Latar Belakang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada Pekerja Pembuatan Pipa dan Menara Tambat Lepas Pantai (EPC3) di Proyek Banyu Urip PT Rekayasa Industri, Serang-Banten Tahun 2013
menyatakan bahwa shift kerja merupakan prediktor terbesar yang mempengaruhi perubahan kelelahan kerja.
Faktor yang mempengaruhi kelelahan lainnya dapat berasal dari faktor individu. Berdasarkan hasil peneltian yang dilakukan Puspita 2009 didapatkan
bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan pada pekerja yang berumur 25 tahun dan umur
≤ 25 tahun. Sedangkan Mauludi 2010 menyebutkan bahwa dari hasil uji statistik untuk melihat hubungan antara status perkawinan dengan
kelelahan, didapatkan Pvalue sebesar 0,045 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan kelelahan.
Faktor lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi kelelahan beberapa diantaranya adalah kebisingan dan tekanan panas. Hasil penelitian yang
dilakukan Hanifa 2006 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebisingan dengan kelelahan. Dimana dari 18 sample yang diteliti, dapat
disimpulkan bahwa kebisingan dapat menyebabkan kelelahan sebesar 42,8. Ramdan 2007 menambahkan bahwa selain kebisingan, suhu di lingkungan
kerja juga dapat mempengaruhi kejadian kelelahan. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kelelahan pada
pekerja dapat ditemukan ditempat kerja.Demikian juga di PT Rekayasa Industri yang merupakan salah satu sektor industri yang bergerak di bidang Engineering,
Procurement, Construction and Commissioning EPCC yaitu di bidang teknik, konstruksi pengadaan, dan uji-coba operasi untuk pabrik-pabrik industri besar di
Indonesia. PT Rekayasa Industri telah menyelesaikan banyak proyek pembangunan pabrik, seperti pembuatan pabrik migas, pabrik pupuk, pabrik
pembangkit listrik, pabrik bahan peledak dan lain sebagainya. Saat ini PT Rekayasa Industri menjadi salah satu perusahaan kontraktor yang dipercaya
untuk mengerjakan salah satu fokus kegiatan di proyek Banyu Urip yang fabrikasinya berlokasi di Bakrie Construction yard, Serang-Banten.
Unit fokus kegiatan di proyek Banyu Urip terbagi menjadi 5 Engineering, Procurement, Construction and Commissioning EPCyang terdiri dari: EPC1
Central Processing Facilities CPF, EPC2 Onshore Export Pipeline, EPC3 Offshore Pipelineand Mooring Tower, EPC4 FSO a floating storage and
offloading tanker conversion dan EPC5 Infrastructure. Dalam hal ini, PT Rekayasa Industri bertanggung jawab penuh dalam unit fokus kegiatan EPC3
Offshore Pipeline and Mooring Tower yaitu fokus kegiatan pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai yang digunakan untuk mengekspor minyak yang
diproduksi ke bagian floating storage and offloading FSO. Proyek EPC3 Offshore Pipeline and Mooring Tower, Banyu Urip
diperkirakan akan menghabiskan waktu selama satu tahun. Aktivitas yang dilakukandiantaranya adalah bongkar muat material dan bahan baku, persiapan
pengerjaan mesin, pemotongan bahan atau material besi, plat, pipa, stainless, pengelasan, penyetelan preassembly dan perakitan erection. Aktivitas tersebut
dilakukan pada lokasi utama yaitu workshop area dan open area fabrication yard.
Berdasarkan hasil dari monthly accident summary report proyek EPC3, didapatkan bahwa dari periode bulan Februari sampai Maret 2013 terdapat
460 total kejadian unsafe act dan unsafe condition,10 kejadian First aid case, 1 kejadian nearmiss dan 2 damage property. Hal ini dapat terjadi karena diduga
pekerja mengalami kelelahan yang kemudian berdampak pada penambahan tingkat kesalahan kerja dan memberikan peluang terhadap kejadian kecelakaan
kerja. Untuk memenuhi persyaratan kerja dan memenuhi target penyelesaian,
PT Rekayasa Industri menjalankan proses kerja selama 8 jam dalam sehari. Di lingkungan kerja juga dapat ditemukan adanya faktor penyebab kelelahan seperti
kebisingan yang terdapat di workshop yang mencapai 95 dB dan suhu yang terdapat di workshop areaberkisar antara 38
C – 39
C. Selain itu, berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan April 2013
didapatkan bahwa dari 10 pekerja, 90 pekerja mengalami kelelahan, yang terbagi menjadi 4 pekerja mengalami kelelahan ringan, 4 pekerja mengalami
kelelahan sedang, dan 1 pekerja mengalami kelelahan berat. Oleh sebab itu, diperlukan adanya upaya preventif untuk mencegah timbulnya kelelahan pada
pekerja pembuatan pipa dan menara tambat lepas pantai dengan mengeleminasi atau mengurangi penyebab kelelahan baik yang berasal dari dalam pekerja
ataupun dari pekerjaan.