Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Tenaga Pendamping

87 berupa dana tidak cocok diberikan karena budaya etos kerja mereka rendah dan mereka cenderung hidup untuk hari ini sehingga dikhawatirkan bantuan dana akan disalahgunakan untuk keperluan lain. Namun hal ini masih bersifat hipotesis sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji kebenarannya. 5.3.3 Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan dalam Areal HTR Beberapa kegiatan pemanfaatan yang diperkirakan dapat dilakukan di dalam kawasan HTR antara pemanfaatan bagian tanaman mulai dari buah, getah, ranting hingga kayu yang semuanya terdiri dari 8 kegiatan. Sebagian besar masyarakat belum melakukan kegiatan pemanfaatan dan pemungutan hasil karena lahan HTR masih dalam tahap penanaman dan belum menghasilkan. Inilah yang menyebabkan tingkat partisipasi responden dalam tahap kegiatan ini paling rendah jika dibandingkan dengan tahap kegiatan lainnya. Sebanyak 96,30 responden memiliki tingkat partisipasi dalam kegiatan pemanfaatan yang rendah Tabel 43. Tabel 43 Partisipasi responden dalam kegiatan pemanfaatan dalam areal HTR Kriteria Desa Total Seko Besar Lamban Sigatal Taman Bandung n n n n Tinggi 0,00 0,00 0,00 0,00 Sedang 0,00 3 12,00 0,00 3 3,70 Rendah 27 100,00 22 88,00 29 100,00 78 96,30 Tingkat partisipasi yang sedang dimiliki oleh responden yang lahannya sebelumnya telah ada tanamannya sehingga telah menghasilkan. Jenis pemanfaatan hanya difokuskan pada pemungutan getah karet. Jenis pemanfaatan lainnya belum dilakukan oleh masyarakat karena sebagian besar tanaman pokoknya adalah karet dan tanaman hutan sebagai tanaman sela, sedangkan masyarakat tidak membudidayakan sistem tumpangsari. Kondisi ini terjadi di seluruh desa kecuali di Desa Lamban Sigatal, selain memanfaatkan karet masyarakat di sana juga membudidayakan jernang. Inilah yang menyebabkan tingkat partisipasi responden di desa ini lebih baik dibandingkan dengan dua desa lainnya. 88

5.3.4 Partisipasi Masyarakat dalam Pemeliharaan dan Evaluasi HTR

Kegiatan pemeliharaan dan evaluasi HTR yang mungkin dilakukan oleh responden berdasarkan hasil identifikasi di lapangan dan wawancara adalah sebagai berikut: a. Pemupukan b. Penyulaman menanam kembali tanaman yang mati, rusak atau tidak sehat c. Penyiangan atau pembersihan gulma dan tanaman pengganggu d. Pendangiran penggemburan tanah e. Pemangkasan cabang f. Penjarangan g. Pengamanan areal dari bahaya kebakaran h. Mengawasi areal dari pencurian kayu i. Mengawasi areal dari perambahan kawasan penyerobotan lahan oleh pihak lain j. Mengawasi areal dari hama k. Rapat evaluasi pertemuan rutin anggota, pertemuan rutin antar kelompok tani, pertemuan tahunan Kegiatan pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh responden terbatas pada kegiatan penyiangan dan pengamanan tanaman dari hama seperti babi dan monyet terutama pada tanaman yang masih muda. Pemupukan tidak pernah dilakukan, sedangkan penyulaman hanya dilakukan oleh beberapa responden. Untuk menghindari penyulaman sebagian mereka menyebar benih atau bibit dengan jarak tanam yang sangat rapat untuk mengantisipasi serangan hama sehingga hasil tanamannya tidak rapi. Ini juga yang menjadi kesulitan responden dalam dalam pembuatan perencanaan. Tingkat partisipasi responden dalam kegiatan pemeliharaan dan evaluasi ini rendah dan terjadi merata di seluruh desa Tabel 44. Tingkat partisipasi dalam kegiatan pemeliharaan dan evaluasi di Desa Taman Bandung juga masih tergolong rendah namun lebih baik dibandingkan dengan desa lainnya. Hal ini karena kelembagaan KTH di desa ini berjalan cukup baik sehingga mereka sering melakukan rapat evaluasi walaupun intensitasnya semakin menurun. Tabel 44 Partisipasi responden dalam kegiatan pemeliharaan dan evaluasi HTR Kriteria Desa Total Seko Besar Lamban Sigatal Taman Bandung n n n n Tinggi 0,00 0,00 0,00 0,00 Sedang 2 7,41 2 8,00 7 24,14 11 13,58 Rendah 25 92,59 23 92,00 22 75,86 70 86,42 89

