214 dan telekomunikasi diarahkan pada desa-desa yang relatif tertinggal sehingga
akses ke daerah tersebut lebih mudah dan transportasi hasil pertanian dari pusat produksi ke daerah pemasaran menjadi lebih lancar. Prioritas
pembangunan tersebut juga dimaksudkan untuk mempersempit kesenjangan kemajuan antar wilayah.
4. Meningkatkan kinerja subsistem penunjang pertanian di daerah yang relatif tertinggal sehingga dapat berperan sebagai desa-desa pusat produksi dengan
lebih baik.
b. Kawasan Agropolitan Brebes-Larangan Kabupaten Brebes
Kawa san agropolitan Brebes berada di daerah dataran rendah yang meliputi dua kecamatan sentra produksi bawang merah dan cabai merah. Potensi produksi
kawasan akan komoditas tersebut sangat tinggi. Persoalan yang dijumpai terkait dengan produksi komoditas pertanian terutama bawang merah adalah penggunaan
pestisida yang sangat tinggi baik dalam frekuensi maupun takarannya, sehingga cenderung tidak ramah lingkungan, masalah inefiensi produksi yang tercermin pada
nilai rasio RC untuk bawang merah. Persoalan lain adalah keragaman perkembangan antar desa yang tinggi dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana, ketersediaan
subsistem penunjang pertanian rendah. Kebijakan yang dapat dirumuskan untuk pengembangan kawasan agropolitan Brebes antara lain:
1. Meningkatkan pembinaan kepada petani untuk menggunakan strategi pengendalian hama dan penyakit terpadu PHT sehingga penggunaan
pestisida anorganik dapat ditekan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam PHT antara lain sanitasi lingkungan dari sumber hama dan penyakit,
penggunaan varietas toleran, pengembangan musuh alami, penggunaan pestisida nabati, dan penggunaan pestisida anorganik secara selektif dan
terbatas. 2. Memberikan insentif bagi petani yang menerapkan pengendalian hama dan
penyakit sesuai arahan PHT. 3. Membangun sarana dan prasarana transportasi hingga jalan-jalan usahatani
guna memperlancar dan menurunkan biaya pengangkutan sarana produksi dan hasil pertanian dari lokasi produksi ke lokasi pemasaran sehingga dapat
meningkatkan efisiensi produksi pertanian.
215 4. Membangun sarana dan prasarana permukiman dan telekomunikasi di desa-
desa yang relatif tertinggal sehingga informasi pasar akan komoditas yang diusahakan dapat diterima lebih baik.
c. Kawasan Agropolitan Belik-Pulosari Kabupaten Pemalang
Kawasan agropolitan Belik-Pulosari Kabupaten Pemalang berada di dataran tinggi yang jauh dari pengaruh kota besar. Akses pasar dari lokasi agropolitan
cukup jauh, tetapi potensi produksi komoditas unggulan kubis dan cabai merah cukup tinggi. Ketersediaan areal pengembangan yang sesuai untuk komoditas
tersebut relatif cukup luas dengan strategi dataran tinggi untuk kubis, dan dataran relatif lebih rendah untuk pengembangan cabai merah. Persoalan yang dihadapi
dalam pengembangan kawasan agropolitan ini adalah ketersediaan air ketika musim kemarau. Penanaman komoditas sayuran telah dilakukan petani hingga areal-areal
resapan air sehingga mata air cenderung menjadi kering ketika kemarau. Penanaman juga dilakukan pada areal bukit dengan kelerengan yang relatif tinggi sehingga
mengganggu kelestarian alam. Persoalan lain adalah penggunaan pestisida yang cenderung mulai berlebihan sehingga mendorong munculnya variasi jenis hama dan
penyakit dari tahun ke tahun, dan berkurangnya populasi musuh-musuh alami. Perilaku cara bercocok tanam yang demikian sulit untuk berubah karena telah
dipraktekan secara turun-temurun. Kebijakan yang dapat dirumuskan untuk pengembangan agropolitan di kawasan ini antara lain:
1. Membangun sarana dan prasarana permukiman terutama sarana air bersih untuk memperbaiki kualitas kehidupan masyarakat. Kebijakan ini perlu
dibarengi dengan program pengadaan air bersih berikut penataan kelembagaan pengelolaannya.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menghijaukan kembali areal resapan air dan daerah-daerah yang tidak sesuai untuk budi daya tanaman
semusim dengan menggunakan tanaman tahunan tanaman keras. Kebijakan ini perlu dibarengi dengan program penghijaun dan pemberian insentif petani
yang bersedia melakukan konservasi lahan. 3. Meningkatkan kesadaran masyaraka t untuk menerapkan teknik budidaya
yang ramah lingkungan. Peran aktif lembaga teknis sangat diperlukan untuk melakukan pembinaan terhadap petani terutama dengan pendekatan PHT.
216
d. Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman