68
h. Sumberdaya Manusia
Berdasarkan hasil wawancara rata -rata pendidikan para petani di kawasan Agropolitan terutama di desa pusat pertumbuhannya adalah lulusan SD. Namun
apabila dilihat dari kemampuan mereka dalam melakukan usaha tani, pada dasarnya mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup baik. Jadi untuk sektor
produksi pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh para petani cukup baik. Tetapi karena pendidikan tidak hanya terkait dengan peningkatan
pengetahuan tetapi juga sangat berpengaruh terhadap wawasan dan kemampuan untuk merencanakan masa depan, maka ketika sudah berada di luar masalah produksi
para petani memiliki banyak keterbatasan. Mulai dari aspek manajemen, pasca panen sampai aspek pemasaran, petani memunyai kemampuan yang sangat terbatas.
Akibatnya aktivitas pertanian itu sendiri akan mengalami stagnasi dan pada akhirnya wilayah tersebut menjadi tidak berkembang. Karena itu sangat diperlukan SDM
petani yang berkualitas agar kemampuan mereka untuk menangkap dan meningkatkan nilai tambah dengan mengatasi kendala-kendala yang ada bisa
menjadi lebih besar.
i. Tingkat Perkembangan Wilayah dan Pembangunan
Pada dasarnya tingkat perkembangan wilayah di kawasan Agropolitan cukup berkembang terutama dari segi ketersediaan sarana-prasarananya. Mulai dari jalan,
listrik, telpon, air bersih dan sebagainya memang cukuup memadai. Hanya saja sayang kesemuanya itu justru seringkali mengakibatkan masyarakat lokal menjadi
kehilangan aksesnya terhadap lahan. Lahan-lahan dengan pada lokasi-lokasi strategis dengan kondisi sarana prasarana yang memadai justru mendorong orang
kota untuk melakukan investasi dengan membeli tanah dan membangun villa. Dengan demikian kondisi masyarakat lokal sendiri sebenarnya tidak banyak
berubah. Bahkan dengan semakin sempitnya lahan mereka dan semakin berfluktuasinya harga pasar sayuran maka kondisi mereka justru lebih terpuruk
terutama setelah terjadinya krisis. Jadi dari sisi peningkatan kapasitas sumber daya manusia SDM dan sumber daya sosial SDS kondisinya masih sangat
memprihatinkan. Sedangkan dari sisi kapasitas sumber daya alam SDA juga mulai terlihat
penurunan. Penurunan tersebut antara lain pada ketersediaan suplai air dan
69
produktivitas lahan. Semakin luasnya lahan terbuka di kawasan Agropolitan cenderung menurunkan suplai air karena berkurangnya vegetasi dan areal resapan
air. Bahkan saat ini sudah mulai dikhawatirkan oleh pihak pengelola Taman Nasional Cibodas bahwa apabila tidak dikontrol perkembangan kawasan Agropolitan
bisa mengancam keberdaan Taman Nasional. Penurunan produktivitas lahan terjadi karena penguasaan lahan yang semakin
sempit, sehingga pemanfaatannya semakin intensif dan pada akhirnya tanah tidak pernah diistirahatkan diberakan. Akibatnya produktivitas lahan pertanian dari
tahun ke tahun mengalami penurunan. Demikian pula pemakaian pupuk dan obat- obatan yang sangat intensif dikhawatirkan pula akan bisa mencemari lahan. Dengan
demikian dari sisi SDA boleh dikatakan kawasan agropolitan ini membutuhkan upaya -upaya perbaikan kualitas lingkungan agar usaha tani yang dijalankan bisa
berkelanjutan.
4.1.2. Kawasan Agropolitan Brebes-Larangan Kabupaten Brebes a. Lingkungan Biofisik
Kawasan pertanian Brebes belum dicanangkan sebagai kawasan agropolitan. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan data sekunder, apabila kawasan ini
akan dijadikan kawasan agropolitan maka Kecamatan Brebes-Larangan dapat digunakan sebagai kecamatan inti dengan bawang merah, cabai merahcabai rawit
dan ternak itik bebek dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan. Kawasan pertanian Brebes -Larangan meliputi wilayah administratif antara
lain Desa Larangan, Kedungbokor, Karangbale, Luwunggede, Sitanggal, Siandong, dan Rengaspendawa Kecamatan Larangan, dan Desa Kalimati, Lembarawa, Krasak,
Padasugih, Terlangu, Banjaranyar, Kaligangsa Kulon, Limbangan Wetan, Limbangan Kulon, Sigambir, Pagejugan, Tengki, dan Kaliwlingi Kecamatan Brebes.
Selain itu ada dua kecamatan pendukung seba gai hinterlandnya, yaitu Kecamatan
Bulakamba dan Wanasari Gambar 12.
