15
5. Analis harus mempunyai rambu-rambu etika bahwa secara ekplisit
bertanggungjawab kepada klien. Analisis kebijakan memadukan berbagai disiplin ilmu yaitu : ilmu politik,
sosiologi, psikologi, ekonomi, filsafat dan sebagian bersifat deskriptif yang diambil dari disiplin-disiplin tradisional yang mencari pengetahuan tentang sebab dan akibat
dari kebijakan publik. Analisis kebijakan juga dapat bersifat normatif, yang tujuannya adalah untuk menciptakan dan melakukan kritik terhadap klaim
pengetahuan tentang nilai kebijakan publik untuk generasi masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Aspek normatif atau kritik nilai dari analisis kebijakan ini terlihat
ketika kita menyadari bahwa pengetahuan yang relevan dengan kebijakan mencakup dinamika antara variabel tergantung tujuan dan variabel bebas cara.
Menurut William 2003, bahwa memilih dan menentukan prioritas satu nilai di atas nilai-nilai lainnya bukanlah penentuan yang bersifat teknis semata, tetapi
juga keputusan yang memerlukan penalaran yang bersifat moral dan karena itu
analisis kebijakan merupakan bentuk etika terapan. Akhirnya analisis kebijakan berupaya menciptakan pengetahuan yang dapat meningkatkan efisiensi pilihan atas
berbagai alternatif kebijakan.
2.2. Pembangunan Perdesaan
Sebagaimana telah diketahui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan yang penghidupan pokoknya bersumber pada pola
pertanian subsistem. Bagi mereka bagaimana mempertahankan hidup sehari-hari sudah merupakan masalah pokok yang menyita seluruh perhatian dan tenaga. Dalam
hubungan ini Todaro 1998, mengemukakan bahwa untuk mengatasi masalah tersebut antara lain ada empat buah pertanyaan pokok berkenaan dengan
pembangunan pertanian dan perdesaan dalam kaitannya pembangunan nasional yaitu : pertama, apa saja langkah yang harus ditempuh agar segenap peningkatan
output total pertanian dan produktivitas perkapitanya dapat memberi manfaat
langsung kepada petani dan buruh, kedua, cara-cara apakah yang harus ditempuh guna mentransformasikan sistem pertanian subsistem tradisional yang tingkat
produksinya rendah menjadi sistem unit usaha komersial berproduksi tinggi, ketiga, apakah insentif ekonomi yang tersedia selama ini sudah cukup memadai untuk
16
meningkatkan output para petani penggarap, keempat, apakah peningkatan produktivitas pertanian saja sudah cukup untuk memperbaiki taraf hidup penduduk di
daerah perdesaan. Menurut Office of the Deputy Prime Minister Republic of United Kingdom 2004, untuk meningkatkan taraf hidup dan lingkungan di perdesaan dapat
ditempuh melalui: 1 menjamin masyarakat bertempat tinggal yang layak; 2 pertumbuhan ekonomi yang menerus membuat deversifikasi; dan 3 memberi
perlindungan yang terhadap keterbukaan antara daerah perdesaan dan perkotaan. Tujuan pembangunan perdesaan sangat luas. Menurut Bajracharya 1995,
pembangunan kota kecil sangat penting untuk meningkatkan kondisi masyarakat miskin di perdesaan di negara berkembang. Argumentasi membangun kota kecil
adalah: 1 kota kecil akan memberi pasar pada konsumen diperkotaan, dan berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil produksi pertanian dari wilayah perdesaan; 2 kota
kecil memungkinkan untuk memberikan pekerja non-form disekitarnya, dan 3 kota kecil sebagai lokasi yang tepat untuk mengkonsentrasikan investasi prasarana dan
sarana untuk mendukung kegiatan pertanian, kesehatan, pendidikan dan inovasi usaha pertanian.
