Pemberdayaan Ekonomi Perdesaan 1. TINJAUAN PUSTAKA

32 bertanggung jawab terhadap penyiapan lokasi garapan dan penyuluhan sedangkan Departemen Kimpraswil sesuai dengan core bisnis-nya membangun prasarana dan sarana yang diperlukan untuk mendukung keberhasilan program agropolitan. Dalam pelaksanaannya belum didukung adanya kebijakan secara nasional melainkan hanya berupa Pedoman Umum Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan, yang dikeluarkan oleh Departemen Pertanian. Dalam pelaksanaanya, belum semua stakeholders yang diharapkan ikut bersama-sama secara terpadu menangani program agropolitan ini. Saat ini baru beberapa instansi saja yang secara aktif menangani program ini. Adalah tidak mungkin kalau untuk keberhasilan program ini hanya bertumpu pada peran pemerintah, tetapi juga diperlukan keterlibatan masyarakat, swasta, dan pemerintah secara bersama-sama dan bermitra untuk menyepakati program-program yang dibutuhkan untuk dilaksanakan secara terrencana dan berkesinambungan. 2.6. Pemberdayaan Ekonomi Perdesaan 2.6.1. Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan Menurut Prijono dan Pranarka 1996, pemberdayaan mengandung dua kecenderungan: pertama, kecenderungan primer yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya, proses ini dilengkapi dengan upaya untuk membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian melalui organisasi. Kedua, kecenderungan sekunder yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Menurut Sumodiningrat 1996, pembangunan yang berorientasi pada masyarakat memberikan kesempatan kepada setiap anggota masyarakat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan dengan mendapatkan kesempatan yang sama dan menikmati hasil pembangunan tersebut sesuai kemampuannya. Syarat dari keikutsertaan seluruh anggota masyarakat, selain peluang dan akses yang sama, juga 33 menyangkut kemampuan masyarakat untuk berperan serta. Konsekuensinya, masyarakat harus berdaya untuk berperan serta dalam pembangunan. Maka konsep pembangunan perdesaan tersebut harus dimulai dengan pemberdayaan masyarakat perdesaan. Pemberdayaan masyarakat perdesaan merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Konsep pemberdayaan masyarakat perdesaan sebagai suatu pemikiran tidak dapat dilepaskan dari paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat people center development atau community base development. Dalam konsep pemberdayaan terdapat dua pelaku di dalamnya, yaitu masyarakat yang belum berkembang sebagai pihak yang harus diberdayakan dan pihak lain sebagai pemberdaya. Langkah pemberdayaan pada intinya bermuara pada perubahan yang dilakukan secara bertahap gradual, konsisten consistent, dan terus menerus sustainable. Dalam setiap upaya pemberdayaan baik yang dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha maupun pihak-pihak lainnya, upaya itu harus dipandang sebagai sebuah pemacu untuk menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat. Upaya pemberdayaan masyarakat perdesaan tersebut setidaknya harus memuat lima hal pokok yaitu: 1. bantuan dana sebagai modal usaha, 2. pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi rakyat, 3. penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi barang dan jasa masyarakat, 4. pelatihan bagi aparat dan masyarakat, 5. penguatan lembaga sosial ekonomi masyarakat. Dengan demikian, dalam kerangka pemikiran pemberdayaan masyarakat perdesaan dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu: 1. pemberdayaan dengan menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang, 2. pemberdayaan untuk memperkuat potensi ekonomi perdesaan, 34 3. pemberdayaan melalui pengembangan ekonomi perdesaan untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta menciptakan kemitraan antara yang sudah maju dengan yang belum berkembang. Menurut Mubyarto 1999, kunci utama dalam proses pemberdayaan masyarakat perdesaan ini adalah adanya partisipasi masyarakat secara aktif dalam berbagai bentuk kegiatan. Dalam usaha mengembangkan ekonomi rakyat di perdesaan dapat digunakan pedoman-pedoman sebagai berikut: 1. memberi keleluasaan pada masyarakat untuk mencerna segala potensi, dan masalah, mencari pemecahan masalah, dan mengambil keputusan sendiri atas berbagai pilihannya, agar mereka dapat “belajar mandiri” dari pengalaman baik berupa kegagalan maupun keberhasilan; 2. memperkuat kelembagaan lokal secara transformatif. Penguatan kelembagaan lokal dimulai dari pemberian ruang gerak bagi kelembagaan “alami” untuk membentuk mekanisme yang tepat dalam menggerakkan potensi dan energi sosial yang dimiliki masyarakat. Setelah terbentuk kondisi tersebut barulah terbuka kesempatan perbaikan pada bidang-bidang yang lain; 3. Melestarikan posisi dan peranan kepemimpinan formal dan informal yang ada dalam menangkap aspirasi kebersamaan egalitarian yang esensial pada masyarakat setempat. Memberikan dukungan terhadap kepemimpinan yang terbuka dan mengutamakan tindakan-tindakan yang mengikuti proses perkembangan yang wajar dan alami.

