Dalam Tabel 5.21. dapat diketahui bahwa pada variabel masa kerja memiliki nilai OR = 3,338 menunjukan bahwa masa kerja akan berubah
sebesar 3,338 kali terhadap kejadian kelelahan apabila tidak terdapat tekanan panas yang melebihi NAB di tempat kerja. Sedangkan pada
variabel tekanan panas, nilai OR = 3,457 yang artinya bahwa tekanan panas akan berubah sebesar 3,457 kali terhadap kejadian kelelahan jika
adanya kontrol dari masa kerja yang dihabiskan pekerja. Sedangkan jika dilihat dari koefisien B dan nilai OR pada tabel 5.20
dapat disimpulkan bahwa dari dua variabel yang memiliki hubungan signifikan, variabel tekanan panas merupakan variabel yang paling
dominan yang mempengaruhi kelelahan karena memiliki nilai koefisien B dan OR yang paling tinggi.
111
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menyadari terdapat keterbatasan dan kelemahan penelitian, diantaranya adalah:
1. Pengukuran tekanan panas dan kebisingan hanya dilakukan satu kali karena
adanya keterbatasan alat, tenaga dan waktu penelitian. Oleh sebab itu, peneliti melakukan pengukuran pada jam kerja saat pekerja melakukan
aktivitas untuk mendapatkan hasil ukur yang benar-benar menggambarkan keadaan di tempat kerja.
2. Kemungkinan terjadinya recall bias karena peneliti menanyakan kembali
kejadian yang telah lalu, yaitu untuk mengetahui rata-rata lama tidur selama tiga hari terakhir.
B. Gambaran Kelelahan Pada Pekerja
Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi dari adanya penurunan sementara atau ketidakmampuan, kurangnya keinginan dalam menanggapi suatu
kondisi atau situasi dikarenakan aktivitas mental atau fisik yang berlebih Occupational Safety and Health, 2003. Kelelahan dapat berdampak pada
penurunan daya tahan tubuh, sulit berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan,
menurunnya produktivitas kerja, bahkan biasa menyebabkan kecelakaan bagi tenaga kerja. Workcover NSW 2008 juga mengatakan bahwa apabila seseorang
mengalami kelelahan, maka pekerja tersebut beresiko mengidap penyakit diabetes,asma, tekanan darah tinggi, depresi, penyakit ginjal, penyakit jantung
dan menderita anxiety. Pengukuran kelelahan pada penelitian ini dilakukan dengan Reaction Timer
Test yaitu pemberian rangsangan berupa nyala lampu yang dilakukan pada setiap pekerja secara bergantian dalam 5 kali pengukuran pada satu waktu. Hasil 5 kali
pengukuran tersebut akan dijumlahkan kemudian dilihat rata-rata pengukuran tersebut. Pengukuran kelelahan di lakukan setelah pekerja melakukan pekerjaan
minimal selama 4 jam. Hasil dari rata-rata pengukuran tersebut akan didapatkan waktu reaksi yang menunjukan bahwa semakin besar angka waktu reaksi
menunjukkan adanya menunjukan adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot yang merupakan bentuk dari adanya kelelahan.
Berdasarkan tabel 5.1 gambaran tingkat kelelahan kerja pada 100 pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai EPC3 PT Rekayasa Industri
Tahun 2013 menunjukan bahwa tingkat kelelahan yang terbanyak adalah kelelahan kerja sedang KKS yaitu sebanyak 45 pekerja 45 sedangkan
tingkat kelelahan yang paling sedikit adalah tingkat kelelahan kerja berat KKB yaitu sebanyak 26 pekerja 26.
Timbulnya kondisi lelah pada diri pekerja merupakan hasil dari adanya berbagai penyebab kelelahan baik yang berasal dari pekerja ataupun lingkungan
pekerjaan. Penyebab kelelahhan tersebut juga di duga terdapat di penelitian yang dilakukan pada pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai EPC3
PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013, dimana kelelahan yang dialami pekerja di duga kuat berasal dari lingkungan pekerjaan yaitu kebisingan
dan tekanan panas dan pengerahan beban kerja khususnya beban fisik karena adanya target produksi dari perusahaan yang menjadikan pekerja dituntut untuk
melakukan kegiatan dengan cepat dan tepat sehingga dapat mempercepat terjadinya kelelahan. Selain itu, kelelahan yang dialami oleh pekerja pembuatan
pipa dan menara tambat ini juga di duga dipengaruhi oleh faktor individu seperti umur, status gizi, lama tidur, status perkawinan, konsumsi rokok dan masa kerja.
Oleh sebab itu, untuk menghindari adanya kelelahan, diperlukan upaya untuk menghilangkan atau mengurangi penyebab-penyebab kelelahan yaitu
dengan cara memberikan pelatihaninformasi secara lebih mendalam mengenai kelelahan, penyebab-penyebab, dampak dan cara menanggulangi kelelahan
akibat kerja untuk pekerja. Selain itu diperlukan adanya pengendalian bahaya di lingkungan kerja seperti pengendalian kebisingan dan tekanan panas yang
menyebabkan terjadinya kelelahan mengingat bahwa sebagian besar penyebab terjadinya kecelakaan kerja erat kaitannya dengan kelelahan.
C. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pada Pekerja
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat menyebabkan kelelahan pada pekerja pembuatan pipa menara tambat lepas pantai
EPC3 di Proyek Banyu Urip yang digambarkan melalui nilai waktu reaksi. Hasil temuan dalam penelitian ini mengasumsikan bahwa pekerja
dengan umur yang lebih tua berpeluang lebih tinggi mengalami kelelahan dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih muda.
Berdasarkan hasil uji statistik, dalam tabel 5.10 didapatkan bahwa pekerja yang memiliki umur kategori tua atau 37 Tahun memiliki
presentase lebih besar pada tingkat kelelahan kerja berat dibandingkan dengan pekerja yang berumur lebih muda atau ≤ 37 Tahun. Melalui uji
Chi Square didapatkan Pvalue sebesar 0,037 yang artinya terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan kelelahan pada pekerja
pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai EPC3 di proyek Banyu Urip, PT Rekayasa Industri Serang-Banten Tahun 2013. Hasil penelitian
ini juga ditemukan di penelitian Ihsan dan Salami 2010 yang menunjukan adanya pengaruh umur terhadap kelelahan pada pekerja di
pabrik perakitan mobil Indonesia. Keadaan ini juga sebanding dengan penyataan Bridger 2003 bahwa
penurunan kapasitas kerja seseorang akibat kelelahan disebabkan oleh adanya fenomena dasar penuaan seperti hilangnya fungsi otot, terjadinya