5.4 Keputusan Masyarakat untuk Ikut Serta dalam Program HTR

Dari 81 orang responden secara keseluruhan yang memutuskan untuk ikut serta dalam kegiatan HTR sebanyak 54,32 Tabel 45. Ikut serta yang dimaksud dalam konteks ini adalah mereka yang sudah memiliki ijin pengelolaan HTR atau sedang dalam proses pengurusan ijin HTR. Tabel 45 Distribusi responden yang ikut serta dalam program HTR Keikutsertaan Desa Total Seko Besar Lamban Sigatal Taman Bandung n n n n ya 3 11,11 23 92,00 19 65,52 44 54,32 tidak 24 88,89 2 8,00 10 34,48 37 45,68 Dari tabel di atas terlihat bahwa di Desa Seko Besar responden yang memutuskan untuk ikut serta dalam kegiatan HTR hanya sebanyak 11,11. Hal ini terjadi karena di desa ini kegiatan HTR yang dilakukan baru pada tahap sosialisasi dan pengenalan. Di Desa Seko Besar lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan HTR juga statusnya masih tumpang tindih dengan lahan usaha LU2 masyarakat, walaupun setelah dilakukan verifikasi lapangan lahan tersebut masuk ke dalam kawasan hutan produksi. Hal ini mendapat tantangan dari masyarakat terutama yang belum mendapatkan jatah LU2 karena jika lahan tersebut masuk ke dalam kawasan hutan, maka mereka tidak akan mendapatkan sertifikat hak miliknya. Tantangan juga datang dari kepala desa sehingga proses administrasi pengajuan ijin HTR bagi yang ingin ikut serta terhambat. Untuk itu perlu adanya koordinasi dengan instansi lain terkait terutama dengan Kementrian tenaga kerja dan transmigrasi. Di Desa Lamban Sigatal, sosialisasi HTR telah dilaksanakan dan proses pengajuan ijin HTR sedang berjalan, hasilnya sebanyak 92 responden yang terpilih ikut serta dalam kegiatan tersebut. Identifikasi kepemilikan lahan di areal pencadangan HTR di Desa Lamban Sigatal sedang dilakukan. Upaya pengajuan ijin HTR dilakukan dengan pembentukan kelompok-kelompok tani. Sampai dengan tahun 2010 telah terbentuk 14 kelompok tani HTR. Pemetaan areal telah dilakukan pada 10 kelompok tani dengan anggota 57 kepala keluarga dan luas 529 ha. Jumlah ini cukup besar karena masih menunggu kepastian hasil pemetaan dan verifikasi lahan. 90 Di Desa Taman Bandung sebanyak 65,52 responden ikut serta dalam kegiatan HTR. Responden tersebut adalah mereka yang telah memiliki ijin HTR perorangan atau yang sedang dalam proses pengajuan ijin. Jumlah responden yang ikut serta di desa ini lebih kecil dibandingkan dengan Lamban Sigatal karena proses pemetaan dan verifikasi lahan telah selesai sehingga penataan kawasan telah jelas. Responden yang lahannya berada di luar kawasan HTR tidak dapat ikut serta dalam kegiatan HTR walaupun mereka tertarik untuk ikut serta. Dari responden yang mempunyai lahan di areal HTR juga mulai turun minatnya untuk ikut serta karena mereka yang sudah keluar ijin HTRnya sampai saat ini juga masih belum ada kegiatan atau masih belum bisa menanam karena kekurangan modal. Mereka masih ingin melihat terlebih dahulu apakah ada keuntungan yang mereka peroleh dari kegiatan tersebut. Alasan utama yang membuat responden ikut serta dalam kegiatan HTR adalah untuk mendapatkan legalitas lahan yang telah mereka kelola selama ini terutama yang berada di dalam kawasan hutan. Mereka takut bila sewaktu-waktu lahan tersebut diambil kembali oleh pemerintah. Alasan lainnya adalah untuk meningkatkan pendapatan. Dengan ikut HTR mereka berharap mendapatkan insentif modal, bibit atau pengetahuan untuk mengelola lahannya dengan lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara hingga saat ini belum ada perubahan terhadap peningkatan pendapatan setelah mereka ikut HTR karena belum ada peningatan produktifitas lahan sebelum dengan setelah ikut HTR. Alasan responden yang tidak ikut serta dalam kegiatan HTR antara lain karena mereka tidak memiliki lahan di areal HTR. Alasan lainnya adalah responden belum mengetahui dengan jelas tentang kegiatan HTR karena belum pernah mengikuti kegiatan sosialisasi dan ada juga responden yang menolak ikut HTR karena proses pengajuan ijin yang lama. Tingkat keikutsertaan responden yang tinggi 54,32 tidak diikuti dengan tingkat partisipasi yang tinggi. Sebanyak 81,48 responden memiliki tingkat partisipasi yang rendah dengan skor nilai rata-rata 55,16 dari skor maksimal 123. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini antara lain: 1 responden ikut serta karena pengaruh dari tokoh masyarakat, teman atau anggota keluarga tanpa adanya pengetahuan yang cukup mengenai program HTR, ini menyebabkan