sebaran ketersediaan sarana permodalan relatif berada pada wilayah desa yang strategis dan dekat dengan pusat ibu kota kecamatan.
Berdasarkan indeks karakteristik rumah tangga dan ketersediaan sarana penunjang pertanian, wilayah desa yang memiliki hierarki paling tinggi adalah
wilayah desa Wukir Sari Kecamatan Cangkringan yang dicirikan oleh tingginya indeks jumlah keluarga pertanian tanaman pangan dan indeks ketersediaan sarana
produksi pertanian paling tinggi dan jenisnya relatif lebih lengkap dibandingkan dengan wilayah desa lainnya. Sedangkan wilayah desa yang memiliki hierarki
paling rendah adalah wilayah desa Kepuh Harjo Kecamatan Cangkringan yang dicirikan oleh rendahnya indeks jumlah keluarga pertanian dan jumlah ketersediaan
sarana produksi pertanian Tabel 12. Data yang digunakan dalam analisis
skalogram untuk kawasan agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 12. Hierarki Wilayah Desa Berdasarkan Analisis Skalogram di Kawasan Agropolitan Sleman
Ranking Hierarki
Kecamatan DesaKelurahan
Jumlah Jenis Sarana
Prasarana Jumlah Unit
Sarana Prasarana
Kepadatan Penduduk
jiwakm
2
1 Pakem
Pakem Binangun 18
181
1 371.05
2 Cangkringan
Argo Mulyo 17
88
891.85
3 Turi
Dono Kert o 15
104
801.35
4 Pakem
Hargo Binangun 13
572
881.57
5 Pakem
Purwo Binangun 13
144
564.29
6 Turi
Giri Kerto 11
48
1 187.72
7 Pakem
Harjo Binangun 11
87
935.69
8 Cangkringan
Wukir Sari 11
69
651.72
9 Cangkringan
Umbul Harjo 11
36
469.37
10 Turi
Bangu n Kerto 11
84
1 204.13
11 Turi
Wono Kerto 10
82
759.43
12 Pakem
Candi Binangun 9
98
544.35
13 Cangkringan
Kepuh Harjo 7
24
300.00
14 Cangkringan
Glagah Harjo 7
13
419.87
4.2. 2. Kemajuan Wilayah Berdasarkan Indeks Perkembangan Wilayah IPD
Indeks Perkembangan Desa merupakan indeks komposit yang dibangun berdasarkan indeks atau rasio-rasio yang menjadi ukuran tingkat kemajuan secara
relatif dalam suatu wilayah. Beberapa indikator dan variabel operasional yang
digunakan dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa, diantaranya meliputi: 1 tingkat kecukupan dan ketersediaan sarana perekonomian, 2 tingkat kecukupan
saranaprasarana pendidikan, 3 tingkat kecukupan saranaprasaran informasi dan komunikasi, 4 tingkat kecukupan saranaprasarana sosial dan keagamaan,
5 karakteristik penduduk dan rumah tangga yang meliputi, jumlah kemiskinan, mata pencaharian, jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera I, dan jumlah penduduk
penganggur; dan 6 karakteristik umum wilayah yang meliputi jarak desa terhadap pusat ibukota kecamatan dan kabupatenkota, status daerah, dan tipe desa.
Dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa IPD ini dilakukan beberapa tahapan analisis, diantaranya yaitu:
a Identifikasi terhadap jenis variabel atau peubah yang digunakan dalam perhitungan penentuan indeks dari beberapa sumber data yang tersedia
b Setiap variabel atau peubah dilakukan pembobotan dengan menggunakan luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah keluarga KK atau proporsi
terhadap jumlah pendudukluas wilayah atau jumlah KKluas wilayah; c Masing-masing variabel atau peubah hasil pembobotan tersebut masih
memiliki satuan yang berbeda -beda dan semuanya belum memiliki arah yang sama. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam proses perhitungan
selanjutnya data-data tersebut dila kukan standarisasi dengan menggunakan nilai standar deviasi. Sedangkan untuk data-data yang belum memiliki arah
yang sama ada data yang semakin besar nilainya menunjukan kondisi yang baik dan ada yang menunjukan kondisi yang sebaliknya. Untuk itu, sebelum
digunakan dalam perhitungan selanjutnya, data -data tersebut standarisasi dengan penyamaan arah terlebih dahulu.
d Untuk penentuan nilai Indeks Perkembangan, selanjutnya nilai dari masing- masing variable data yang telah distandarisasi dilakukan penjumlahan
indeks komposit. Hasil Penjumlahan tersebut merupakan indeks komposit yang merupakan Indeks Perkembangan Desa. Nilai Indeks Perkembangan
tinggi menunjukkan bahwa tingkat perkembangan wilayah tersebut relatif majuberkembang, sedangkan nilai Indeks Per kembangan Rendah
menunjukkan bahwa tingkat perkembangan wilayah tersebut relatif lambattertinggal.
Struktur data yang digunakan dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa merupakan data indeksrasio yang bersumber darai Data Potensi Desa PODES,
2003. Variabel indeksrasio yang digunakan dalam analisis ini merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pembentukan Indeks Perkembangan Desa.
Untuk melihat gambaran umum tingkat perkembangan desa-desa pada setiap kawasan agropolitan dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien ragam CV, nilai
minimum, nilai maksimum, dan nilai rataan. Berdasarkan nilai koefisien ragamya, kawasan-kawasan yang memiliki tingkat keragaman besar adalah kawasan
agropolitan Cianjur dengan nilai koefisien ragam 1.06, kawasan agropolitan Brebes dengan nilai koefisien ragam 1,32, kawasan agropolitan Sleman dengan nilai
koefisien ragam 1,10 Tabel 13. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perkembangan
desa-desa di kawasan tersebut memiliki tingkat perkembangan yang relatif bervariasi. Sedangkan untuk kawasan agropolitan Pemalang, memiliki koefisien
ragam 1, ini menggambarkan bahwa tingkat keragaman nilai Indeks Perkembangan Desa untuk wilayah di kawasan tersebut relatih lebih homogen.
Tabel 13. Resume Hasil Analisis Indeks Perkembangan Desa di Setiap Kawasan Agropolitan
Nilai Indeks Perkembangan Desa IPD Kawasan
Agropolitan Nilai
Minimum Nilai
Maksimum Rataan
Standar Deviasi
Koefisien Keragaman CV
Cianjur 1.15
96.69 15.19
16.11 1.06
Brebes 4.37
122.91 15.48
20.46 1.32
Pemalang 30.27
91.35 50.87
16.44 0.32
Sleman 0.74
62.74 14.53
15.92 1.10
a. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Cianjur