Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

3 2001 menyatakan bahwa hal tersebut merupakan fenomena yang umum terjadi di berbagai negara yang sedang berkembang di dunia. Pembangunan perdesaan melalui pengembangan model agropolitan diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi dan menjawab berbagai permasalahan tersebut. Pernyataan ini sejalan dengan konsep yang dikembangkan oleh Friedman dan Douglas 1975. Bahkan keduanya menekankan pentingnya pendekatan agropolitan dalam pengembangan pedesaan di kawasan Asia dan Afrika.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: 1 Menganalisis kinerja kawasan agropolitan yang ada 2 Menganalisis dampak pengembangan kawasan agropolitan terhadap pendapatan petani 3 Mengembangkan model sistem dinamis pembangunan perdesaan berkelanjutan melalui pendekatan agropolitan.

1.3. Kerangka Pemikiran

Konsep pe mbangunan nasional secara komprehensif meliputi pembangunan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan IPOLEKSOSBUDHANKAM. Pembangunan nasional tersebut secara umum dapat dikelompokkan sebagai pembangunan daerah perkotaan urban dan daerah perdesaan rural. Daerah perkotaan selama ini telah diarahkan sebagai pusat industri dan perdagangan, di samping sebagai pusat pemerintahan. Hal ini dapat dilihat dari pesatnya pembangunan sarana dan prasarana perdagangan, perkantoran, dan industri. Sementara itu daerah perdesaan diarahkan sebagai pusat produksi pertanian. Hal ini dapat juga dilihat dari konsep pembangunan yang selama ini diterapkan lebih diarahkan pada peningkatan produksi pertanian, seperti yang dilakukan pada program BIMAS, KIMBUN, KUNAK, KAPET, dan berbagai program lainnya. Peningkatan produksi pertanian diharapkan dengan sendirinya dapat meningkatkan perekonomian perdesaan. 4 Konsep pembangunan tersebut di atas yang telah dijalankan selama ini ternyata masih belum mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan kawasan perdesaan, bahkan cenderung menyebabkan kesenjangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Ketimpangan pembangunan antara perkotaan dan perdesaan tersebut menimbulkan berbagai implikasi antara lain: 1. Ketertinggalan perkembangan kehidupan sosial-ekonomi perdesaan seperti rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya produktivitas, rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, terbatasnya lapangan kerja serta sulitnya akses terhadap modal untuk meningkatkan produksi dan distribusi produk-produk perdesaan. Sebaliknya di daerah perkotaan, pembangunan telah mendorong perkotaan menjadi modern, maju, dan lapangan kerja terbuka luas. Kondisi yang demikian ini mendorong adanya arus urbanisasi dalam upaya mencari pekerjaan dan penghidupan; 2. Terdapat kesenjangan pertumbuhan ekonomi antara daerah perkotaan dan perdesaan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kelestarian lingkungan; 3. Terdapat kesenjangan pertumbuhan antara daerah perkotaan dan daerah perdesaan yang antara lain disebabkan oleh lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi antar daerah perkotaan dan daerah perdesaan rural urban linkage, terbatasnya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan sumber daya perdesaan; Selain itu, program pembangunan perdesaan yang terutama ditekankan pada peningkatan produksi pertanian seringkali kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari penerapan konsep intensifikasi untuk peningkatan produksi oleh petani, seperti pengolahan tanah, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit di daerah-daerah sentra produksi pertanian. Pengolahan tanah pada umumnya tidak memperhatikan konsep konservasi tanah dan air, seperti penanaman intensif tanaman monokultur terus -menerus sepanjang tahun, atau pengusahaan tanaman semusim pada areal dengan kelerengan curam, sehingga dapat menyebabkan degradasi lahan. Kebergantungan petani pada pupuk anorganik akibat penggunaan varietas responsif pemupukan dan kebiasaan pemberian pupuk secara tidak berimbang pada dosis tinggi menyebabkan kerusakan sifat fisik dan 5 kimia tanah. Pengendalian hama dan penyakit dengan mengandalkan penggunaan pestisida , yang pada umumnya melebihi anjuran, menyebabkan musnahnya musuh alami dan timbulnya ras-ras hanya dan penyakit resisten. Dengan program pembangunan yang demikian maka peningkatan produksi, maupun ekonomi yang tercapai tidak dapat berkelanjutan karena ternyata menimbulkan degradasi lingkungan secara fisik, kimia, dan biologis. Oleh karena itu strategi pembangunan yang telah dijalankan perlu dipikirkan kembali. Menurut Tong Wu 2002, pemikiran kembali strategi pembangunan dapat mencakup: 1 redistribusi dengan pertumbuhan, 2 substitusi export, dan 3 penciptaan lapangan kerja dan pembangunan perdesaan. Untuk mencegah proses degradasi lingkungan sebagai dampak negatif proses pembangunan, harus diterapkan konsep pembangunan perdesaan berkelanjutan. Model pengembangan agropolitan, dalam hal ini, merupakan alternatif yang dapat digunakan dalam pembangunan perdesaan yang berkelanjutan. Agropolitan adalah konsep pembangunan perdesaan yang mengintegrasikan pemberdayaan masyarakat dan pe ngembangan wilayah secara simultan. Pemberdayaan masyarakat merupakan konsep pembangunan yang mengutamakan partisipasi participation dan kemitraan partnership ya ng mengarah pada pembangunan dari dan untuk rakyat. Agropolitan didasari pada konsep pengembangan wilayah dengan penekanan pada pembangunan infrastruktur, kelembagaan, dan permodalaninvestasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengembangan agropolitan meliputi peningkatan agribisnis komoditas unggulan, pembangunan agroindustri, dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan. Sasarannya adalah infrastruktur pendukung produksi pertanian, pengolahan hasil dan pemasaran, serta permukiman terbangun secara memadai dan setara infrastruktur kota; penguatan kelembagaan perdesaan dapat terjadi; kelestarian lingkungan terjaga; perekonomian perdesaan tumbuh berkembang; dan produktivitas pertanian meningkat. Apabila hal tersebut dapat dicapai, maka akan terbentuk kota di daerah perdesaan dengan sarana dan prasarana permukiman setara kota dengan kegiatan pertanian sebagai kekuatan penggerak perekonomian perdesaan. Multiplier effect selanjutnya adalah terbukanya lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi 6 pengurasan sumberdaya alam dan urbanisasi dari desa ke kota, disparitas perkembangan kota – desa dapat ditekan, dan pembangunan dapat dirasakan lebih adil dan merata. Secara garis besar, kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 . Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan Melalui Model Pengembangan Agropolitan Pembangunan Nasional IPOLEKSOSBUDHANKAM Perkotaan urban Industri Perdesaan rural Pemerin- tahan Perdagangan Pengembangan Wilayah Pemberdayaan Masyarakat KIMBUN BIMAS AGROPOLITAN KONSEP KONSEP LAIN Agri- bisnis Agro- industri Konser- vasi Infra- struktur Kelem- bagaan Kelestarian lingkungan Ekonomi perdesaan Produksi Pertanian PEMBANGUNAN PERDESAAN BERKELANJUTAN 7

1.4. Perumusan Masalah