175
d. Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman Elemen Tujuan Program.
Hasil analisis dengan menggunakan metode ISM terhadap 9 sub elemen tujuan program yang disusun dalam reachability matrix final
Tabel 36 menunjukkan bahwa sub elemen mengembangkan agrobisnis dan
agroindustri 6 merupakan sub elemen kunci tujuan program. Tabel 36. Hasil Reachability Matrix Final Dari Elemen Tujuan Program
Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman
1 2
3 4
5 6
7 8
9 DP
EK 1
1 1
1 1
1 1
1 7
2
2
1 1
1 1
1 1
6 3
3 1
1 1
1 1
5 4
4 1
1 1
1 1
1 1
7 2
5 1
1 1
1 1
1 6
3
6 1
1 1
1 1
1 1
1 8
1
7 1
1 1
3 5
8 1
1 1
1 1
5 4
9
1 1
1 1
1 5
4
D 2
6 6
6 6
7 4
7 8
L 5
3 3
3 3
2 4
2 1
Catatan : D : Dependence
DP : Driver Power L : Level
EK : Elemen Kunci
Hasil pengelompokan masing-masing sub elemen berdasarkan
Driver Power DP dan Dependent
D menunjukkan bahwa sub elemen meningkatkan sinergi
pembangunan antar wilaya h 7 bersifat autonomous sektor I yang berarti tidak berkaitan dengan sistem. Sub elemen melaksanakan koservasi sumberdaya alam 3,
meningkatkan pendapatan masyarakat 8, dan meningkatkan perekonomian daerah 9 terikat dengan sub elemen lainnya karena bersifat dependent sektor II. Sub
elemen memaksimalkan lahan pertanian 1, meningkatkan produktivitas pertanian 2, mengembangkan kebijakan sistem usaha 4, meningkatkan kesempatan dan
kemampuan berusaha 5 bersifat linkage sektor III dengan sub elemen lain sehingga harus ditelaah secara hati-hati dalam pengembangan program. Sub elemen
mengembangkan agribisnis dan agroindustri 6 bersifat independent sektor IV, yang berarti bahwa sub elemen tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang besar
176
6
3,8,9 1,4
1 7
Dependence 9
7 8
6 5
3 4
2 Independent
Linkage
Autonomous 1
2 3
4 5
6 7
8 9
I II
IV III
2,5
Dependence
Driver Power
terhadap keberhasilan program Gambar 48. Demikian juga berdasarkan model
struktur hirarki pada sub elemen tujuan program yang berhasil disusun dapat dilihat bahwa sub elemen pengembangan agrobisnis dan agroindustri 6 mempunyai
kekuatan penggerak yang besar terhadap keberhasilan program Gambar 49.
Gambar 48. Hubungan Driver Power DP dan Dependent D pada Elemen Tujuan Program Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-
Cangkringan Kabupaten Sleman
Gambar 49. Diagram Model Struktur Hirarki Sub Elemen Tujuan Program Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten
Sleman
Elemen Kebutuhan Program. Hasil analisis menggunakan ISM didapatkan
reachability matrix final seperti Tabel 37. Berdasarkan tabel tersebut dapat ditarik
Level 1 Level 2
Level 3 Level 4
Level 5 7
3 9
3 2
5 1
4 6
Level 1 Level 2
Level 3 Level 4
Level 5 7
3 9
3 2
5 1
4 6
177
kesimpulan bahwa yang menjadi elemen kunci elemen kebutuhan program adalah sub elemen SDM pertanian yang berkualitas 4, lembaga penyedia input pertanian
5 dan kemitraan usaha 10. Tabel 37. Hasil Reachability Matrix Final dari Sub Elemen Kebutuhan
Program Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 DP
EK 1
1 1
1 1
1 1
1 7
3
2 1
1 1
1 1
1 6
4
3 1
1 1
1 1
1 1
1 8
2
4 1
1 1
1 1
1 1
1 1
9 1
5 1
1 1
1 1
1 1
1 1
9 1
6 1
1 1
1 1
1 1
7 3
7 1
1 1
3 5
8 1
1 1
1 1
1 6
4
9 1
1 1
1 1
1 6
4
10 1
1 1
1 1
1 1
1 1
9 1
11 1
1 1
1 1
1 1
7 3
12 1
1 1
1 1
1 1
7 3
13 1
1 1
1 1
1 1
1 8
2
D 3
7 5
6 10
10 8
6 7
7 9
9 5
L 7
4 6
5 1
1 3
5 4
4 2
2 6
Catatan : D : Dependent
DP : Driver Power L : Level
EK : Elemen Kunci
Pengelompokan masing-masing sub elemen berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D menunjukkan bahwa sub elemen teknologi pascapanen 2,
fasilitas pelayanan pertanian 8, teknologi pascapanen 7, pasar dan pemasaran menjadi variabel terikat dan dipengaruhi oleh sub elemen lainnya karena bersifat