Dalam beberapa wilayah perdesaan, tujuan-tujuan pembangunan kota kecil adalah untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi yang ditujukan untuk
memecahkan masalah kependudukan dan lapangan kerja. Oleh karena itu pendekatan pembangunan perdesaan juga harus sesuai dengan potensi ekonomi yang dominan.
Terlebih lagi bahwa pembangunan perdesaan merupakan bagian pembangunan nasional yang harus memperhatikan distribusi pembangunan yang merata,
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kestabilan nasional Pranoto, 2004. Di wilayah lain, pertumbuhan ekonomi adalah bukan merupakan tujuan.
Masyarakat lebih menginginkan perbaikan upah dan standar kehidupan Economic Research Service,
tanpa tahun. Dengan demikian perencanaan pembangunan perdesaan memerlukan pendekatan yang holistik dengan memadukan peranan
pemerintah pusat dan daerah dalam suatu kerangka kerja framework. Pemerintah pusat memberikan arahan dan ide pembangunan secara umum dan disesuaikan oleh
pemerintah daerah kabupatenkota berdasarkan kondisi lokal Osinski dan Herrmann, 1999.
17
Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa kawasan perdesaan adalah kawasan fungsional dengan ciri
kegiatan utama adalah sektor pertanian. Pembangunan sektor pertanian dan wilayah perdesaan sangat penting karena apabila pembangunan sektor ini tidak berhasil
dikembangkan, terutama jangka menengah dan jangka panjang dapat mempengaruhi dan memberikan dampak negatif terhadap pembangunan nasional. Dengan kondisi
demikian, strategi pembangunan supaya direncanakan sedemikian rupa supaya mampu menjawab tantangan pembangunan di perdesaan, sehingga mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Menurut United Nations 1979, pembangunan perdesaan adalah strategi
yang direncanakan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat miskin. Sepanjang pembangunan perdesaan dimaksudkan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan di perdesaan maka strateginya harus jelas untuk meningkatkan produksi dan mengangkat produktivitas. Terlebih lagi daerah desa miskin memerlukan
inovasi-inovasi pemecahan berbagai masalah yang ada. Meningkatkan ekonomi adalah hal komplek, nonlinear system dan mereka tidak dapat dijelaskan secara
sepotong-sepotong. Oleh karena itu pemecahan masalahnya juga tidak dapat diarahkan dengan intervensi secara terpisah-pisah Rural Infrastructure and Services
Commons – A. Tanu Dey, tanpa tahun .
Jika pembangunan infrastruktur perdesaan dilakukan sebagai strategi untuk mengurangi kemiskinan, maka sasarannya harus betul-betul pada masyarakat miskin.
Tetapi strategi ini sulit dan mahal karena 1 masalah identifikasi keluarga miskin, dan 2 target program infrastruktur perdesaan berbeda dengan target pemberian
pendapatan, karena infrastruktur perdesaan adalah public good Gunatilaka, 1999. Menurut Nasution 2004, pembangunan kawasan perdesaan tidak dapat
dipungkiri merupakan hal mutlak dibutuhkan. Hal ini didasari bukan hanya karena terdapatnya ketimpangan antara kawasan perdesaan dengan perkotaan akan tetapi
juga mengingat banyaknya potensi untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk mendorong pembangunan.
Berdasarkan dokumentasi pada United Nations 1983, pembangunan perdesaan adalah bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan prinsip: 1
18
distribusi pembangunan secara berimbang, 2 pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta 3 stabilitas nasional dinamis dan aman. Untuk
mengimplementasikannya, menurut Sherman et al. 1981, hambatan dalam pembangunan adalah akses terhadap sumber daya alam, ekonomi dan kondisi sosial
politik. Tiga masalah sumber daya alam tersebut dapat dibedakan, namun dalam konteks pembangunan permasalahan tersebut sukar untuk dipisah-pisahkan. Jadi
pembangunan perdesaan sangat penting untuk dilaksanakan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan mengurangi urbanisasi.
2.3. Pembangunan Berkelanjutan 2.3.1.