Umur Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja
dengan IMT kurus juga akan lebih mudah merasakan kelelahan akibat adanya perubahan fungsi tubuh karena simpanan zat gizi habis dan terjadi
kemerosotan jaringan sehingga menyebabkan perubahan biokimia dan rendahnya zat gizi dalam darah berupa rendahnya Hb, serum vitamin A
dan Karoten. Perbedaan hasil temuan pada penelitian ini mungkin dapat
disebabkan karena terdapat beberapa hal atau faktor lain yang juga memungkinkan dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang yang
kemudian mengakibatkan kelelahan. Namun, hasil penelitian mengenai kelelahan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai
EPC3 ini ditemukan pula pada penelitian yang dilakukan oleh Virgy 2011 terhadap karyawan di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo Jakarta
Tahun 2011 dan Riyanti 2011 pada pekerja di PT Cosmar Indonesia Serpong Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan
antara status gizi dengan kelelahan. Tidak adanya hubungan antara status gizi dengan kelelahan pada
pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai EPC3 salah satunya adalah akibat adanya keterkaitan dengan aktivitas fisik seseorang.
Aktivitas fisik akan melahirkan beban kerja yang diterima pekerja yang kemudian erat kaitannya dengan status gizi pekerja Tarwaka dkk, 2004.
Oleh sebab itu, dalam hal ini peneliti berpendapat bahwa pekerja dengan status gizi baiknormal kemungkinan lebih banyak melakukan aktivitas
fisik yang lebih intens karena memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja dengan status gizi
tidak normal. Selain itu, penyebab tidak adanya hubungan antara status gizi dengan
kelelahan adalah mengenai asupan makanan yang diterima pekerja. Pekerja dari kategori status gizi normal ataupun tidak normal mengalami
kelelahan yang sama. Hal ini diduga karena berdasarkan hasil observasi di tempat kerja, pekerja tidak mendapatkan asupan makanan yang baik
selama bekerja. Selama bekerja atau jika istirahat sesaat pekerja hanya minum kopi untuk memulihkan tenaga. Selain itu, karena perusahaan
tidak menyediakan makan siang pada jam istirahat, keadaan tersebut tidak menjamin pekerja mendapatkan asupan makanan dengan gizi yang cukup
untuk memulihkan tenaga. Padahal asupan makanan saat bekerja harus tetap terjaga untuk tetap menyeimbangkan kapasitas kerja seseorang.
Asumsi ini juga diperkuat oleh teori yang dikemukakan Tarwaka dkk 2004 yang mana menyebutkan bahwa perlu adanya istirahat setiap dua
jam dengan sedikit kudapan. Selain itu Fatmah 2011 juga menambahkan sebanding bahwa kapasitas fisik saat bekerja akan terjaga jika tersedianya
kebutuhan makronutrien dan mikronutrien, terlebih lagi jika seseorang sedang melakukan aktifitas yang cukup intens, maka kebutuhan
mikronutrien dan makronutrien harus tetap tersedia yang didapat dari asupan makanan untuk mencegah timbulnya kelelahan.