Jenis dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1 Berat Badan
Data mengenai berat badan diperolehnya dengan cara melakukan penimbangan berat badan langsung menggunakan
timbangan badan. 2
Data Tinggi Badan Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan
langsung menggunakan microtoise. Kemudian mencatat hasil pengukuran yang ada.
Adapun pengukuran Indeks Masa Tubuh IMT adalah sebagai berikut:
��� = BB Dalam kg
TB²Dalam m
Hasil perhitungan Indeks Masa Tubuh IMT berdasarkan hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan akan dikelompokan menjadi
2 kategori IMT yang dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kategori Indeks Masa Tubuh IMT Berat
IMT kg m
2
Normal 18.5
– 24.9 Tidak Normal
18.5 dan ≥ 25
c. Tekanan Panas
Data Tekanan Panas di Proyek EPC3, Banyu Urip didapatkan dengan melakukan pengukuran Tekanan Panas menggunakan Wet
Bulb Globe Thermometer, pengukuran lama waktu kerja dan mengukur beban kerja data panas metabolik yang diterima pekerja.
Hasil pengukuran akan dibandingkan dengan Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB sesuai ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.
1 Data Panas Lingkungan
Data mengenai panas lingkungan diperoleh dengan cara pengukuran
langsung pada
lokasi penelitian
dengan menggunakan alat ukur Thermal Environmental Monitor atau
yang biasa disebut dengan Wet Bulb Globe Temperature WBGT.
Adapun langkah-langkah pengukuran takanan panas dengan WBGT adalah sebagai berikut:
a Tekan tombol enter IO untuk menyalakan alat
b Perhatikan layar untuk melihat daya baterai, jika daya
baterai sudah menunjukkan 6.4 Volt atau kurang, ganti atau lakukan isi ulang baterai
c Lakukan kalibrasi alat dengan membuka sensor 1 dan
menyamakan nilai pada kalibrator dengan nilai yang tertera pada hasil kalibrasi. Kemudian pasang kembali
sensor 1. d
Lakukan setting pengukuran. e
Pastikan sumbu bola basah bersih. f
Buka penutup reservoir dan isi dengan air suling atau air de-ionized kemudian tutup kembali.
g Letakan instrumen di area kerja dengan ketinggian 3.5
kaki atau 1 meter dari permukaan lantai h
Pastikan alat dalam kondisi yang sama dengan lingkungan pekerja tetapi alat diletakkan di tempat
yang aman. i
Biarkan instrumen selama 10 menit untuk menstabilkan
suhu lingkungan
sekitaradaptasi lingkungan baru
j Tekan RUN untuk memulai pengumpulan data.
k Gunakan tombol panah untuk menampilkan
pengukuran yang diinginkan. l
Setelah pengukuran selesai, lakukan download data dengan mengirim data ke QSPII
2 Data Panas Metabolik
Data panas metabolik beban kerja didapatkan dengan memperhitungkan jumlah denyut jantung melalui pengukuran
jumlah denyut nadi dalam satu menit. Kategori beban kerja menurut Christensen 1996 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Table 4.3. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung
Kategori Beban Kerja Denyut Jantung
denyutmin
Ringan 75
– 100 Sedang
101 – 125
Berat 125
Perhitungan denyut nadi dilakukan satu kali setelah bekerja selama 1 menit oleh tenaga yang memiliki keahlian dalam
pengukuran denyut nadi. Adapun cara pengukuran denyut nadi adalah sebagai berikut:
a Tempelkan dengan sedikit menekan jari telunjuk, dan jari
tengah tangan kanan pada salah satu pergelangan tangan pekerja sampai dirasakan adanya denyut nadi.
b Menghitung denyut nadi selama 30 detik. Kemudian,
hasilnya dikalikan 2.
Jika telah didapatkan hasil pengukuran tekanan panas dengan WBGT, beban kerja berdasarkan jumlah denyut nadi,
dan telah diketahui pengaturan waktu kerja di perusahaan, maka hasil pengukuran akan dibandingkan dengan Nilai Ambang
Batas NAB Iklim Kerja sesuai Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB yang diperkenankan oleh Permenakertrans No. 13 Tahun
2011.
Tabel 4.4. Nilai Ambang Batas NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB
Pengaturan waktu kerja setiap jam
ISBB
o
C Beban Kerja
Ringan Sedang
Berat
75 - 100 31,0
28,0 -
50 - 75 31,0
29,0 27,5
25 - 50 32,0
20,0 29,0
0 - 25 32,2
31,1 30,5
3 Waktu dan Titik Pengukuran
Pengukuran tekanan panas dilakukan satu kali dalam setiap titik selama 1 jam, tepatnya pada pukul 09.00
– 16.00 dengan tujuan dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang
sebenarnya karena pada jam tersebut pekerja melakukan aktivitas yang cukup tinggi. Pengukuran dilakukan pada 5 titik
area kerja tempat pekerja melakukan aktivitas yaitu pada
workshop 1, workshop 5, pre-cut area, chamber area dan open area fabriacation.
d. Kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan satu kali dalam setiap titik selama 10 menit, tepatnya pada pukul 09.00
– 16.00 dengan tujuan dapat menggambarkan keadaan lingkungan yang sebenarnya karena
pada jam tersebut pekerja melakukan aktivitas yang cukup tinggi. Pengukuran dilakukan pada 5 titik area kerja tempat pekerja
melakukan aktivitas yaitu pada workshop 1, workshop 5, pre-cut, chamber dan open area fabriacation.
Pengukuran kebisingan menggunakan Sound Level Meter. Pengukuran kebisingan pada dasarnya meliputi pengukuran intensitas
kebisingan, frekuensi dan dosis kebisingan. Adapun cara pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter adalah sebagai berikut:
1 Hidupkan Sound Level Meter
2 Periksa kondisi baterei, pastikan bahwa keadaan power dalam
kondisi baik. 3
Pastikan skala pembobotan. 4
Pengaturan pembobotan waktu respon alat ukur dengan karakteristik S untuk sumber bunyi relatif konstan
5 Posisikan mikropon alat ukur setinggi posisi telinga manusia
yang ada di tempat kerja.
6 Hindari terjadinya refleksi bunyi dari tubuh atau penghalang
sumber bunyi. 7
Arahkan mikropon alat ukur dengan sumber bunyi 8
Pilih tingkat tekanan bunyi SPL atau tingkat tekanan bunyi sinambung setara Leq Sesuaikan dengan tujuan pengukuran.
9 Catatlah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada lembar
pengukuran.