Perbedaan Usulan Dasar Negara Oleh Para Pendiri Negara

Kegiatan Pembelajaran 2 36 7 Selanjutnya Moh. Hatta menjelaskan perubahan-perubahan berkenaan dengan pasal 4 ayat 2, pasal 5, pasal 6 ayat 2, pasal 7, pasal 8 ayat 1 dan ayat 2, pasal 9, pasal 33, pasal 24 pasal 25 dan pasal 26. Berikut ini merupakan kronologi beberapa usulan perubahan yang terjadi dalam pembahasan Pembukaan: Nama Usulan Keterangan Hadi Koesoemo Kata “menurut dasar kemanusiaan” diganti dengan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adl dan Beradab Usul diterima Otto Iskandardinata Kata “pintu gerbang” dihilangkan saja Usul tidak diterima I Gusti Ktut Pudja Kata “Atas berkat Rahmat Allah” pada alinea 3 diganti dengan “atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa” Usul diterima Tanggal 18 Agustus tercatat pula merupakan perjalanan sejarah paling menentukan bagi rumusan Pancasila. Hari itu akan disyahkan Undang-Undang Dasar untuk negara Indonesia merdeka. Sementara rumusan Pancasila menjadi bagian dari preambul pembukaan Undang-Undang Dasar negara tersebut. Namun demikian sehari sebelum tanggal ini ada peristiwa penting. Sore hari setelah kemerdekaan Negara Indonesia diproklamirkan, Moh. Hatta menerima Nisyijima pembantu Laksamana MaydaAngkatan Laut Jepang yang memberitahukan bahwa ada pesan berkaitan dengan Indonesia merdeka. Pesan tersebut, kaitannya berasal dari wakil-wakil Indonesia bagian Timur di bawah penguasaan Angkatan Laut Jepang. Isi pesannya menyatakan bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik dari daerah-daerah yang dikuasai Angkatan Laut Jepang keberatan dengan rumusan sila pertama dan mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Ketika itu Hatta menyadari bahwa penolakan terhadap pesan tersebut akan mengakibatkan pecahnya negara Indonesia Merdeka yang baru saja dicapai. Jika hal itu terjadi tidak menutup kemungkinan daerah Indonesia luar Jawa akan kembali dikuasai oleh kaum Kolonial Belanda. Akhirnya bung Hatta dan beberapa PPKn SMP KK C 37 tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk- pemeluknya”. Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Rumusan sila-sila Pancasila yang ditetapkan oleh PPKI dapat dilihat selengkapnya dalam naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 1 Ketuhanan Yang Maha Esa 2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab 3 Persatuan Indonesia 4 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5 Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia. Rumusan inilah kemudian dijadikan dasar negara hingga sekarang bahkan hingga akhir perjalanan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekad bahwa Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat diubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil pemilu. Jika mangubah dasar negara Pancasila berarti membubarkan negara hasil proklamasi tap MPRS No. XXMPRS1966. Selanjutnya untuk mengamankan rumusan sila-sila Pancasila yang benar dan sah maka dikeluarkanlah Instruksi Presiden Inpres Nomor 12 tahun 1968 pada tanggal 13 April 1968 yang isinya menegaskan bahwa pengucapan dan penulisan Pancasila adalah seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Selanjutnya dikeluarkan Tap MPR No.