Menguraikan keberadaan Pengadilan Tata Usaha Negara

PPKn SMP KK C 141 Tiap pengadilan agama mempunyai wilayah tertentu atau”yuridiksi relatif” tertentu. Yuridiksi relatif ini penting berkaitan dengan pengadilan tempat dimana seseorang dapat mengajukan perkaranya dan berkaitan dengan hak eksepsi tergugat. Pengadilan agama memiliki kekuasaan absolut untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan perkara pada tingkat pertama dalam kasus: perkawinan, warisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari’ah. Perkawinan berkaitan dengan beberapa hal, yaitu: ijin beristri lebih dari satu orang, ijin perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat, dispensasi kawin, pencegahan perkawinan, penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah, pembatalan perkawinan, gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri, perceraian karena talak, gugatan perceraian, penyelesaian harta bersama, mengenai penguasaan anak-anak, beserta hal yang berkaitan dengan waris. Waris adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan mengenai harta peninggalan, penentuan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuian siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris. Wasiatadalah perbuatan seseorang memberikan suatu benda atau manfaat kepada oranglainatau lembagabadan hukum, yang berlaku setelah yang memberi tersebut meninggl dunia. Hibah adalah pemberian suatu benda secara suka rela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum kepada orang lain atau badan hukum untuk dimiliki. Wakaf adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta tertentu sesuai dengan kepentingan guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syari’ah Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seseorang muslim sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Infak adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain guna menutupi kebutuhan, baik berupa makanan, mendermakan, memberikan rezeki karunia, atau menafkahkan sesuatu kepada orang lain berdasarkan rasa ikhlas,