BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang kinerja dan dampak pengembangan pada 4 kawasan agropolitan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan tingkat kemajuan wilayah, kelengkapan lembaga penunjang sistem usahatani dan keragaan usahatani komoditas unggulan, potensi keruangan
untuk pengembangan komoditas unggulan. a. Kawasan agropolitan Cianjur merupakan kawasan agropolitan yang relatif
maju dilihat kelengkapan sarana prasaran permukiman, transportasi dan pemasaran sebagai dampak kawasan urban Ibukota. Tingkat kemajuan desa-
desa di kawasan ini masih belum merata dan terdapat kesenjangan yang cukup besar. Lembaga penunjang sistem usahatani secara kuantitatif termasuk
tinggi, tetapi kinerja usahatani dilihat dari rasio keuntungan dan biaya masih rendah. Potensi keruangan untuk pengembangan komoditas unggulan relatif
terbatas. b. Kawasan agropolitan Brebes merupakan kawasan agropolitan yang relatif
kurang maju dilihat dari kelengkapan sarana prasarana permukiman, transportasi, dan pemasaran karena jauh dari pengaruh kawasan urban.
Tingkat kemajuan desa di kawasan ini belum merata, masih terdapat kesenjangan kemajuan antar desa yang relatif besar. Lembaga penunjang
sistem usahatani dan kinerja usahatani masih rendah. Potensi keruangan untuk pengembangan komoditas unggulan sangat besar.
c. Kawasan agropolitan Pemalang merupakan kawasan agropolitan yang relatif kurang maju dilihat dari kelengkapan sarana dan prasaran permukiman,
transportasi, dan pemasaran. Jauh dari pe ngaruh kawasan urban. Tidak terdapat kesenjangan tingkat kemajuan antar desa di dalam kawasan.
Lembaga penunjang sistem usahatani secara kuantitatif cukup tinggi dan kinerja usahatani komoditas unggulan juga tinggi. Potensi keruangan untuk
pengembangan komoditas unggulan relatif terbatas.
218
d. Kawasan agropolitan Sleman merupakan kawasan yang relatif maju dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana permukiman, transportasi, dan
pemasaran. Dekat dengan kawasan urban ibukota propinsi. Tingkat kemajuan desa di dalam kawasan belum merata, masih terdapat kesenjangan kemajuan
antar desa yang yang relatif besar. Lembaga penunjang sistem usahatani relatif tinggi, tetapi kinerja usahatani komoditas unggulan termasuk rendah.
Potensi keruangan untuk pengembangan komoditas unggulan sangat terbatas. 2. Pengembangan agropolitan sebagai pendekatan pembangunan perdesaan secara
umum menghadapi kendala lahan garapan yang terbatas, alih fungsi lahan, degradasi lingkungan, permodalan, kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan,
dan pemasaran. 3. Pengembangan agropolitan secara berkelanjutan dapat terwujud jika program
pengembangan diarahkan dengan tujuan konservasi sumber daya, pengembangan agrobisnis dan agroindustri, peningkatan sinergi pembangunan antar wilayah,
peningkatan kesempatan berusaha, dan pengembangan iklim usaha, dengan memperhatikan potensi spesifik kawasan.
4. Program prioritas yang dibutuhkan dalam pengembangan agropolitan adalah peningakatan SDM pertanian yang berkualitas, peningkatan produktivitas
usahatani, pasar dan pemasaran, kemitraan usaha, pembangunan agroindustri, peningkatan kinerja lembaga penunjang sistem usahatani.
5. Pengembangan model dinamik agropolitan dapat memprediksi secara lebih dini pola pertumbuhan produksi, pertumbuhan limbah, dan kerusakan lingkungan
sehingga kebjikan-kebijakan strategis yang berkaitan dengan upaya peningkatan agropolitan dapat diantisipasi secara lebih dini pula.
6. Model dinamik agropolitan temasuk model yang mengikuti pola dasar Archetype Limit to Success, alternatif kebijakan yang sesuai untuk menghindari over use
lahan produksi adalah dengan kebijakan perubahan input produsi dan teknologi. 7. Pertumbuhan produksi merupakan Leverage factor dari model dinamik
agropolitan. Oleh karena itu orientasi kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah kebijakan yang dapat meningkatkan kuantitas dan
kualitas produk secara berkelanjutan.
219
8. Pengembangan agropolitan sebagai pendekatan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan dapat tercapai ketika peningkatan produksi pertanian dan
peningkatan sarana dan prasarana permukiman, transportasi, dan pemasaran disertai dengan peningkatan konservasi sumberdaya alam; pengembangan
agrobisnis dan pembangunan agroindustri dibarengi dengan perbaikan pemasaran secara berkesinambungan; perencanaan dan pelaksanaan program dibarengi
dengan peningkatan peran dan kinerja kelembagaan yang ada .
5.2. Saran