingkat persepsi rendah. Dari data tersebut tersirat bahwa ekspektasi masyarakat
terhadap manfaat yang akan mereka peroleh dengan mengikuti program HTR ini cukup baik karena HTR adalah salah satu cara bagi mereka untuk mendapatkan
akses pengelolaan hutan secara legal. Tabel 25 Persepsi responden terhadap manfaat HTR
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n n
n n
Tinggi
0,00 2
8,00 0,00
2 2,47
Sedang
26 96,30
22 88,00
27 93,10
75 92,59
Rendah
1 3,70
1 4,00
2 6,90
4 4,94
Selain legalitas, manfaat lain yang dirasakan masyarakat adalah bertambahnya pengetahuan mereka mengenai status penggunaan lahan di sekitar
tempat tinggal mereka serta batas-batas kepemilikan lahannya. Selama ini batas lahan terutama ladang dan kebun yang mereka miliki menggunakan batas yang
samar dan tidak jelas. Dengan mengikuti HTR batas ladang terutama yang letaknya saling berdekatan menjadi jelas. Manfaat ini justru sangat membantu
pemerintah dalam penataan kawasan terutama kawasan hutan yang selama ini