Mekanisme Pembentukan Persepsi Persepsi .1 Pengertian Persepsi

26 masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan lainnya seperti agroforestri, hutan rakyat atau rehabilitasi hutan Susiatik 1998; Yuwono; 2006; Trison 2005.

2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam suatu programkegiatan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Sastropetro 1988 yang diacu oleh Yuwono 2006, secara umum faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan adalah : 1 keadaan sosial ekonomi masyarakat, 2 bentuk programkegiatan pembangunan itu sendiri, dan 3 keadaan lingkungan. Keadaan sosial ekonomi masyarakat yang dimaksud terdiri dari pendidikan, pendapatan, kebiasaan, kepemimpinan, keadaan keluarga, kemiskinan, kedudukan sosial dan sebagainya. Bentuk programkegiatan merupakan kegiatan yang dirumuskan serta dikendalikan oleh pemerintah yang dapat berupa organisasi kemasyarakatan atau kebijakan-kebijakan. Sedangkan keadaan lingkungan adalah faktor fisik daeah yang ada di lingkungan sekitar tempat hidup masyarakat. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terutama dalam program pengelolaan hutan antara lain tingkat pendidikan, pengalaman bertani, sifat kekosmopolitan Susiatik 1998; Neupane 2002; Zbinden Lee 2005. Bahkan penelitian Neupane 2002 dan Lee Zbinden dan Lee 2005 menambahkan faktor seperti umur, kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, dan persepsi masyarakat sebagai faktor yang juga sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam kegiatan pengelolaan hutan di Nepal dan Kostarika. Selain itu kebiasaan-kebiasaan lama yang terdapat dalam masyarakat setempat juga merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Tokoh masyarakat, pemimpin adat, tokoh agama, adalah merupakan komponen yang juga berpengaruh dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Pemimpin yang bergaya karismatik dapat meningkatkan partisipasi masyarakat di sekitarnya, sebaliknya pemimpin yang bergaya otoriter dan manipulatif tidak banyak diikuti oleh yang lain karena sifatnya yang tidak transparan dan cenderung mengambil keputusan sendiri sehingga dapat menghambat partisipasi masyarakat Sinha Suar 2005. III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 3.1.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu 1 karakterisik sosial ekonomi masyarakat dan 2 persepsi masyarakat sendiri terhadap kegiatan HTR yang banyak dipengaruhi oleh karakteristik individu sendiri maupun lingkungan tempat masyarakat tersebut tinggal. Karakteristik sosial ekonomi yang diduga berpengaruh adalah umur, tingkat pendidikan formal dan informal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan lahan, pengalaman bertani, dan kekosmopolitan Neupane 2002; Zbinden Lee 2005; Susiatik 1998; Yuwono 2006. Adapun persepsi masyarakat yang diduga berpengaruh dalam keputusan yang diambil masyarakat untuk memilih suatu program atau kegiatan antara lain persepsi mereka terhadap ketentuan yang berlaku dalam program tersebut, manfaat yang mereka peroleh, keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan perencanaan dan evaluasi, konflik serta dukungan pemerintah terhadap suatu program Salam et al. 2005; Neupane et al. 2002; Zbinden Lee 2005. Dalam penelitian ini faktor persepsi yang diduga berpengaruh dalam keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan HTR adalah persepsi masyarakat terhadap beberapa ketentuan pelaksanaan HTR seperti alokasi lahan, kegiatan dan pola HTR, jenis tanaman, persyaratan dan proses perijinan, jangka waktu dan luas pengusahaan, pewarisan ijin, hak dan kewajiban peserta HTR, kesiapan pasar, kelembagaan kelompok serta kegiatan sosialisasi. Sebagai kebijakan yang bersifat top down, ketentuan-ketentuan dalam kebijakan HTR ditetapkan oleh pemerintah pusat namun sebagian besar tanggung jawab pelaksanaan kegiatan HTR diserahkan kepada pemerintah daerah dalam hal ini adalah kabupaten dan desa. Dengan demikian selain persepsi masyarakat lokal sebagai pelaku utama kebijakan HTR, perlu diketahui pula persepsi para pelaksana kebijakan lainnya terhadap ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan HTR tersebut. Pelaksana kebijakan di daerah yang dimaksud dalam penelitian ini