dependence sektor II. Sub elemen tata ruang pertania n 1, ketersediaan lahan 30, teknologi budidaya 7, agroindustri perdesaan 11, lembaga pengkajian 12,
lembaga keuangan 13 berada disektor III bersifat linkage yang berarti harus ditelaah secara hati-hati dalam mengembangkan program. Sub elemen SDM
pertanian 4, lembaga penyedia input 5, kemitraan usaha 10 bersifat independence sektor IV yang mempunyai pengaruh kuat terhadap sub elemen
178
1 2,8,9
9 7
8 6
5 3
4 2
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13
10 11
12 13
4,5,10 1,6,11,12
7 3,13
Independence IV
III
I II
Dependence Autonomous
Linkage
Dependence Driver Power
lainnya Gambar 50. Hasil yang sama diperoleh dari model struktur hirarki yang berhasil disusun Gambar 51.
Gambar 50. Hubungan Driver Power DP dan Dependence D pada Elemen Kebutuhan Program Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-
Cangkringan Kabupaten Sleman
Gambar 51. Diagram Model Struktur Hirarki Sub Elemen Kebutuhan Program Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan
Kabupaten Sleman
Elemen Kendala Program. Hasil analisis dengan menggunakan model ISM
terhadap 11 sub elemen kendala program, diperoleh reachability matrix final seperti
Level 1 Level 2
Level 3 Level 4
Level 5 7
8 9
2
3 13
6 1
11 12
5 10
4 Level 1
Level 2 Level 3
Level 4 Level 5
7 8
9 2
3 13
6 1
11 11
12 12
5 10
4
179
pada Tabel 38. Tabel tersebut menunjukkan bahwa sub elemen fasilitas pelayanan
pertanian yang belum mamadai 7 dan lembaga penyuluh dan alih teknologi yang belum efektif 9 merupakan sub elemen kunci adalah sebagai kendala yang dapat
mempengaruhi keberhasilan program. Tabel 38. Hasil Reachability Matrix Final dari Elemen Kendala Program
Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 DP
EK 1
1 1
1 1
1 1
6 3
2 1
1 1
1 1
5 4
3 1
1 1
1 1
5 4
4 1
1 1
1 1
1 6
3
5 1
1 1
1 1
5 4
6 1
1 1
1 1
5 4
7 1
1 1
1 1
1 1
1 8
1
8 1
1 1
3 5
9 1
1 1
1 1
1 1
1 8
1
10 1
1 1
1 1
1 1
7 2
11 1
1 1
1 1
1 6
3
D 2
2 6
8 9
6 5
7 4
6 9
L 7
7 4
2 1
4 5
3 6
4 1
Catatan : D : Dependence
DP : Driver Power L : Level
EK : Elemen Kunci
Berdasarkan pengelompokan masing-masing sub elemen berdasarkan Driver Power DP dan Dependence D terlihat bahwa sub elemen tingkat pemilikan lahan
sempit 2, fragmentasi dan penyebaran lahan 3, pemilihan lahan absentia 5, alih fingsi lahan 6 dan tingkat penerapan teknologi pertanian belum optimal 8
merupakan sub elemen terikat terhadap sub elemen lainnya karena bersifat dependence .sektor II. Sub elemen belum ada tata ruang 1 , kualitas sumberdaya
pertanian belum memadai 4 dan perubahan perilaku pelaku usaha pertanian 11 bersifat linkage sektor III yang memberi petunjuk bahwa sub elemen ini di telaah
secara hati-hati karena hubungan antar sub elemen tidak stabil. Sedangkan sub elemen fasilitas pelayanan pertanian belum memadai 7, lembaga penyuluhan dan
alih teknologi relatif belum efektif 9 dan dukungan lembaga permodalan belum
180
memadai 10 berada di dalam sektor IV independence. Hal ini memberi petunjuk bahwa sub elemen ini mempunyai pengaruh dan sebagai kendala sangat kuat
terhadap keberhasilan program Gambar 52
Gambar 52. Hubungan Driver Power DP dan Dependence D pada Elemen Kendala Program Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-
Cangkringan Kabupaten Slema n
Model struktur hirarki yang berhasil disusun menunjukkan bahwa sub elemen kendala program fasilitas pelayanan pertanian 7 dan sub elemen lembaga
penyuluhan dan alih teknologi yang belum efektif 9 menjadi kendala program yang
mempunyai pengaruh kuat terhadap keberhasilan program Gambar 53.
