IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Biofisik Kawasan HTR
Kawasan pencadangan HTR yang ditetapkan Menteri Kehutanan di Kabupaten Sarolangun memiliki luas ± 18.840 hektar yang secara administratif
terletak di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Sarolangun, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Mandiangin. Areal ini berada di kawasan hutan produksi yang tidak
dibebani hak. Luas areal yang diperuntukkan untuk HTR ini sebesar 10,70 dari keseluruhan areal hutan produksi yang ada di Kabupaten Sarolangun.
4.1.1 Topografi
Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia RBI Skala 1 : 50.000 lembar Pauh, kawasan pencadangan HTR ini seluruhnya merupakan lahan kering dengan
topografi datar – landai dengan ketinggian antara 25 – 150 m dari permukaan laut. Sebesar 75 areal HTR ini memiliki kemiringan 0-8 dan sisanya memiliki
kemiringan 8-15 Tabel 6. Tabel 6 Kondisi kelerengan kawasan pencadangan HTR Kabupaten Sarolangun
No Kelas
Lereng Fisiografi
Blok I ha
Blok II ha
Jumlah ha
Persentase 1
A 0-8 Datar
8.985 8.845
17.830 75
2 B 8-15
Landai 2.215
3.655 5.870
25 3
C 15-25 - -
- -
- 4
D 40 -
- -
- -
4.1.2 Geologi
Berdasarkan peta geologi skala 1:250.000 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung tahun 1995, formasi batuan dan geologi yang
terdapat di kawasan pencadangan HTR terdiri atas formasi kasai Qtk, formasi Muaraenim Tnpm, formasi Air Banakat Tma, dan formasi Gunai Tmg.
Formasi Kasai tersusun dari batu pasir dan liat. Formasi Muaraenim tersusun dari batu pasir dan batu liat. Formasi Air Banakat tersusun dari batuan tuff masam dan
batu liat. Sebaran spasial formasi geologi kawasan pencadangan HTR di Kabupaten Sarolangun secara rinci dapat dilihat pada Tabel 7.
44 Tabel 7 Formasi geologi kawasan pencadangan HTR Kabupaten Sarolangun
No Formasi
Blok I ha Blok II ha
Jumlah ha
Persentase 1
Air Banakat Tma 9.548
1.095 10.643
45 2
Kasai Qtk 315
6.506 6.821
29 3
Muaraenim Tmpm 1.062
3.665 4.727
20 4
Gunai Tmg 275
1.234 1.509
6 Dengan berpedoman pada hasil analisis peta Land Unit lembar Sarolangun
tahun 1990 skala 1 : 250.000, Peta Tanah Eksplorasi Bagian Sumatera tahun 1964 skala 1 : 1.000.000, dan hasil pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh Tim
Pengusul Areal Pencadangan HTR Kabupaten Sarolangun, jenis tanah yang terdapat pada kawasan pencadangan HTR secara umum termasuk kategori jenis
tanah Podsolik merah kuning dengan kondisi solum yang agak tebal lebih dari 1 meter dengan bahan induk tur intermerdier.
4.1.3 Hidrologi
Berdasarkan aliran sungai, kawasan pencadangan HTR masuk ke dalam Daerah Aliras Sungai DAS Batanghari dengan 3 sub DAS yaitu sub DAS Telisa,
sub DAS Belato, dan sub DAS Pemusiran. Bentuk DAS umumnya menyebar dengan anak sungai serta alur-alur yang mengalir di dalam kawasan. Sungai-
sungai utama yang mengalir di sekitar kawasan pencadangan HTR adalah sungai Telisa, sungai Belato, sungai Pemusiran, sungai Sekamis, dan sungai Meranti.
Sungai-sungai ini merupakan anak sungai Tembesi.
4.1.4 Kondisi Hutan
Kawasan pencadangan HTR secara status seluruhnya berada di dalam kawasan Hutan Produksi yaitu merupakan Hutan Produksi Terbatas HPT seluas
23.700 hektar. Sebagian besar kawasan sudah tidak produktif karena merupakan areal perladangan masyarakat desa sekitar. Areal-areal bekas perladangan ini
kebanyakan berbentuk belukar tua, semak belukar, dan areal terbuka. Pada umumnya lahan tersebut pernah mengalami kebakaran pada tahun
1997 dengan kondisi sebagian ditumbuhi oleh alang-alang Imperata cylindrica, turubuk Saccharum spontaneum, semak belukar yang diselingi pohon pulai
Alstonia scholaris, A. angustifolia, medang labu Litsea sp., kalampayan