2. Kemajuan Wilayah Berdasarkan Indeks Perkembangan Wilayah IPD

sebaran ketersediaan sarana permodalan relatif berada pada wilayah desa yang strategis dan dekat dengan pusat ibu kota kecamatan. Berdasarkan indeks karakteristik rumah tangga dan ketersediaan sarana penunjang pertanian, wilayah desa yang memiliki hierarki paling tinggi adalah wilayah desa Wukir Sari Kecamatan Cangkringan yang dicirikan oleh tingginya indeks jumlah keluarga pertanian tanaman pangan dan indeks ketersediaan sarana produksi pertanian paling tinggi dan jenisnya relatif lebih lengkap dibandingkan dengan wilayah desa lainnya. Sedangkan wilayah desa yang memiliki hierarki paling rendah adalah wilayah desa Kepuh Harjo Kecamatan Cangkringan yang dicirikan oleh rendahnya indeks jumlah keluarga pertanian dan jumlah ketersediaan sarana produksi pertanian Tabel 12. Data yang digunakan dalam analisis skalogram untuk kawasan agropolitan Turi-Pakem-Cangkringan Kabupaten Sleman dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 12. Hierarki Wilayah Desa Berdasarkan Analisis Skalogram di Kawasan Agropolitan Sleman Ranking Hierarki Kecamatan DesaKelurahan Jumlah Jenis Sarana Prasarana Jumlah Unit Sarana Prasarana Kepadatan Penduduk jiwakm 2 1 Pakem Pakem Binangun 18 181 1 371.05 2 Cangkringan Argo Mulyo 17 88 891.85 3 Turi Dono Kert o 15 104 801.35 4 Pakem Hargo Binangun 13 572 881.57 5 Pakem Purwo Binangun 13 144 564.29 6 Turi Giri Kerto 11 48 1 187.72 7 Pakem Harjo Binangun 11 87 935.69 8 Cangkringan Wukir Sari 11 69 651.72 9 Cangkringan Umbul Harjo 11 36 469.37 10 Turi Bangu n Kerto 11 84 1 204.13 11 Turi Wono Kerto 10 82 759.43 12 Pakem Candi Binangun 9 98 544.35 13 Cangkringan Kepuh Harjo 7 24 300.00 14 Cangkringan Glagah Harjo 7 13 419.87

4.2. 2. Kemajuan Wilayah Berdasarkan Indeks Perkembangan Wilayah IPD

Indeks Perkembangan Desa merupakan indeks komposit yang dibangun berdasarkan indeks atau rasio-rasio yang menjadi ukuran tingkat kemajuan secara relatif dalam suatu wilayah. Beberapa indikator dan variabel operasional yang digunakan dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa, diantaranya meliputi: 1 tingkat kecukupan dan ketersediaan sarana perekonomian, 2 tingkat kecukupan saranaprasarana pendidikan, 3 tingkat kecukupan saranaprasaran informasi dan komunikasi, 4 tingkat kecukupan saranaprasarana sosial dan keagamaan, 5 karakteristik penduduk dan rumah tangga yang meliputi, jumlah kemiskinan, mata pencaharian, jumlah keluarga pra sejahtera dan sejahtera I, dan jumlah penduduk penganggur; dan 6 karakteristik umum wilayah yang meliputi jarak desa terhadap pusat ibukota kecamatan dan kabupatenkota, status daerah, dan tipe desa. Dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa IPD ini dilakukan beberapa tahapan analisis, diantaranya yaitu: a Identifikasi terhadap jenis variabel atau peubah yang digunakan dalam perhitungan penentuan indeks dari beberapa sumber data yang tersedia b Setiap variabel atau peubah dilakukan pembobotan dengan menggunakan luas wilayah, jumlah penduduk, dan jumlah keluarga KK atau proporsi terhadap jumlah pendudukluas wilayah atau jumlah KKluas wilayah; c Masing-masing variabel atau peubah hasil pembobotan tersebut masih memiliki satuan yang berbeda -beda dan semuanya belum memiliki arah yang sama. Oleh karena itu, sebelum digunakan dalam proses perhitungan selanjutnya data-data tersebut dila kukan standarisasi dengan menggunakan nilai standar deviasi. Sedangkan untuk data-data yang belum memiliki arah yang sama ada data yang semakin besar nilainya menunjukan kondisi yang baik dan ada yang menunjukan kondisi yang sebaliknya. Untuk itu, sebelum digunakan dalam perhitungan selanjutnya, data -data tersebut standarisasi dengan penyamaan arah terlebih dahulu. d Untuk penentuan nilai Indeks Perkembangan, selanjutnya nilai dari masing- masing variable data yang telah distandarisasi dilakukan penjumlahan indeks komposit. Hasil Penjumlahan tersebut merupakan indeks komposit yang merupakan Indeks Perkembangan Desa. Nilai Indeks Perkembangan tinggi menunjukkan bahwa tingkat perkembangan wilayah tersebut relatif majuberkembang, sedangkan nilai Indeks Per kembangan Rendah menunjukkan bahwa tingkat perkembangan wilayah tersebut relatif lambattertinggal. Struktur data yang digunakan dalam penentuan Indeks Perkembangan Desa merupakan data indeksrasio yang bersumber darai Data Potensi Desa PODES, 2003. Variabel indeksrasio yang digunakan dalam analisis ini merupakan variabel yang berpengaruh nyata terhadap pembentukan Indeks Perkembangan Desa. Untuk melihat gambaran umum tingkat perkembangan desa-desa pada setiap kawasan agropolitan dapat dilihat berdasarkan nilai koefisien ragam CV, nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai rataan. Berdasarkan nilai koefisien ragamya, kawasan-kawasan yang memiliki tingkat keragaman besar adalah kawasan agropolitan Cianjur dengan nilai koefisien ragam 1.06, kawasan agropolitan Brebes dengan nilai koefisien ragam 1,32, kawasan agropolitan Sleman dengan nilai koefisien ragam 1,10 Tabel 13. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat perkembangan desa-desa di kawasan tersebut memiliki tingkat perkembangan yang relatif bervariasi. Sedangkan untuk kawasan agropolitan Pemalang, memiliki koefisien ragam 1, ini menggambarkan bahwa tingkat keragaman nilai Indeks Perkembangan Desa untuk wilayah di kawasan tersebut relatih lebih homogen. Tabel 13. Resume Hasil Analisis Indeks Perkembangan Desa di Setiap Kawasan Agropolitan Nilai Indeks Perkembangan Desa IPD Kawasan Agropolitan Nilai Minimum Nilai Maksimum Rataan Standar Deviasi Koefisien Keragaman CV Cianjur 1.15 96.69 15.19 16.11 1.06 Brebes 4.37 122.91 15.48 20.46 1.32 Pemalang 30.27 91.35 50.87 16.44 0.32 Sleman 0.74 62.74 14.53 15.92 1.10

a. Indeks Perkembangan Desa di Kawasan Agropolitan Cianjur