Gambar 53. Diagram Model Struktur Hirarki Sub Elemen Kendala Program Kawasan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten
Sleman
Level 1 Level 2
Level 3 Level 4
Level 5 8
4 11
1 3
2 5
6
10 7
9 Level 1
Level 2
Level 3 Level 4
Level 5 8
4 11
1 3
2 5
5 6
6
10 7
9
1 Dependence
9 7
8 6
5 3
4 2
Dependent Linkage
Autonomous 1
2 3
4 5
6 7
8 9
I II
IV III
10 11
10 11
10 2,3,5,6
8 7,9
1,4,11
Dependence
Driver Power
Independenc e e
Linkage
Dependence Dependence
181
Secara keseluruhan, hasil analisis kelembagaan keempat kawasan agropolitan yang dikaji menggunakan metode ISM dapat dirangkum sebagaimana disajikan pada
Tabel 39.
Tabel 39. Rangkuman Hasil Analisis Kelembagaan di Empat Kawasan Agropolitan
Kawasan Agropolitan
Tujuan Program Kebutuhan
Program Kendala
Pacet Kab. Cianjur
- konservasi sumberdaya
- pengembangan agrobisnis
- meningkatkan sinergi
pembangunan antar wilayah
- SDM pertanian yang berkualitas
- pasar dan pemasaran - kemitraan usaha
- agroindustri perdesaan
- tingkat pemilikan lahan sempit
- alih fungsi lahan - kualitas sumberdaya
manusia pertanian tingkat penerapan
teknologi pertanian belum optimal
- lembaga penyuluhan dan alih teknologi
relatif belum efektif Brebes –
Larangan Kab. Brebes
- memaksimalkan penggunaan lahan
pertanian - meningkatkan
produktivitas pertanian
mengembangkan iklim usaha
- meningkatkan kesempatan dan
kemampuan berusaha
mengembangkan agrobisnis dan
industri - kemitraan usaha
- agroindustri perdesaan
- tingkat pemilikan lahan sempit
- fragmentasi dan penyebaran lahan
- pemilikan lahan absentia
- lembaga penyuluhan dan alih teknologi
relatif belum efektif
Belik -
Pulosari, Kab. Pemalang
- memaksimalkan penggunaan lahan
pertanian - meningkatkan
produktivitas pertanian
- mengembangkan - tata ruang wilayah
pertanian - dukungan kebijakan
pusat daerah - fasilitas pelayanan
pertanian - tingkat penerapan
teknologi pertanian belum optimal
- lembaga penyuluhan dan alih teknologi
relatif belum efektif - dukungan lembaga
182
Kawasan Agropolitan
Tujuan Program Kebutuhan
Program Kendala
kebijakan iklim usaha
- mengembangkan agrobisnis dan
agroindustri - meningkatkan
pendapata n masyarakat
- SDM pertanian yang berkualitas
- teknologi budidaya pertanian
- pasar dan pemasaran - kemitraan usaha
permodalan belum memadai
- perubahan perilaku pelaku usaha
pertanian
Turi-Pakem- Cangkringan,
Kab. Sleman - pengembangan
agrobisnis dan agroindustri
- SDM pertanian - lembaga penyedia
input - kemitraan usaha
- fasilitas pelayanan pertanian belum
memadai - lembaga penyuluhan
dan alih teknologi relatif belum efektif
- dukungan lembaga permodalan belum
memadai
Dari hasil analisis tersebut diatas kemitraan usaha, pemasaran dan kwalitas SDM menjadi elemen kunci keberhasilan pengembangan agropolitan. Pernyataan ini
sejalan dengan pendapat Hughes 2002 dan Mubyarto 1999, bahwa keterlibatan semua stakeholders dalam proses pembangunan dan perkuatan kelembagaan lokal
menjadi kunci kesuksesan.
4.2.8. Ikhtisar Kinerja Kawasan Agropolitan
a. Kawasaan Agropolitan Pacet Kabupaten Cianjur