20 1. Faktor obyek rangsangan seperti nilai, arti emosional, familiaritas dan
intensitas suatu obyek. 2. Faktor individu seperti tingkat kecerdasan, minat, emosional, dll
3. Faktor pengaruh kelompok, bahwa respon orang lain dalam suatu kelompok akan memberikan arah terhadap tingkah laku seseorang
4. Faktor latar belakang kultural seperti adat istiadat dan kebudayaan seseorang akan mempengaruhi tingkah lakunya.
Dalam penelitiannya mengenai persepsi masyarakat terhadap kegiatan reboisasi dan penghijauan, Sattar 1985 menyimpulkan bahwa karakteristik
individu yang mempengaruhi persepsi adalah pendidikan, sosial ekonomi, sosial budaya serta karakteristik penyuluhan yang dilakukan. Penelitian lain yang
dilakukan Yuwono 2006 menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap program hutan rakyat pola kemitraan di Kabupaten
Musi Rawas adalah umur, pendidikan, penyuluhan dan pemahaman program. Hasil penelitian Susiatik 1998 menyimpulkan bahwa selain umur dan
pendidikan, pengalaman berusaha tani dan kekosmopolitan individu juga memiliki hubungan yang erat dengan persepsi masyarakat terhadap program
Pembangunan Masyararakat Desa Hutan Terpadu di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah.
2.3 Pengambilan Keputusan oleh Individu
Usaha kehutanan merupakan suatu investasi jangka panjang mengingat petani belum akan menikmati hasilnya hingga bertahun-tahun mendatang. Waktu
yang panjang juga meningkatkan resiko bagi investasi itu sendiri. Hal ini dikombinasikan dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki oleh petani itu
sendiri. Shievely 1999 menunjukkan bahwa permasalahan dalam pemilihan jenis tanaman yang akan ditanam dapat dijadikan sebagai analog dari pemilihan
kombinasi investasi yang harus dilakukan oleh petani sehubungan dengan biaya yang harus dikeluarkan dan keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani.
Investasi yang dilakukan menyangkut pertimbangan seberapa besar dari usaha tani tersebut yang digunakan untuk kepentingan produksi dan seberapa besar yang
digunakan untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
21
Keputusan petani untuk berinvestasi sangat bergantung pada seberapa besar petani mau menerima resiko usaha. Predo 2003 menyebutkan beberapa
penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa petani dengan tingkat kesejahteraan rendah sangat menghindari resiko usaha dan lebih bersifat subsisten
Biswanger 1980; Walker Ryan 1990. Kesediaan petani untuk mengadopsi suatu program bergantung pada bagaimana dia mempertimbangkan manfaat dan
biaya yang dikeluarkan. Keputusan seseorang untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam suatu
kegiatan dipengaruhi oleh karakteristik individu tersebut dan karakteristik program yang ditawarkan serta sejauhmana persepsi individu tersebut terhadap
program yang ditawarkan Predo 2003; Neupane et al. 2002; Pregernig 2002. Hasil penelitian Predo 2003 menyebutkan bahwa keputusan petani untuk ikut
serta dalam program menanam pohon dipengaruhi secara nyata oleh umur, tingkat pendidikan kondisi ekonomi, kepemilikan lahan, status sosial, persepsi
petani terhadap kegiatan menanam dan keberanian petani mengambil resiko. Pregernig 2002 dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keputusan seseorang
untuk melakukan program rehabilitasi lahan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor obyektif tingkat kerusakan lahan tetapi juga faktor subyektif urgensi dari
program yang mencerminkan persepsi mereka terhadap program tersebut. Penelitian Neupanea et al. 2002 menyimpulkan faktor jenis kelamin, tingkat
pendidikan, keanggotaan dalam organisasi dan persepsi positif merupakan faktor yang berpengaruh nyata terhadap keputusan masyarakat untuk mengadopsi
program agroforestri di Nepal.
2.4 Partisipasi 2.4.1 Pengertian Partisipasi
Berdasarkan asal katanya, partisipasi berasal dari kata participate Inggris, participo, participatium Latin yang berarti ambil bagian Purnawan Widayati
2005. Partisipasi sering disinonimkan dengan peran serta atau keikutsertaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti partisipasi adalah hal turut berperan
serta dalam suatu kegiatan.
22 Bank Dunia 1996 seperti yang diacu oleh Sinha Suar 2005
mendefinisikan partisipasi sebagai suatu proses dinamis dalam pengelolaan hutan dimana para pelaku saling mempengaruhi dan berbagi kontrol terhadap ide-ide
pengembangan, pengambilan keputusan dan penggunaan sumberdaya yang mempengaruhinya. Dalam pengertian yang sempit, partisipasi di dalam suatu
kelompok sama dengan jumlah anggota yang ikut serta, namun dalam pengertian yang lebih luas dapat didefinisikan sebagai individu yang memiliki suara dan
pengaruh terhadap pengambilan keputusan. Dengan demikian maka partisipasi bukan hanya melibatkan unsur fisik saja tetapi lebih dari itu adalah keterlibatan
secara psikis. Agar dapat dikatakan berpartisipasi dalam suatu kegiatan diperlukan keterlibatan secara total atau keterlibatan secara aktif dan untuk itu
diperlukan kesadaran masyarakat terhadap kegiatan tersebut. Penelitian Sinha Suar 2006 membedakan partisipasi masyarakat
menjadi partisipasi langsung dan tidak langsung. Yang termasuk partisipasi langsung antara lain keterlibatan individu dalam kegiatan pertemuan, berperan
aktif dalam pertemuan, berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan, pengawasan dan evaluasi kegiatan. Sedangkan yang termasuk partisipasi tidak langsung antara
lain mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, memotivasi anggota keluarga dan orang lain, mendukung secara moral terhadap transparansi pelaksanaan kegiatan.
Raharjo 1983 dalam Yuwono 2006 berpendapat bahwa partisipasi adalah keikutsertaan suatu kelompok masyarakat dalam program-program pemerintah.
Dalam hal ini masyarakat bukan hanya menerima tetapi juga turut membantu dalam proses pelaksanaannya.
Munir 2004 menyatakan bahwa agar partisipasi masyarakat dapat berjalan dengan aktif maka partisipasi masyarakat harus dibangun di atas tiga pilar, yaitu
partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Partisipasi dimaksudkan untuk memberikan penyadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam pelestarian
sumber daya alam. Transparansi berarti adanya keterbukaan penyelenggara pemerintahan dalam memberikan penjelasan ataupun data-data yang dibutuhkan
masyarakat. Akuntabilitas diartikan sebagai kegiatan dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara
terbuka.