Partisipasi Masyarakat dalam Pemeliharaan dan Evaluasi HTR

96 peluang seseorang untuk ikut serta dalam HTR 106,665 kali lebih besar. Jika variabel kepemilikan lahan di areal HTR dikontrol, dengan bertambahnya jarak tempat tinggal seseorang ke lahan HTR sebesar 1 satuan maka peluang seseorang untuk ikut HTR 2,035 kali lebih besar. Dari model tersebut diketahui bahwa lahan memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam HTR. Kondisi hutan yang dicadangkan sebagai areal HTR di Kabupaten Sarolangun sudah habis diokupasi oleh masyarakat menjadi perladangan dan perkebunan. Untuk menghindari konflik dengan masyarakat maka pendekatan yang diambil oleh pemerintah daerah dalam kegiatan HTR adalah dengan mengakomodasi para pemilik lahan tersebut untuk ikut serta dalam HTR. Dengan demikian masyarakat yang tidak menguasai lahan di areal HTR tidak dapat ikut serta. Dari persamaan 10 juga dapat dilihat bahwa semakin jauh jarak tempat tinggal seseorang ke lahan HTR peluang orang tersebut untuk ikut serta lebih besar. Hasil ini bertentangan dengan logika umum yang menyatakan bahwa semakin dekat jarak tempat tinggal seseorang ke lahan usahanya, maka keinginannya untuk mengusahakan lahan tersebut lebih besar. Hal ini diduga karena jarak pada penelitian ini tidak berhubungan dengan keinginan seseorang mengelola lahannya namun lebih berhubungan dengan status lahan tersebut. Semakin jauh jarak lahan hutan dengan desa peluang konflik dengan areal penggunaan lain lebih kecil sehingga masyarakat yang memiliki lahan hutan yang lebih jauh memiliki peluang lebih besar untuk ikut serta dalam HTR. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa keputusan seseorang ikut serta dalam suatu program tidak berpengaruh oleh jarak namun oleh karakteristik individu dan sifat program yang ditawarkan Neupane et al. 2002; Pregernik 2002. Penelitian Predo 2003 menyebutkan bahwa kepemilikan lahan justru lebih berpengaruh terhadap keputusan seseorang ikut serta dalam kegiatan penanaman pohon dibanding jarak. Demikian pula pada penelitian ini, jarak masih berhubungan erat dengan status lahan yang dimilikinya. Begitu dominannya pengaruh lahan hingga menyebabkan variabel lain yang berhubungan dengan karakteristik individu seperti umur, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, pengalaman dan sifat kosmopolitan tidak memiliki 97 pengaruh nyata terhadap peluang seseorang untuk dapat ikut program HTR. Luas lahan yang dimiliki juga tidak berpengaruh nyata karena adanya batasan luas kepemilikan lahan di areal HTR yaitu sebesar 15 ha. Melihat kondisi di atas, status kepemilikan lahan di areal HTR sepertinya menjadi prasyarat yang tidak tertulis dalam menentukan dapat tidaknya seseorang ikut program HTR. Walaupun seseorang tersebut berminat dan tertarik ikut HTR, namun karena tidak menguasai lahan di areal HTR maka dengan ketentuan yang berlaku saat ini peluangnya untuk dapat mengelola HTR sebagai pemegang ijin perorangan sangat kecil. Kemungkinan yang berlaku baginya adalah ikut serta sebagai buruh tani di areal HTR. Dengan demikian tujuan HTR saat ini lebih condong kepada mengatasi konflik kepemilikan lahan di kawasan hutan terutama di kawasan hutan yang telah diokupasi oleh masyarakat dan bukan kepada meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

5.5.2 Pengaruh Persepsi Masyarakat terhadap Keputusan Mereka untuk Ikut Serta dalam Program HTR