P R O G R A M S TU D I PS L S EK O LA H P A SC AS AR J A N A
IN S T I TU T P ER T A N I AN B O G O R 200 5
P R O G R A M S TU D I PS L S EK O LA H P ASC AS A R J A N A
I N ST I T U T P ER T A N IA N B O G O R 2 00 5
P ro y e k s i : T r an sv er s e M er c at o r S i s t e m Gr i d : U T M
D a t u m H o ri zo nt a l : D G N - 95 S U M B E R PE T A :
P e t a R up ab um i D i git al I n do ne s i a l e m b ar 1 30 9- 2 2 2 , 31 1 ,3 1 3 , 5 44 d ik e lu ar k an B A K O SU R T A N A L t ah u n 20 0 0
LE G EN D A :
PE TA LO KAS I
5 5 Ki lometers
N
270000
270000 280000
280000 290000
290000 30000 0
30000 0 9
2 2
00 9
2 2
00 9
2 3
00 00
9 23
00 9
24 9
2 4
00 9
25 00
9 2
5 00
00
D a ra ta n La u t J a w a
Ba t as Ke c am at a n K ec a m a t an B re be s
K ec a m a t an L ar ang a n K ec a m a t an W a na s ar i
Ke la s J a la n J A LA N N E G A R A
J A LA N PR O V I N S I J A LA N KA BU P AT EN
J A LA N PO R O S D E SA J A LA N KE R ET AP I
S un ga i da n I ri ga s i B at a s Adm in is tr a s i D e s a
LO K A SI S TU DI KA B UP ATE N B RE BE S
L O K A S I S TU DI K AB U P A TEN B R E B ES
LA U T J A W A
SA MUD ERA HINDIA PROVI NSI J AWATEN GA
H
PR O V
I N S I
JA WA
B A R A
T
Lo kasi
Kodya Tegal
K AB UP ATE N TE GA L
Kec am atan J at iba rang
K e ca ma ta n B r eb es
Ke cam at an W an as ar i
Ke c am a tan Lar an gan
Ke c am at an Bu la k am b a
K e ca ma ta n K e ta n g g u n ga n
LAUT JAWA
KABUPATE N BRE BES
PETA ADMINISTRASI PETA ADMINISTRASI
Gambar 12. Peta Administrasi Kawasan Agropolitan Brebes-Larangan Kabupaten Brebes
70
71
Kawasan pertanian yang meliputi empat kecamatan ini, yang secara administratif berbatasan:
• sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa
• sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jatibarang dan Songgom
Kabupaten Brebes dan wilayah Kabupaten Tegal •
sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung dan Ketanggungan Kabupaten Brebes
• sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Salem, Bantar Kawung, dan
Tonjong Kabupaten Brebes Pusat pertumbuhan kawasan pertanian ini adalah Desa Larangan dan
Sitanggal yang berada di wilayah sentra produksi bawang merah dan cabai merah, serta Desa Limbangan Wetan yang merupakan sentra ternak itik.
Kecamatan Brebes dan Larangan meliputi total luas wilayah 9511 ha yang terletak pada ketinggian tempat 4 - 13 dpl, dengan topografi wilayah seluruhnya
datar. Curah hujan di wilayah ini sekitar 2.151 mm per tahun dengan jumlah hari hujan sekitar 137 hari. Musim penghujan terjadi pada bulan Nopember hingga April
dengan curah hujan tertinggi pada bulan Januari yaitu 508 mmbln. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei hingga Oktober dengan curah hujan terendah pada bulan
Agustus yaitu 0 mmbln. Suhu rata-rata malam hari berkisar antara 26 °
C hingga 28
° C, sedangkan pada siang hari berkisar antara 30
° C hingga 32
° C.
Pola pemanfaatan ruang di Kecamatan Brebes dan Larangan terdiri atas perumahan dan pemukiman, lahan basah sawah, tambak, dan lahan kering dapat
dilihat pada Gambar 13. Penggunaan lahan di kawasa n ini sebagaian besar adalah
untuk sawah yaitu mencapai 5995 ha 63 yang umumnya berpengairan teknis. Tidak ada lahan yang digunakan untuk perkebunan ataupun kehutanan. Secara
proporsional dapat dilihat pada Gambar 14.
Air yang digunakan masyarakat untuk kebutuhan kegiatan rumah tangga sehari-hari berasal dari PDAM, sumur gali dan sungai. Sedangkan untuk kebutuhan
usahatani digunakan air sungai. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari air dapat dicukupi dengan sumber air tersebut sepanjang tahun. Pada musim penghujan
sebagian besar lahan usahatani rawan banjir, terutama jika terjadi hujan di daerah
72 hulu. Akan tetapi pada musim kemarau, lahan usahatani seringkali kekeringan dan
petani menemuni kesulitan mendapatkan air.
b. Sumberdaya SosialKelembagaan