79
menyebabkan persepsi masyarakat terhadap kegiatan sosialisasi HTR di Desa Taman Bandung lebih besar dibandingkan dengan dua desa lainnya Tabel 37.
Tabel 37 Persepsi responden terhadap kegiatan sosialisasi HTR
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n n
n n
Tinggi
0,00 0,00
11 37,93
11 13,58
Sedang
27 100,00
25 100,00
18 62,07
70 86,42
Rendah
0,00 0,00
0,00 0,00
5.2.14 Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Tenaga Pendamping
Untuk menunjang kegiatan HTR maka dibutuhkan pendampingan. Pendampingan merupakan hak yang diperoleh setiap pemegang ijin HTR
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.23Menhut-II2007 Pasal 19. Pendampingan HTR dapat bersifat teknis dan bersifat penguatan kelembagaan.
Pendampingan yang bersifat teknis dilakukan oleh penyuluh kehutanan dan teknisi kehutanan lainnya sedangkan pendampingan yang bersifat penguatan
kelembagaan dilakukan oleh LSM, tenaga kerja sarjana terdidik, tenaga kerja sosial, tenaga kerja sarjana kehutanan dan pertanian, organisasi peduli lingkungan
kelompok pecinta alam, kader konservasi alam, penyuluh kehutanan lapangan dan organisasi lain yang dipandang perlu dilibatkan dalam pendampingan, dimana
yang bersangkutan telah berpengalaman atau telah mendapatkan pelatihan pemberdayaan masyarakat Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Bina
Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2007 jo No. P. .06VI-BPHT2008 tentang petunjuk Teknis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat.
Tenaga pendamping yang ditunjuk berdasarkan rekruitmen yang dilakukan oleh BP2HP terhadap beberapa calon yang dianggap potensial di setiap
kabupaten. Melalui proses seleksi tersebut terpilih tiga tenaga pendamping untuk kabupaten Sarolangun yang wilayah kerjanya meliputi luas 18.810 ha. Tentunya
jumlah ini sangat jauh dari cukup. Beberapa responden berpendapat bahwa jumlah tenaga pendamping sekitar 3-5 orang per desa, bahkan jika mencukupi 1
orang untuk satu kelompok tani. Selain jumlah tenaga yang kurang secara keseluruhan tingkat persepsi responden terhadap tenaga pendamping yang rata-
rata tinggi 65,43 karena penguasaan materi dan metode penyampaiannya
80 dirasa cukup baik oleh responden Tabel 38. Untuk Desa Taman Bandung dan
Lamban Sigatal tingkat persepsinya lebih tinggi karena intensitas sosialisasi HTR di 2 desa tersebut juga lebih besar sehinga mereka lebih mengenal tenaga
pendamping tersebut. Tabel 38 Persepsi responden terhadap tenaga pendamping
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n n
n n
Tinggi
11 40,74
20 80,00
22 75,86
53 65,43
Sedang
16 59,26
5 20,00
7 24,14
28 34,57
Rendah
0,00 0,00
0,00 0,00
Selain Desa Taman Bandung, pendampingan yang berjalan saat ini baru sebatas pada pendampingan teknis. Pendampingan yang bersifat penguatan
kelembagaan belum berjalan sama sekali. Padahal penguatan kelembagaan merupakan faktor penting dalam menyiapkan masyarakat untuk mengelola HTR
Hakim 2009. Penguatan kelembagaan juga berperan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR Emila Suwito
2007. Pengembangan kapasitas masyarakat juga sangat berperan dalam partisipasi mereka Iqbal 2007. Ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah
masih difokuskan pada teknis dan prosedur administrasi, belum pada membangun masyarakat yang mandiri dalam mengelola hutan.
Hasil wawancara dengan beberapa pihak berpendapat bahwa sebaiknya pendampingan tidak diserahkan kepada pemerintah daerah tetapi kepada LSM
yang fokus dalam kegiatan kehutanan. Pemerintah daerah hanya berperan dalam pengawasan, pemantauan dan pembimbingan. Selain itu perlu adanya dukungan
terhadap tenaga pendamping. Beberapa pihak bahkan mencetuskan ide untuk melibatkan pendamping langsung dalam pengelolaan lahan HTR, selain sebagai
bentuk penghargaan juga lahan yang dikelola pendamping dapat dijadikan sebagai contoh bagi masyarakat lainnya.
5.2.15 Persepsi Masyarakat terhadap Dukungan Pemerintah Daerah dan
LSM
Dari Tabel 39 diketahui bahwa tingkat persepsi responden terhadap dukungan yang diberikan pemerintah desa, daerah dan LSM secara keseluruhan
berada pada kategori tinggi 53,09. Hal ini diduga karena semua proses