Kawasaan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman

produksi tanaman akan lebih banyak dibandingkan dengan pemakaian pupuk atau obat-obatan yang terbatas. Sebagai contoh biaya pupuk untuk tanaman kubis sebesar Rp. 4.826.042,- atau hampir 90 persen dari biaya tunai. Dalam ekspektasi meningkatka n kualitas produksi panen, petani juga menggunakan pupuk mikro. Hasil analisis usahatani menunjukkan bahwa usahatani kubis yang dilakukan petani di dataran tinggi Kabupaten Pemalang sangat menguntungkan, sekalipun tidak sebesar cabai merah. Penghitungan nilai rasio RC untuk komoditas ini adalah 2,3 Lampiran 11b. Hasil manfaat usahatani di Kabupaten Pemalang dilihat dari nilai perbandingan antara penerimaan kotor dan biaya , baik biaya tunai maupun biaya yang diperhitungkan, untuk usahatani kubis dan cabai secara keseluruhan. Hasil analisis gabungan kedua komoditas tersebut diperoleh nilai rasio RC sebesar 2,90 Lampiran 11c. Hasil tersebut menunjukkan bahwa imbalan yang diperoleh petani dalam mengusahakan kubis dan cabai adalah sebesar 290 dari total biaya yang digunakan. Oleh karena tingkat keuntungan yang cukup besar inilah maka wajar jika kedua jenis komoditas pertanian tersebut mendominasi kawasan agropolitan Pemalang.

d. Kawasaan Agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman

Di kabupe tan Sleman, komoditas yang menjadi fokus kajian adalah salak dan cabai yang merupakan komoditas unggulan. Khusus untuk tanaman salak, Kabupaten Sleman dikenal dengan salak pondohnya. Bagi sebagian petani usahatani salak sekarang lebih menguntungkan karena biaya perawatan baik pemupukan dan pemberantasan hama penyakit lebih rendah dibandingkan pada saat awal penanaman. Bahkan pada saat kajian petani tidak melakukan pemberantasan hama dan penyakit. Petani melakukan pemupukan dengan biaya yang relatif rendah dan hanya dua jenis pupuk saja yaitu pupuk kandang dan pupuk NPK. Biaya lain yang cukup besar adalah biaya bibit yaitu sebesar Rp. 8.000.000,- pada saat awal tanam. Selalin itu juga biaya untuk tenaga kerja yang perlu diperhitungkan yaitu sebesar Rp. 7.535.000,- yang terdiri dari Rp. 5.535.000 upah pria dan Rp. 2.000.000 upah wanita selama satu tahun. Oleh karena itu, jika hanya berdasarkan pada biaya yang tunai, maka akan diperoleh nilai rasio RC sangat tinggi, yaitu mencapai 14.15. Sementara itu jika memperhitungkan seluruh biaya yang dikeluarkan, termasuk untuk bibit dan tenaga kerja, maka diperoleh nilai rasio RC 1.99 Lampiran 12a. Nilai tersebut termasuk cukup baik dalam usahatani, karena berarti imbalan yang diterima petani adalah 99 dari modal yang dikeluarkan. Untuk komoditas cabai merah, nilai rata -rata penjualan petani dalam satu hektar selama satu musim tanam cabai adalah Rp. 30.534.000,- Luas panen petani cabai di Sleman bervariasi antara 0,15 hektar sampai 4 hektar demikian pula produksinya antara 0,5 ton sampai 32 ton bergantung luas lahan yang ditanam. Besarnya nilai penjualan tidak identik dengan besar nisbah manfaat biaya yang dihasilkannya. Nilai rasio RC biaya total untuk usahatani tanaman cabai hanya 1, 6 Lampiran 12b. jauh lebih kecil dibandingkan dengan rasio RC tanaman salak. Namun dari sudut keuntungan nominal keuntungan usahataninya hampir sama jika dihitung dalam waktu usahatani. Jika dihitung berdasarkan analisis gabungan dari kedua komoditas unggulan tersebut untuk mewakili nilai rasio RC usahatani di kawasan agropolitan, maka akan diperoleh nilai rasio RC sebesar 1,78 Lampiran 12c. Nilai tersebut menunjukkan bahwa budidaya komoditas unggulan di kawasan agropolitan Turi-Pakem- Cangkringan Kabupaten Sleman secara ekonomis relatif menguntungkan. Balas jasa dari modal usahatani yang digunakan petani untuk menanam kedua jenis tanaman unggulan, yaitu salak dan cabai, adalah sebesar 78.

4.2. 4. Analisis Kuadran