Perumusan Masalah Perception and Participation of Local People in Community Based Forest Plantation Program in Sarolangun Regency, Jambi

13 areal yang dimohon untuk luasan di atas 15 lima belas hektar dengan skala 1 : 5000 atau 1 : 10.000. Bagi pemohon perorangan diutamakan membentuk kelompok untuk memudahkan proses permohonan ijin pasal 10. Ketentuan kelompok ini sangat penting terutama ketika pemegang ijin mengajukan pinjaman dana bergulir PDB untuk biaya pembangunan HTR pasal 17. Dimana pemegang ijin perorangan diharuskan membentuk kelompok minimal beranggotakan 5 pemegang ijin dengan luasan minimal masing-masing 8 ha Permenhut Nomor P.9Menhut- II2008 pasal 2. Tata cara permohonan IUPHHK-HTR seperti yang diatur dalam Pasal 11 dan 12 Permenhut No. P.23Menhut-II2007 Jo. Permenhut No. P.5Menhut-II2008 dapat dilihat pada Gambar 3. Ijin tersebut akan dihapus apabila dalam jangka waktu 180 hari sejak tanggal penetapan pemegang IUPHHK-HTR belum melakukan kegiatan administrasi dan kegiatan di lapangan. Gambar 2 Mekanisme proses pencadangan areal HTR. Menhut Kepala BAPLAN a.n. Menhut sampaikan peta indikatif Peta pencadangan areal HTR Dirjen BPK Sekjen Dephut Kepala BPKH Asisten tek peta Kadishut Prov. Kadishut Kab. pertimb. teknis BupatiWalikota Gubernur 1 2 3 5 1A 7A 6 7 4 4A SOSIALISASI tembusan 14 Gambar 3 Tata cara permohonan Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman IUPHHK-HTR.

2.1.3 Pola Pengembangan HTR dan Jenis Tanaman

Pola pengembangan HTR direncanakan mengikuti 3 pola, yaitu a Pola Mandiri, b Pola Kemitraan dengan HTI, BUMNS, dan c Pola Developer. Pengertian dari masing-masing pola adalah sebagai berikut: a. Pola Mandiri Masyarakat setempat membentuk kelompok, Pemerintah mengalokasikan areal dan SK IUPHHK-HTR untuk setiap individu dalam kelompok dan masing- masing ketua kelompok bertanggung jawab atas pelaksanaan HTR, pengajuan dan pengembalian kredit, pasar, dan pendampingan dari pemerintahPemda. b. Pola Kemitraan HTR yang dibangun oleh Kepala Keluarga pemegang IUPHHK-HTR bersama dengan mitranya berdasarkan kesepakatan bersama dengan difasilitasi oleh Pemerintah agar terselenggara kemitraan yang menguntungkan kedua pihak. Mitra bertanggung jawab atas pendampingan, inputmodal, pelatihan dan pasar. c. Pola Developer BUMNS sebagai developer membangun hutan tanaman rakyat dan selanjutnya diserahkan oleh Pemerintah kepada masyarakat sebagai pemegang IUPHHK-HTR yang selanjutnya biaya pembangunannya diperhitungkan sebagai Pemohon HTR Kepala Desa verifikasi dan rekomendasi Camat BP2HP BP2HP verifikasi dan berkoordinasi dgn BPKH sbg pertimbangan teknis BupatiWalikota menerbitkan ijin Ijin HTR oleh BupatiWalikota a.n. Menhut tembusan 15 pinjaman pemegang IUPHHK-HTR dan dikembalikan secara bertahap sesuai akad kredit. Jenis tanaman pokok yang bisa dikembangkan berupa tanaman hutan berkayu sejenis, atau tanaman hutan berkayu yang dikombinasikan dengan tanaman budidaya tahunan yang berkayu atau jenis lain yang ditetapkan oleh Menhut pasal 6. Tanaman hutan berkayu, antara lain 1 kayu pertukangan meranti, jati, sengon, mahoni, dll; dan 2 kayu serat gmelina, akasia, dll. Tanaman budidaya tahunan berkayu adalah jenis MPTS, antara lain: karet, nangka, kemiri, rambutan, mangga, dll. Persentase komposisi jenis tanaman adalah tanaman hutan berkayu 70 dan tanaman budidaya tahunan berkayu 30. Komposisi ini tidak termasuk kegiatan tumpangsari tanaman semusim.

