55
Luas rata-rata kepemilikan lahan untuk setiap desa adalah 3,70 ha di Desa Seko Besar, 12,20 ha di Desa Lamban Sigatal dan 8,40 ha di Desa Taman
Bandung. Dibandingkan dengan luas penguasaan lahan di Jawa kondisi ini sangat jauh berbeda. Lahan yang dimiliki relatif lebih luas daripada di Jawa namun
intensitas pengelolaannya masih rendah. Desa-desa sekitar kawasan HTR adalah desa transmigrasi, sehingga sebagian besar masyarakatnya mendapat jatah lahan
dari pemerintah seluas minimal 1 ha sebagai lahan usahanya. Selebihnya lahan tersebut mereka peroleh dengan cara membeli atau membuka hutan. Pengelolaan
lahan dilakukan dengan cara berpindah dengan membuka hutan seluas 1-2 ha per tahun.
Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan luas lahan
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n Rata-
rata n
Rata- rata
n Rata-
rata n
Rata- rata
13 ha 27
100 16
64,00 25
86,21 68
83,95 13 - 26 ha
3,70 8
32,00 12,20
2 6,90
8,40 10
12,35 8,01
26 ha 1
4,00 2
6,90 3
3,70
5.1.4 Kepemilikan Lahan di Areal HTR
Secara keseluruhan, banyak responden yang memiliki lahan di areal pencadangan HTR 64, bahkan di Desa Lamban Sigatal sebanyak 96
responden mengaku memiliki lahan di areal HTR Tabel 17. Status kepemilikan ini secara legal sebagian besar masih belum jelas karena hasil verifikasi lahan oleh
Balai Pemantapan Kawasan Hutan BPKH Bangka Belitung belum diketahui. Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan kepemilikan lahan di areal
pencadangan HTR
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n n
n n
Tidak
11 40,74
0,00 8
27,59 19
23,46
Dalam proses verifikasi
9 33,33
1 4,00
0,00 10
12,35
Ya
7 25,93
24 96,00
21 72,41
52 64,20
Lahan hutan ini mereka okupasi dengan cara membuka hutan untuk perladangan untuk kemudian berpindah ke daerah lain, membeli atau merupakan
warisan dari orang tuanya yang dulu membuka hutan di daerah tersebut. Kepemilikan ini diakui dan dihormati di lapangan oleh masyarakat sekitar
56 walaupun dengan batas-batas yang sumir. Dari total lahan yang dimiliki,
responden rata-rata menguasai lahan di dalam kawasan pencadangan HTR seluas 4,99 ha Tabel 18. Rata-rata luas kepemilikan lahan di areal HTR yang terkecil
terdapat di Desa Seko Besar karena sebagian besar penduduknya telah memiliki lahan usaha yang berasal dari jatah pemerintah sehingga tidak menggantungkan
kebutuhan lahannya dengan membuka hutan. Rata-rata luas kepemilikan lahan di areal HTR terbesar berada di Desa Lamban Sigatal karena desa ini adalah desa
asli yang berdiri sejak jaman Belanda dan bukan desa transmigrasi sehingga untuk kebutuhan lahan usahanya penduduk sejak dulu biasa membuka lahan hutan.
Tabel 18 Distribusi responden berdasarkan luas lahan di areal pencadangan HTR
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n Rata-
rata n
Rata- rata
n Rata-
rata n
Rata- rata
5 ha 24
88,89 1,41
7 28,00
8,68 13
44,83 5,17
44 54,32
4,99 5 – 10 ha
3 11,11
12 48,00
15 51,72
24 29,63
10 – 15 ha 0,00
4 16,00
1 3,45
5 6,17
15 ha 0,00
2 8,00
1 3,45
2 2,47
5.1.5 Jarak ke Lahan HTR
Rata-rata jarak antara tempat tinggal responden dengan lahan milik mereka di areal pencadangan HTR dekat yaitu sejauh 3,40 km Tabel 19. Sebagian besar
responden 40,74 tinggal pada jarak 3 km dari areal pencadangan HTR. Desa yang paling dekat dengan areal HTR adalah Desa Seko Besar dan Desa Taman
Bandung. Biasanya jarak tersebut ditempuh dengan berjalan kaki atau berkendara motor. Walaupun jaraknya dekat, namun akses jalan masih sulit apalagi jika hari
hujan, jarak 3 km dapat ditempuh hingga 1,5 jam. Oleh karena itu sebagian besar masyarakat memilih untuk tinggal di dalam lahannya, karena selain untuk
menjaga tanamannya dari gangguan hama juga karena akses jalan yang sulit tersebut.
Tabel 19 Distribusi responden berdasarkan jarak tempat tinggal ke areal pencadangan HTR
Kriteria Desa
Total Seko Besar
Lamban Sigatal Taman Bandung
n Rata-
rata n
Rata- rata
n Rata-
rata n
Rata- rata
3 km 13
48,15 3
12,00 17
58,62 33
40,74 3 - 6 km
14 51,85
2,36 12
48,00 5,28
8 27,59
2,77 23
28,40 3,40
6 km 10
40,00 4
13,79 14
17,28