2.6.2. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat yang Berkelanjutan

Berbeda dengan ekonomi perkotaan urban economic yang bertumpu pada penguasaan kapital dengan ciri keterbukaan antar pelaku ekonomi yang tidak memiliki batas borderless, maka ekonomi perdesaan rural economic adalah ekonomi pribumi people’s economy is endogenous economy, bukan aktivitas perekonomian yang berasal dari luar aktivitas masyarakat. Ekonomi perdesaan didefiniskan sebagai perekonomian atau perkembangan ekonomi kelompok masyarakat yang berkembang relatif lambat, sesuai dengan kondisi yang melekat pada masyarakat tersebut sebagai masyarakat perdesaan. Ekonomi perdesaan lebih bersifat operasional dan mikro Basri, 1999. 35 Pada tataran ekonomi makro, pemberdayaan ekonomi perdesaan harus disinergikan dengan sistem atau kebijakan pemerintah. Sistem atau kebijakan tersebut dikategorikan dengan ekonomi kerakyatan, yaitu kebijakan atau sistem ekonomi yang mengikutsertakan seluruh lapisan masyarakat dalam proses pembangunan. Keterlibatan semua stakeholders dalam pembangunan ekonomi regional dan promosi pendekatan dari bawah bottom up aproach secara aktif merupakan bagian kebijakan pemerintah dalam pembangunan wilayah untuk membangun kembali ekonomi berkelanjutan Hughes at al., 2002. Strategi pengembangan ekonomi perdesaan diupayakan dengan cara memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat di perdesaan terlibat secara aktif dalam proses pembangunan perdesaan. Pembangunan atau modernisasi perdesaan bukan sekedar menjadikan desa tradisional menjadi modern. Pembangunan dan modernisasi adalah suatu usaha dan kegiatan yang sangat operasional dengan mengejar tujuan yang nyata dalam jangka waktu tertentu. Sasaran pokok pembangunan ekonomi perdesaan adalah terciptanya kondisi ekonomi rakyat di perdesaan yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan JURITERADIL Sumodiningrat, 1999. Oleh karena itu, keberpihakan kepada ekonomi rakyat sangat diperlukan dan semakin mendesak untuk dioperasionalkan sesuai dengan sasaran pokok pembangunan ekonomi perdesaan. Keberpihakan pada ekonomi rakyat berarti melakukan serangkaian upaya untuk menyusun aturan main ekonomi yang adil, yaitu menempatkan ekonomi rakyat pada posisi yang sederajat dengan usaha menengah dan besar. Pemihakan affirmative actions tidak berarti memenangkan yang lemah, tetapi agar persaingan berjalan sehat dan seimbang in a level playing field, antara ekonomi konglomerat yang minoritas dengan ekonomi rakyat yang mayoritas. Meskipun demikian, dibutuhkan prakondisi agar bisa sampai pada keadaan di mana partisipasi rakyat dalam pembangunan berjalan secara optimal antara lain: 1 ketiadaan kesenjangan kemampuan dan produktivitas, 2 kesempatan atau akses yang proporsional terhadap sumber dana dan daya antar pelaku ekonomi di perdesaan, dan 3 adanya kemitraan antar sesama pelaku ekonomi perdesaan. 36 Pemberdayaan ekonomi rakyat berkelanjutan sekurang-kurangnya mencakup tiga dimensi yaitu tujuan ekonomi, tujuan sosial dan tujuan ekosistem Anwar dan Rustiadi, 2000. Hubungan antara ketiga tujuan dan unsur-unsur penting yang harus diperhatikan dalam mencapai tujuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. . Tujuan Ekonomi : Pertumbuhan Berkelanjutan dan Efisiensi Kapital ♣ Distribusi Pendapatan ♣ Kesempatan Kerja ♣ Bantuan Bersasaran ♣ Evaluasi Dampak Lingkungan ♣ Penilaian Sumberdaya ♣ Internalisasi Dampak Tujuan Sosial : Pengentasan Kemiskinan dan Pemerataan Tujuan Ekosistem : Pengelolaan Sumberdaya Berkelanjutan ♣ Partisipasi ♣ Konsultasi ♣ Pluralisme Gambar 3. Unsur-unsur Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan Sumber: Anwar dan Rustiadi 2000

BAB III METODE PENELITIAN