2.1.4 Hak dan Kewajiban

Pemegang IUPHHK-HTR mempunyai hak melakukan kegiatan sesuai izin, kemudahan memdapatkan dana untuk pembiayaan pembangunan HTR, bimbingan dan penyuluhan teknis dan peluang ke pemasaran hasil hutan pasal 19. Dalam pasal 20 disebutkan kewajiban pemegang IUPHHK-HTR adalah menyusun Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam hutan tanaman RKU IUPHHK-HTR dan Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat dalam Hutan Tanaman RKT. RKUPHHK HTR adalah rencana kerja untuk seluruh areal kerja IUPHHK-HTR dalam satu wilayah KabupatenKota dan berlaku selama jangka waktu izin, antara lain memuat aspek kelestarian usaha, aspek keseimbangan lingkungan dan sosial ekonomi yang disahkan BupatiWalikota. RKT adalah rencana kerja yang disusun secara gabungan dalam satu kelompok pemegang izin danatau Koperasi untuk jangka waktu 1 satu tahun, yang merupakan penjabaran RKUPHHK-HTR Penyusunan RKU IUPHHK-HTR dan RKT ini dilakukan oleh UPT atau konsultan yang bergerak di bidang kehutanan atau Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang kehutanan dan biaya penyusunannya dibebankan kepada pemerintah. Apabila pemegang IUPHHK-HTR meminjam dana pembangunan HTR kepada Badan Pembiayaan Pembangunan Hutan BP2H, maka pemegang 16 IUPHHK-HTR juga memiliki kewajiban untuk melunasi pinjaman tersebut kepada BP2H dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemegang ijin tetap harus melunasi pinjaman ini walaupun ijin pengusahaannya telah dihapuskan.

2.1.5 Kinerja HTR di Kabupaten Sarolangun, Jambi

Data dari BP2HP wilayah IV Jambi menyebutkan bahwa hingga Mei 2011 areal yang telah dicadangkan untuk pembangunan HTR seluas 49.703 ha berada di 7 kabupaten yaitu Tebo, Sarolangun, Muaro Jambi, Batang Hari, Tanjung Jabung Barat, Merangin dan Kerinci. Dari luasan tersebut baru 3.843,64 ha atau sekitar 7,73 yang telah terbit ijin pengusahaannya untuk 3 tiga kabupaten yaitu Tebo 2 ijin koperasi dan 33 ijin perorangan, Sarolangun 18 ijin perorangan dan Muaro Jambi 1 ijin koperasi. Tabel 1 Daftar perkembangan pemberian ijin pengelolaan HTR IUPHHK-HTR di Kabupaten Sarolangun hingga Mei 2011 No Nomor Keputusan Tanggal Luas Ha Nama Pemegang Kelompok Tani Hutan KTH 1 01 thn 2009 30 Maret 2009 15,00 A.Wakid Maju Jaya T. Bandung 2 02 thn 2009 30 Maret 2009 13,00 Nyoto Usaha Tani T. Bandung 3 03 thn 2009 30 Maret 2009 10,00 A.Kosim Bukit Lintang T. Bandung 4 04 thn 2009 30 Maret 2009 6,00 Karnoto Sumber Rejeki T. Bandung 5 105 thn 2010 15 Maret 2010 4,28 Sapari Maju Jaya T. Bandung 6 106 thn 2010 15 Maret 2010 5,11 Nurainun Maju Jaya T. Bandung 7 107 thn 2010 15 Maret 2010 8,00 Asri Maju Jaya T. Bandung 8 108 thn 2010 15 Maret 2010 6,00 Zaidan Maju Jaya T. Bandung 9 109 thn 2010 15 Maret 2010 6,93 Sapri Maju Jaya T. Bandung 10 110 thn 2010 15 Maret 2010 7,40 Kardi Maju Jaya T. Bandung 11 111 thn 2010 15 Maret 2010 10,00 Aming S Bukit Lintang T. Bandung 12 112 thn 2010 15 Maret 2010 10,00 A.Rahman M Bukit Lintang T. Bandung 13 113 thn 2010 15 Maret 2010 10,00 A.Kosasi AR Bukit Lintang T. Bandung 14 114 thn 2010 15 Maret 2010 10,00 Nuraina Bukit Lintang T. Bandung 15 115 thn 2010 15 Maret 2010 7,23 Suyatno Sumber Rejeki T. Bandung 16 116 thn 2010 15 Maret 2010 7,62 Sar’i Sumber Rejeki T. Bandung 17 117 thn 2010 15 Maret 2010 10,50 Suhari Usaha Tani T. Bandung 18 118 thn 2010 15 Maret 2010 7,59 Sunardi Usaha Tani T. Bandung Sumber : BP2HP Wilayah IV Jambi 2011 Di Kabupaten Sarolangun sendiri, melalui SK Menteri Kehutanan No. SK.386Menhut-II2008 tanggal 7 Nopember 2008 telah dicadangkan areal hutan produksi untuk HTR seluas 18.840 ha atau sekitar 10,70 dari luasan hutan produksi yang dimiliki kabupaten tersebut. Dari areal yang telah dicadangkan