Model dan Analisis Kebijakan 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model dan Analisis Kebijakan 2.1.1. Penggunaan Model Model dan manipulasinya melalui proses simulasi adalah alat yang sangat bermanfaat dalam sistem analisis. Model dapat digunakan sebagai representasi sebuah sistem yang sedang dikerjakan atau menganalisis sistem yang sudah dilakukan. Dengan menggunakan model dapat dihasilkan desain atau keputusan operasional dalam waktu yang singkat dan biaya yang murah Blanchord dan Fabrycky, 1981. Menurut Kholil 2005, untuk dapat menyelesaikan permasalahan dengan pendekatan kesisteman, harus diawali dengan berpikir sistemik system thinking , sibernetik goal oriented, holistik dan efektif. Dari terminologi penelitian operasional, secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab akibat, oleh karena itu suatu model adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang komplek dari pada realitas itu sendiri Eriyatno, 2003. Menurut Muhammadi et al. 2001 model adalah suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses. Model dapat dikelompokkan menjadi model kuantitatif, kualitatif dan model ikonik. Model kualitatif adalah model yang berbentuk gambar, diagram atau matrik. Model ikonik adalah model yang mempunyai bentuk fisik sama dengan barang yang ditirukan. Menurut Meadows 1982 model adalah usaha memahami beberapa segi dari dunia kita yang sangat beraneka ragam sifatnya, dengan cara memilih sekian banyak pengamatan dan pengalaman masa lalu untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Sedangkan menurut Hall dan John 1977, model adalah penggambaran atau lukisan tentang sebagian dari kenyataan. Model harus dicek dengan kondisi sebenarnya dunia nyata untuk meyakinkan bahwa penggambaran dari dunia nyata dalam pemodelan akurat atau tidak. Selanjutnya Ruth dan Hannon 1997 14 mengemukakan bahwa model adalah pusat pemahamannya terhadap dunia karena model dapat mempresentasikan dan manipulasi penomena nyata. Dengan membangun model dapat memahami pengaruh positif terhadap keputusan alternatif dalam kinerja ekonomi, pengelolaan sumber daya alam dan kualitas lingkungan. Model merupakan suatu alat yang penting untuk menciptakan pengetahuan baru. Dari berbagai pendapat tersebut diatas, maka model secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk peniruan dan penyederhanaan dari suatu gejala, proses atau benda dalam skala yang lebih kecil skalanya.

2.1.2. Analisis Kebijakan

Partowidagdo 1999 menyatakan bahwa analisis kebijakan adalah ilmu yang menghasilkan informasi yang relevan dengan kebijakan publik. Produk analisis kebijakan adalah nasehat. Kebijakan yang diambil akan mempunyai biaya dan manfaat tertentu. Kebijakan tersebut dapat relatif menguntungkan suatu kelompok dan relatif merugikan kelompok lain. Selanjutnya menurut Vining et al. 1998 analisis kebijakan adalah nasehat yang berorientasi pada klien yang relevan dengan kebijakan publik dan disampaikan dengan nilai-nilai sosial, tapi kenyataannya tidak semua nasehat adalah analisis kebijakan, jadi untuk menentukan nasehat tersebut, perlu lebih spesifik dan terkait dengan kebijakan publik. Analisis kebijakan adalah sebagai ilmu seni dan keahlian. Keberhasilan analisis kebijakan harus dapat mempergunakan keahlian dasar kedalam perpektif yang realistik atas ketentuan-ketentuan dalam masyarakat. Agar supaya keterpaduan seni dan keahlian dapat effektive dalam analisis kebijakan menurut Vining et al. 1998 ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam persiapannya yaitu: 1. Analis harus tahu bagaimana mengumpulkan, mengorganisasi dan berkomunikasi dalam situasi dimana terdapat batasan waktu dan akses kepada orang-orang. 2. Analis harus mempunyai perpektif untuk melihat masalah-masalah sosial dalam konteknya. 3. Analis harus memiliki kemampuan teknik agar dapat memprediksi dengan baik dan mengevaluasi alternatif kebijakan dengan percaya diri. 4. Analis harus mempunyai pemahaman perilaku organisasi dan politik agar dapat memprediksi kemungkinan pengaruh dan keberhasilan pelaksanaan kebijakan. 15 5. Analis harus mempunyai rambu-rambu etika bahwa secara ekplisit bertanggungjawab kepada klien. Analisis kebijakan memadukan berbagai disiplin ilmu yaitu : ilmu politik, sosiologi, psikologi, ekonomi, filsafat dan sebagian bersifat deskriptif yang diambil dari disiplin-disiplin tradisional yang mencari pengetahuan tentang sebab dan akibat dari kebijakan publik. Analisis kebijakan juga dapat bersifat normatif, yang tujuannya adalah untuk menciptakan dan melakukan kritik terhadap klaim pengetahuan tentang nilai kebijakan publik untuk generasi masa lalu, masa kini dan masa mendatang. Aspek normatif atau kritik nilai dari analisis kebijakan ini terlihat ketika kita menyadari bahwa pengetahuan yang relevan dengan kebijakan mencakup dinamika antara variabel tergantung tujuan dan variabel bebas cara. Menurut William 2003, bahwa memilih dan menentukan prioritas satu nilai di atas nilai-nilai lainnya bukanlah penentuan yang bersifat teknis semata, tetapi juga keputusan yang memerlukan penalaran yang bersifat moral dan karena itu analisis kebijakan merupakan bentuk etika terapan. Akhirnya analisis kebijakan berupaya menciptakan pengetahuan yang dapat meningkatkan efisiensi pilihan atas berbagai alternatif kebijakan.

2.2. Pembangunan Perdesaan