Pengumpulan Data METODE PENELITIAN

53 Mengingat kompleksitas keterkaitan antara faktor dalam sistem yang dikaji, maka secara umum struktur pengembangan kebijakan Agropolitan dapat digambarkan dalam konsep sistem seperti pada Gambar 8. Gambar 8. Diagram Black Box INPUT-OUTPUT Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan Melalui Model Pengembangan Agropolitan

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan dalam penyusunan model sistem dinamis. Data yang dip erlukan dalam kajian ini meluputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan pengamatan langsung di lapangan. Wawancara dilakukan langsung terhadap stakeholdesr pembangunan perdesaan, yaitu antara lain masyaraka t perdesaan, petani, pedagang pengumpul, pedagang di pasar, penjual sarana produksi, kelompok tani, Lembaga Penyuluh Pertanian pengurus koperasi, pelaku industri pengolah produk pertanian, pengusaha agribisnis, LSM, Dinas-dinas terkait dengan pengembangan agropolitan, seperti Pemerintah Daerah, Dinas INPUT LINGKUNGAN • Kebijakan Pemerintah • Kapasitas Hukum P.P • Iklim Investasi Kondusif • SDM Profesional • Daya saing Kompetitive OUTPUT DIHARAPKAN • Ekonomi perdesaan maju dan mandiri • Kesejahteraan rakyat perdesaan meningkat • Ada kemitraan antara Pemerintah, swasta dan masyarakat . • Agropolitan berkembang berkelanjutan PEMBANGUNAN PERDESAAN BERKELANJUTAN MELALUI MODEL PEN GEM BAN GAN AGROPOLI TAN INPUT TERKONTROL • Alokasi Pembiayaan Pembangun an Agro • Jumlah penduduk • Produksi masing – masing stakeholder • Tata ruang kawasan Agroindustri • Prasarana dan sarana pendukung MANAJEMEN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI • Investasi berkurang • Biaya produksi naik • Dukungan pemerintah Daerah kurang • Sulit pemasaran produk INPUT TAK TERKENDALI • Perubahan Organisasi Pemerintah • Inmigrasi penduduk ke wilayah perkotaan • Komoditas unggulan berkurang • Laju pertambahan penduduk 54 Pertanian, Dinas Ketenaga kerjaan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Lembaga Keuangan seperti perbankan, Badan Perkreditan Rakyat. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi kawasan agropolitan dan daerah perdesaan di sekitarnya. Pengamatan dilakukan terhadap kondisi fisik daerah pertanian, antara lain ketersediaan sumber air, kualitas air, topografi lahan usahatani, kesuburan tanah, kondisi tanamanternak yang diusahakan, teknik budidaya; kondisi pengolahan hasil pertanian yang meliputi teknik pengolahan, jenis produk yang dihasilkan, kapasitas pengolahan dan bahan baku yang dibutuhkan; serta dampak lingkungan yang terjadi yang meliputi lingkungan fisika, kimia, biologi dan sosial. Pengambilan contoh responden dilakukan dengan metode ‘purposive sampling’. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan secara acak sehingga dapat mewakili kondisi kawasan agropolitan. Data sekunder berupa data potensi desa, data monografi desa, data iklim, data industri dan perdagangan hasil pertanian, dan peta rupa bumi digital. Data sekunder tersebut akan diperoleh dari lembagainstansi terkait seperti Pemerintah daerah tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten, BPS, Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Bakosurtanal.

b. Analisis Data